KOMUNITAS BAHAN KULIAH

Thursday, October 18, 2007

SURVEY PERJANJIAN BARU

SURVEI PERJANJIAN BARU

I. PENDAHULUAN

A. Ilmu Survei Perjanjian Baru

Ilmu Suvei PB, yang kadang disebut juga Ilmu Pengantar PB dalam tahapan mendalam, adalah bagian dalam Ilmu Teologia Biblika yang baru dikenal secara umum pada abad ke 19. Sumbangsih ilmu ini sangat besar khususnya dalam penyediaan bahan-bahan penting yang dapat menolong kita menyelidiki dan menafsirkan Alkitab secara bertanggung jawab.

Latar Belakang

Mengapa diperlukan pengetahuan khusus untuk dapat menginterpretasikan Alkitab dengan tepat? Orang Kristen sering mendapati bahwa mengerti isi Alkitab tidaklah mudah, karena ada jurang pemisah yang cukup besar baik dalam hal waktu penulisan maupun dalam latar belakang dan budaya antara jaman PB dan pembaca sekarang. Oleh karena itu dengan mengetahui informasi yang cukup tentang segala sesuatu sekitar latar belakang penulis dan penulisannya, maka hal ini akan dapat membantu kita menjembatani jurang pemisah itu.

Definisi

Secara umum dapat disimpulkan bahwa Ilmu Survei PB adalah ilmu yang menyelidiki dan

mempelajari latar belakang sejarah dan budaya sekitar jaman Perjanjian Baru, yaitu jaman ketika Tuhan Yesus dan rasul-rasul masih hidup. Secara khusus akan dipelajari pula latar belakang penulisan kitab-kitab Perjanjian Baru, yaitu tentang penulis, penerima, tahun dan tempat penulisan, dan hal-hal yang penting sehubungan dengan tema dan tujuan penulis menuliskan kitab-kitab PB.

Tujuan

LATAR BELAKANG POLITIK, SOSIAL, DAN EKONOMI DUNIA PB

Tujuan mempelajari Ilmu Survei PB adalah untuk mendapatkan informasi tentang latar belakang

dunia PB dan penulisan kitab-kitab PB sehingga dapat memperkaya wawasan kita dalam memberikan interpretasi (penafsiran) yang tepat terhadap isi dan pengertian Firman Tuhan yang diinspirasikan dalam kitab-kitab PB.

Pembagian Kitab-kitab dalam Perjanjian Baru

Seluruh jumlah kitab kanon Perjanjian Baru adalah 27 kitab dan biasanya digolongkan menjadi 3 bagian, yaitu:

1. Kitab-kitab Sejarah: 4 Kitab-kitab Injil dan 1 Kisah Para Rasul

2. Kitab Surat-surat:13 Surat-surat Paulus dan 1 Surat Ibrani 7 Surat-surat Am (Umum)

3. Kitab Eskatologi: Kitab Wahyu

LATAR BELAKANG POLITIK, SOSIAL DAN EKONOMI DUNIA PB

A. LATAR BELAKANG POLITIK

a. Masa Peralihan: Masa Sesudah PL dan Sebelum PB

Masa-masa sesudah PL dan sebelum PB sering dikatakan sebagai masa-masa gelap karena Allah tidak mengirim nabi-nabi-Nya untuk berbicara kepada umat Israel. Namun demikian masa ini justru menjadi masa yang sangat penting karena sekalipun kelihatan-nya diam Allah bekerja dibalik sejarah umat manusia untuk mempersiapkan mereka menerima pelaksanaan rencana Agung-Nya.

Masa "sesudah PL dan sebelum PB" ini disebut sebagai Masa Peralihan atau Jaman Intertestamental yang berlangsung kurang lebih 400 tahun. Dalam masa ini Allah memakai 3 bangsa yang mengambil peranan utama dalam mempersiapkan masa Perjanjian Baru. Dari catatan kitab-kitab Makabe dan tulisan-tulisan Yosefus, kita mengetahui fakta-fakta berikut ini:

1.Bangsa Yahudi/Ibrani

Bangsa pilihan Allah ini tidak selalu berhasil dalam mentaati dan mengemban tugasnya sebagai umat pilihan Allah, sehingga Allah sering harus menghukum mereka dengan membuang mereka menjadi tawanan bangsa-bangsa lain. Namun justru dengan cara itu Allah menggunakannya untuk maksud baik-Nya. Pada waktu bangsa Israel dibuang ke tanah Babilonia, mereka tercerai berai ke seluruh dunia. Ketika bangsa ini hidup di tengah-tengah bangsa kafir yang tidak mengenal Tuhan,

bangsa Israel disadarkan akan pentingnya mempertahankan iman, menyembah Allah yang monotheisme dan mentaati Hukum Taurat. Melalui bangsa inilah Allah menyediakan jalan yang sangat baik untuk melihara kelangsungan sejarah keselamatan yang dijanjikan-Nya bagi umat manusia.

2.Bangsa Yunani

Bangsa Yunani melalui Aleksander memberikan sumbangan yang besar dalam mempersatukan seluruh dunia dalam satu bahasa, yaitu bahasa Yunani. Hal ini memberikan pengaruh yang besar, karena bahasa Yunani akhirnya dipakai menjadi bahasa internasional pada masa itu. Ini memberikan keuntungan yang sangat besar karena bahasa Yunani adalah bahasa berpikir, bahasa yang sangat dibutuhkan oleh penulis-penulis kitab-kitab PB dalam mengungkapkan istilah-istilah teologia

dengan benar dan akurat.

3.Bangsa Romawi

Penguasa Romawi yang menduduki tanah Israel (Palestina) menciptakan suasana yang relatif damai sehingga pembangunanjalan-jalan dan keamanan menjadi prioritas negara. Keadaan ini sangat diperlukan dalam mempersiapkan kedatangan Kristus dan juga ketika Injil disebarkan. Selain itu ada banyak kontribusi yang diberikan oleh orang-orang Romawi, baik dalam bidang hukum maupun filsafat yang sangat berguna bagi persiapan penulisan kitab-kitab PB.

Masa Pemerintahan Romawi

Latar belakang politik dalam dunia Perjanjian Baru adalah kekaisaran Romawi. Merrill C. Tenney dalam bukunya Survei Perjanjian Baru telah memberikan uraian terperinci tentang hal ini. Negara Romawi berdiri tahun 753 SM, yang sebelumnya hanya terdiri dari beberapa kelompok masyarakat di beberapa desa yang akhirnya merebut banyak kota dan menjadi kerajaan yang besar tahun 265 SM. Berikut ini adalah kaisar-kaisar Romawi yang memerintah pada masa Perjanjian Baru:

1.Agustus (27 sM - 14 M). Ketika Tuhan Yesus lahir, pemerintahan sedang dipegang oleh Kaisar Agustus. Dialah yang memerintahkan sensus penduduk di Palestina.

2. Tiberius (14-37 M). Ia memerintah semasa Tuhan Yesus dewasa - mati.

3.Caligula (37-41 M). Kaisar yang menganggap dirinya dewa untuk disembah. Banyak orang Kristen mula-mula yang mati

karena melawan perintah untuk menyembah kepada kaisar.

4.Nero (54-68 M). Kaisar yang kejam dan semena-mena menganiaya orang Kristen. Paulus dan Petrus mati syahid pada masa pemerintahannya.

5.Vespasian (69-79 M). Pada masa pemerintahannya kota Yerusalem dihancurkan, termasuk bangunan Bait Allah.

6.Domitianus (81-96 M). Melakukan penindasan yang sangat kejam terhadap orang-orang Kristen. Memerintah pada masa tua Rasul Yohanes.

Palestina menjadi salah satu negara jajahan Kerajaan Romawi diperkirakan sejak tahun 63 sM. Kisah dalam PB diawali dari masa pemerintahan Herodes (37sM - 4M) yang ditunjuk oleh pemerintah Romawi sebagai raja Yahudi. Sebutan provinsi diberikan kepada daerah-daerah baru yang ditaklukkan Romawi. Untuk provinsi yang relatif damai dan setia pada Roma, pemerintahan

dipimpin oleh seorang gubernur. Sedangkan wilayah yang rawan dipimpin oleh seorang wali negeri. [Lihat: Kis. 13:7; 18:12; Mat.27:11]Daerah-daerah jajahan (provinsi) ini biasanya mendapat kebebasan (otonomi) untuk berdiri sendiri. Kebebasan agama pun juga diberikan kepada mereka (religio licita). Penarikan pajak juga diserahkan kepada pemerintahan setempat, tetapi di bawah

pengawasan Roma.

B. LATAR BELAKANG SOSIAL

Di kalangan masyarakat Yahudi, para alim ulama adalah kelompok ningrat yang kaya karena merekalah yang menguasai perdagangan dan pajak di bait suci. Sedangkan kelompok mayoritas penduduk biasanya miskin. Mata pencaharian mereka antara lain, petani, peternak, nelayan dan wiraswastawan kecil lainnya.Dalam masyarakat non-Yahudi, ada pembagian kelas masyarakat sbb.: kaum ningrat, kelas menengah, rakyat jelata, kaum budak dan penjahat.

C. LATAR BELAKANG EKONOMI

Keadaan tanah daerah sekitar Laut Tengah masa itu cukup subur sehingga hasil pertanian menjadi sumber hasil utama. Industri belum berkembang, hanya untuk menghasilkan kebutuhan sehari-hari, misalnya bejana, kain linen, hasil keramik barang rumah tangga. Baragng-barang mahal adalah hasil import negara lain.

Mata uang

Mata uang logam yang berlaku saat itu adalah denarius (dinar), dan uang emas aureus (pound). Satu dinar adalah upah pekerja untuk satu hari kerja (Mat. 20:2). Tetapi karena pemerintahan provinsi diijinkan mencetak uang sendiri, maka tidak heran kalau banyak beredar mata-mata uang yang berbeda (Mat. 21:12). Usaha pinjam meminjam uang juga sangat popular saat itu.

1.Arus perjalanan

Arus perjalanan sangat lancar jaman itu, karena adanya sistem jalan raya yang sangat baik. Sistem jalan raya ini menghubungkan kota Roma dengan daerah-daerah jajahan yang terbentang luas.

2. Arus perdagangan

Arus perdagangan dari dan ke luar negeri dilakukan lewat laut. Pelabuhan Aleksandria adalah salah satu pelabuhan terpenting. Banyak kapal-kapal besar berlayar dari sini. Hasil perdagangan yang banyak didatangkan adalah biji-bijian.

Alat Test

Harap setiap peserta mengikuti petunjuk mengerjakan tugas sbb.:

1. Bacalah Bahan Pelajaran dan semua Referensi Pelajaran dengan teliti.

2. Bacalah Pertanyaan (A) dan (B) di bawah ini, kemudian jawablah dengan jelas dan tepat.

Apabila Anda mendapatkan kesulitan sehubungan dengan isi Bahan Pelajaran, silakan menghubungi Pembimbing di:ptr.pasca@gmail.com

3.Selamat mengerjakan!

Perhatian Setelah lembar jawaban di bawah ini diisi, mohon dikirim kembali dalam bentuk plain text (e-mail biasa) atau dalam bentuk attachment ke:ptr.pasca@gmail.com

Pertanyaan (A):

1.Masa "sesudah PL dan sebelum PB" disebut sebagai masa-masa "gelap" karena Allah tidak mengirimkan nabi-nabi-Nya untuk berbicara kepada umat Israel. Masa tersebut berlangsung selama ...... tahun.

2.Ada tiga bangsa besar yang sangat berperan dalam mempersiapkan masa Perjanjian Baru, Mereka adalah bangsa ............,.............., dan .........

3.Bangsa yang berperan dalam mempertahankan sistem penyembahan kepada Allah monotheisme dan mempertahankankelangsungan sejarah keselamatan yang dijanjikan bagi umat manusia adalah bangsa ................

4. Pada masa Perjanjian Baru, bangsa Israel (negara Palestina) ada dibawah penjajahan bangsa ............

5.Sebutkan nama 6 kaisar Romawi yang memerintah pada zaman Perjanjian Baru.

a. 27 SM - 14 M : Kaisar ...........

b. 14 - 37 M : Kaisar ...........

c. 37 - 41 M : Kaisar ...........

d. 54 - 68 M : Kaisar ...........

e. 69 - 79 M : Kaisar ...........

f. 81 - 96 M : Kaisar ...........

6. Siapakah Kaisar yang memerintah pada masa pelayanan Tuhan Yesus di dunia? Kaisar ...........

7.Hukum yang memberi kebebasan kepada bangsa Yahudi untuk memeluk agamanya sendiri (agama Yudaisme) disebut:

..............

8. Dalam masyarakat Yahudi, yang disebut sebagai kelompok kaum ningrat (konglomerat) adalah .............

9. Salah satu pelabuhan terpenting pada zaman Perjanjian Baru adalah ..........

10. Salah satu jenis mata uang yang berlaku pada jaman Perjanjian Baru adalah ............. dan uang emas ...........

Pertanyaan (B):

1. Bagaimana sistem transportasi zaman Perjanjian Baru mendukung penginjilan dan perintisan gereja mula-mula?

2. Apa pentingnya mempelajari latar belakang zaman Perjanjian Baru?

SOSIAL, DAN EKONOMI DUNIA PB

DOMINASI ROMA, 63 SM, - 66 M

Campur tangan muncul menjelang penaklukan Romawi atas Syria dan penghapusan monarki Seleukid. Kita telah melihat betapa Pompeius melindungi perbatasan-perbatasan selatan dan timur kekaisarannya dengan kerajaan-kerajaan bawahan. Kebijaksanaannya adalah mempertahankan kerajaan-kerajaan tersebut tetap kecil, dan kerajaan Hasmoni pun dikurangi ukuran dan

kekuasaannya. Kota-kota Yunani disepanjang pantai Laut Tengah dan di Dekapolis, yang oleh keluarga Hasmoni dipaksa menerima Yudaisme, mendapatkan otonomi dan penduduk Yunani pun kembali ke sana. Kota-kota menara Strato, Seforis, dan Skitopolis juga memperoleh otonomi untuk membentuk sebuah penghalang efektif antara wilayah-wilayah Yahudi Galilea di utara dan Yudea serta Idumea di selatan. Dari sudut pandang Roma, hal ini semata-mata berarti pengembalian wilayah itu kepada penduduknya semula, yang dapat diharapkan setia kepada pelindung mereka, orang Romawai, dan mempertahankan wilayah Yahudi dalam batas-batas yang aman. Bagi kaum nasionalis Yahudi, ini adalah pelanggaran yang tidak adil atas kekuasaan kerajaan Hasmoni yang sah. Lebih lanjut, banyak orang Yahudi yang diusir dari kota-kota ini di Galilea, Dekapolis dan wilayah

pantai kehilangan perdagangan dan miliknya ketika penduduk berkerumun kewilayah Yudea yang terbatas. Akan tetapi, para pangeran Hasmoni akan lebih prihatin dengan perang mereka satu sama lain, dan sebagai sebuah negara bawahan dari orang- orang Romawi Yudea menjamin pion dalam tipu daya para politikus besar di Roma. Pada tahun 55 sM. Seorang penguasa baru diangkat oleh Roma untuk memerintah Yudea dengan gelar "Prokurator". Dia adalah Antipater, seorang pengeran

dari dari suku Iduman (yang telah dipaksa memeluk agama Yudaisme oleh keluarga Hasmoni) yang dianggap sebagai orang luar oleh kaum tradisionalis. Herodes, anak Antipater, belajar memainkan permainan Romawi dengan lebih baik dari pada ayahnya, dan ia berhasil diakui pada tahun 43 sM. Sebagai "raja" Yudea, yang mencakup Galilea, Perea dan Samaria. Jabatan imam agung dipisahkan dari jabatan kenegaraan, dan muncul perlawanan keagamaan yang cukup besar terhadap kedudukan Herodes sebagai raja. Herodes membutuhkan waktu beberapa tahun untuk memaksakan pemerintahannya. Pada tahun 27 sM. Ia menerima dari Kaisar Agustus pemerintahan atas sejumlah kota Yunani kuno di pantai dan di pedalaman, dan belakangan ia menerima sebuah wilayah yang luas

di Timur dan Timur Laut Galilea, termasuk Gaulanitis, yang kini dikenal dengan Dataran Tinggi Golan. Wilayah ini jarang penduduknya, sehingga Herodes mengambil kesempatan untuk membangun kota-kota baru di sana, untuk mengurangi kelebihan penduduk di tanah Yudea. Orang-orang Yahudi yang menetap di kota-kota ini lebih setia kepadanya dari pada mereka yang tinggal

di Yudea, yang selalu menganggapnya sebagai orang asing, yang lebih memihak pada Helenisme dari pada Yudaisme. Dan dalam banyak hal ia memainkan peranan sebagai monarki Helenis yang kafir. Di Samaria ia membangun kota baru, Sebaste dan di menara Strato di pantai ia membangun kota baru Kaisarea. Yang menonjol ialah bahwa kedua kota itu dinamai sesuai dengan – dan mencakup kuil-kuil anggota - keluarga kerajaan. Sebuah teater Yunani dan tempat pacuan kuda dibangun di Yerusalem. Bahasa Yunani adalah bahasa resmi pemerintah. Guru-guru Yunani mengajar di keluarga raja. Di pihak lain, untuk meredakan sentiment Yahudi, Herodes melakukan investasi dalam pembangunan kembali Bait Suci di Yerusalem yang sangat indah. Dinding-dinding yang indah, yang salah satunya bertahan sebagai Dinding Barat atau Tambok Ratapan, menopang sebuah teras besar; di sana

sebuah Bait Suci yang baru bangun, dengan ukuran dan hiasan yang tidak pernah ada sebelumnya,. Pekerjaan dimulai pada tahun 23 sM. dan baru selesai pada tahun 64 M.

Dalam kenangan satu atau dua generasi berikutnya Herodes adalah orang luar yang memperlakukan orang-orang Yahudi dengan sombong, menyiksa orang Farisi yang setia menentang kegiatannya yang meyunanikan orang Yahudi dan membunuh tiga dari putra sendiri. Pada waktu kematiannya kebencian berubah menjadi perlawanan aktif diseluruh kerajaannya. Di Yerusalem, di pedesaan Yudea, Perea dan Galilea, gerombolan-gerombolan gerilya mengorganisir diri di sekitar tokoh- tokoh kharismatik, yang bagi para pengikutnya tampaknya memuat ciri-ciri Mesias yang telah lama dinantikan. Kini, tergantung pada sudut pandang kita apakah mereka akan kita sebut pejuang kemerdekaan atau teroris. Gangguan-gangguan itu menurut gubernur Romawi di Syria,

Quinctilius Varus, untuk turun tangan secara militer pada dua kesempatan terpisah pada tahun 4 sM. Penyerbuan-penyerbuan berkhir di Yerusalem dengan penyaliban dua ribu tahanan Yahudi, sehingga meningkatkan warisan kebencian dan perlawanan umum yang didapat pengganti Herodes.

Menurut Kitab-kitab Injil, Yesus dilahirkan tidak lama sebelum kematian Herodes Pada tahun 4 sM.

Dalam wasiatnya Herodes meninggalkan kerajaannya kepada tiga putranya yang masih hidup, dan setelah pembicaraan-pembicaraan yang panjang di Roma (kerena hampir semua anggota keluarga Herodes berhasil hadir dan mengajukan tuntutan mereka) Kaisar Agustus mengesahkan pengaturan ini. (Peristiwa ini mungkin tercermin dalam kisah raja yang bepergian jauh dalam perumpamaan tentang talenta, Luk. 19:12-27.) Bagian selatan Yudea dan Samaria diperintah oleh Arkhelaus, yang

mendapat gelar etnarch. Galilea dan Perea diserahkan kepada saudara Arkhelaus, Herodes Antipas, yang seringkali diacu dalam kitab-kitab Injil sebagai Herodes saja. Saudara tiri Arkhelaus, Filipus, mendapatkan wilayah Timur Laut kerajaan, wilayah-wilayah baru yang telah diterima Herodes antara tahun 23 dan 20 sM. Baik Atipas maupun Filipus mendapatkan gelar tetrarch ("pemimpin dari seperempat bagian"). Wilayah Filipus sebagai tetrarch, yang diperintahnya sampai kematiannya pada tahun 34 M, mencakup banyak kota Yunani, dan bahkan orang-orang Yahudi di sini relatif puas dengan keluarga Herodes. Akibatnya, pemerintahan Filipus relatif tenang. Ia membangun lagi desa nelayan Betsaida di sudut Timur Laut danau Galilea (Mrk. 6:45; Luk 9:10) sebagai kota Helenis yang

dinamai Yulias, untuk menghormati putri Agustus, dan lebih jauh di utara ia mengganti Paneas dengan kota Helenis baru yang disebut Kaisarea Filipi (mat 16:13 dan paralelnya). Herodes Antipas memerintah Galilea sebagai tetrarch sampai Kaisar Gaius menggulingkannya pada tahun 39 M. Warganya termasuk Yesus dari Nazaret dan Yohanes Pembabtis. Antipas paling banyak mengundang perhatian kita dalam kitab-kitab injil, karena ia menghukum mati Yohanes, yang mengangkat perkawinan Antipas dengan Herodias sebagai masalah masyarakat, sebuah perkawinan yang melanggar dua hukum Yahudi (Mat. 14:1-14; Luk. 3:19-20). Versi Markus (6:17-27) memberikan kita sepintas kahidupan di istana Antipas yang penuh dengan pejabat istana, perwira militer, orang-orang terkemuka, seorang ratu yang berkomplot dan bahkan seorang putri penari kerajaan (Salome, putri Herodias dan putri Filipus sang tetrarch). Cara Antipas mangawasi adat-istiadat Yahudi dengan semaunya juga di perlihatkan di ibu kota baru yang di bangunnya di Danau Galilea. Meskipun dinamai Tiberias, untuk menghormati kaisar yang memerintah tahun 14-37 M., kota itu dimaksudkan untuk menjadi lebih Yahudi daripada bukan Yahudi. Namun pada pembangunannya ditemukan pekuburan tua dalam batas kota, yang menyebabkan kota itu tak cocok untuk ditinggali menurut mata orang-orang ortodoks. Herodes meneruskan pembangunannya tetapi hanya mampu membujuk sebagian kecil orang Yahudi untuk pindah ke sana. Pengganti Herodes yang paling tidak bahagia adalah Arkhelaus (Mat. 2:22), yang menghadapi perlawanan politik sejak permulaan

pemerintahannya. Kita tidak tahu banyak mengenai rinciannya, tetapi pada tahun 6 M. Orang-orang Samaria maupun Yahudi bersatu di sebuah kedutaan Romawi yang berhasil dalam membujuk Agustus untuk menggulingkan Arhelaus dan membuangnya ke Galia. Wilayah Arkhelaus dianeksasi dalam kekaisaran Romawi sebagai sebuah provinsi kerajaan yang dikuasai oleh seorang pemimpin

dari jajaran ksatria. Gubernur provinsi Syria jauh lebih penting melaksanankan pengawasan dan sekali-sekali ikut campur dalam urusan-urusan Yudea. Misalnya, ketika Provinsi Yudea diorganisasi Kirenius, gubernur Syria, melakukan sensus umum di provinsi yang baru itu, yang berulangkali diacu dalam kisah Lukas tantang kelahiran Yesus (2:2). Hal ini disebabkan dipaksakannya pajak perorangan terhadap penduduk, yang diacu Matius (22:15-22) dan Markus (12:14-17) dengan kata census; Lukas (20:21- 26) mengunakan kata Yunani untuk upeti. Pusat adminitratif provinsi Yudea terletak di pantai Laut Tengah, di kota Helenis yang dibangun Herodes Kaisarea; dari sana gubernur memimpin banyak sejumlah kecil pasukan. Di Yerusalem Sanhedrin berfungsi sebagai senat provinsi, yang anggota-anggotanya diambil dari keluarga-keluarga terkemuka dalam pola provinsi yang lazim.

Pejabat yang memimpinnya adalah imam agung, yang pada mulanya (sejak tahun 6-15 M.) adalah Hanas; bahkan ketika jabatan itu dialihkan kepada orang-orang lain, imam agung tatap menjadi tokoh politik Yudea setelah gubernur (Mat. 26:3; Luk. 3:2; Yoh. 18:24; Kis. 4:5-6). Kebijaksanaan resmi Roma yang hati-hati dalam mempertahankan otonomi Yahudi dalam masalah-masalah keagamaan dan dalam mengizinkan orang Yahudi di seluruh dunia membayar pajak tahunan sebesar setengah syikat untuk memelihara Bait Suci.Orang-orang Yahudi dikecualikan dari tuntutan biasa untuk ikut serta dalam ibadah kekaisaran. Sebaliknya, kurban (dua ekor anak domba dan seekor sapi jantan) dipersembahkan setiap hari di Bait Suci atas nama kaisar.

Dalam banyak hal pemerintahan Roma bersifat lunak, tetapi peristiwa-peristiwa tertentu mengikis kaum tradisionalis Yahudi yang teringat kekuasaan independen keluarga Hasmoni yang besar dan yang telah melihat banyak perubahan pengaturan administrasi, Misalnya, pakaian yang dikenakan oleh imam agung untuk upacara-upacara khusyuk tidak disimpan olehnya melainkan melainkan

di benteng Antonia, di kawal oleh tentara-tentara Romawi. Sensus oleh Kirenius sendiri adalah penyebab rasa kebencian besar, yang mengkristal disekitar tokoh kharismatik dari Galilea yang bernama Yudas (Kis. 5:37). Yang pengikut-pengikutnya kemudian

pada tahun-tahun berikutnya sebagai orang-orang Zelot.Tidak dari seorang pun dari gubernur Romawi di Yudea antara tahun 6 dan 66 M. yang tampak jelas-jelas bijaksana. Kita mengetahui paling banyak tantang Pontius Pilatus, gubernur dari tahun 26 sampai 36; dengan adanya sifat sumber-sumber kita,

yang kita ketahui adalah benturannya dengan lawan-lawan pemerintah Roma. Misalnya, pada awal masa jabatanya ia menempatkan sebuah satuan baru untuk tugas pengawalan di benteng Antonia di Yerusalem. Satuan yang baru itu, berbeda dengan para pendahulunya, diidentifikasikan dengan panji-panji yang dihiasi dengan kalung patung dada kaisar. Tampaknya ini adalah penghinaan langsung secara sengaja terhadap larangan Yahudi untuk membuat patung pahatan. Belakangan, untuk membiayai sebuah saluran yang baru di Yerusalem, Pilatus merampas uang dari perbendaharaan Bait Suci, sebuah pelanggaran hukum romawi maupun Yahudi. Dalam kisah lain, ia memasang perisai-perisai yang dihiasi dengan namanya sendiri dan nama Kaisar Tiberius dipasang di dinding-dinding Herodes, tempat tinggalnya sendiri di Yerusalem. Dalam semua insiden ini Pilatus dipaksa mundur,

biasanya dengan ancaman atau dengan realitas kekerasan Yahudi. Manuver diplomatik juga memainkan peran. Seyanus, Penasihat utama bagi kaisar Tiberius (14-37 M.), tampaknya telah mendorong perilaku anti Yahudi diseluruh kekaisaran; setelah Seyanus dihukum dengan tuduhan berkhianat pada tahun 31 M. Tiberius tampaknya lebih bersimpati pada keinginan-keinginan para

pemimpin Yahudi setempat di Sanhedrin. Karena itu, dalam mempertahankan posisinya Pilatus tampaknya bertindak agak hati-hati dalam menghadapi imam agung dan rekan-rekannya. Hal ini mungkin menjelaskan perilaku pada peradilan Yesus. Juga peranan Barabas yang mungkin sekali adalah salah seorang Zelot. Kalau demikian, kegiatan-kegiatan terorisnya tentulah telah

menyebabkan ia ditangkap (Mrk. 15:7). Pilatus digantikan sebagai pemimpin pada tahun 36., dan gubernur Syria, Vitelius, berusaha melunakkan orang-orang Yahudi dengan serangkaian tindakan rujuk yang mencakup pengembalian pakaian-pakaian keagamaan untuk dijaga oleh imam agung.

Pemerintah Kaisar Gaius (37-41.), yang digelari Caligula, ditandai oleh usahanya untuk menghapus ibadah Yahudi di Yerusalem dan menggantikannya dengan penempatan sebuah patung bagi dirinya untuk disembah di Bukit Bait Suci. Ini dilakukan sebagai pembalasan atas sebuah peristiwa di Yamnia; di sana orang-orang Yahudi menyerang dan mencemari sebuah mezbah baru yang

telah dibangun oleh orang-orang Yunani di kota tersebut untuk menghormati ibadah kekaisaran. Gaius di bunuh sebelum ia memaksakan penyelesaian proyek tersebut. Salah seorang yang argumen dan permohonannya menyebabkan rencana itu tertunda adalah Agripa I, cucu Herodes Agung. Ia dibesarkan di Roma dan menjadi sahabat baik Gaius dan juga Claudius, yang menggantikan Gaius sebagai kaisar dan memerintah dari tahun 41-54 M. Untuk menenangkan ketegangan-ketegangan yang muncul di Yudea, Cludius mengangkat Agripa menjadi raja; dari tahun 41 M sampai kematiannya di di tahun 44 ia memerintah Galilea, Perea dan Yudea. Sekali lagi berdiri sebuah kerajaan yang merdeka dibawah wangsa kerajaan Herodes yang dapat mengklaim paling tidak sejumlah keabsahan dimata orang-orang Yahudi. Di kerajaannya sendiri Agripa, yang neneknya adalah anggota wangsa Hasmoni, menampilkan dirinya sebagai orang Yahudi yang berbakti dan saleh. Ia melaksanakan perayaan-perayaan, memberikan persembahan harian dan menegaskan dominasi Yudaisme Farisi atas sekte-sekte pembangkang, dengan menghukum mati dan memenjarakan para pemimpin komunitas Kristen di Yerusalem (Kis. 12:1-9). Di pihak lain, pendidikannya di Roma telah memberikannya simpati-simpati pro-Romawi dan selera Helenisme yang jelas. Ia lebih suka tinggal di kota Yunani, Kaisarea, daripada di Yerusalem, mata uangnya di cap dengan gambarnya, dan ia merayakan sebuah perayaan ibadah kekaisaran, ketika ia diserang usus buntu dan meninggal dalam rasa sakit yang hebat menurut orang-orang saleh, ia menjadi korban pembalasan ilahi karena mengijinkan masyarakat menyambutnya dengan cara-cara yang

dengan ibadah penguasa, ibadah raja-raja Helenis. Ketika Agripa I meninggal, kaisar sekali lagi menjadikan Yudea sebuah provinsi Romawi, dan dengan demikian menjadikan

kontrol Romawi lebih kuat, tetapi juga mengecewakan harapan-harapan kaum nasionalis Yahudi. Ini adalah kali ketiga dalam ingatan mutakhir bahwa sebuah kerajaan Yahudi digantikan oleh kekuasaan Romawi di tahun 63 sM., tahun 6 M. dan kini di tahun 44. Insiden-insiden ketidakpekaan Romawi meningkatkan rasa kecewa ini; gubernur Romawi pertama, yang kini disebut prokurator, berusaha untuk kembali menguasai pakaian kebesaran imam agung; dibawah Cumanus, prokurator dari tahun 48-52, seorang prajurit yang sedang bertugas jaga secara tidak sopan menelanjangi dirinya kepada kerumunan pada hari raya paskah; dan dan ketika sekelompok peziarah Yahudi dari Galilea diserang oleh bandit-bandit Samaria, pemerintah tidak menangapinya. Gerakan Zelot meningkatkan jumlah dan efektifitas serangan-serangan teror mereka, mengancam dengan hukuman mati setiap orang Yahudi yang bekerja sama dengan penguasa Romawi. Sebuah serangan dilancarkan dari padang gurun dan dan hamper merebut Yerusalem; serangan ini dipimpin seorang Zelot yang di gelari "orang Mesir" , yang mesih menjadi keprihatinan pemerintah pada saat Paulus ditangkap (Kis. 21:38). Para pemimpin agama dan politik, Sanhedrin, memanfaatkan gejolak ini untuk tujuan-tujuan mereka sendiri, menjegal lawan-lawannya pada setiap kesempatan dan menghukum para pembangkang seperti orang-orang Kristen. Pemimpin-pemimpin kharismatik muncul diberbagai bagian provinsi dan harapan-harapan akan pembebasan segera dari dominasi Romawi dibakar oleh khotbah-khotbah kenabian dan sastra apokaliptik, yang meramalkan bahwa orang-orang Yahudi akan menang dibawah seorang Mesias yang akan segera datang. Orang-orang Romawi beraksi dengan langkah-langkah

tandingan dengan menghukum mati para teroris dan menangkap orang banyak yang berkumpul mendengarkan khotbah-khotbah para "nabi" dan "Mesias". Dua orang prokurator dari masa ini muncul dalam kisah Perjanjian Baru: Feliks (52-60 M). Yang menikah dengan Drusila, putri Agripa I (Kis. 24:24); dibawah dia pengadilan atas Paulus berlangsung berkepanjangan sampai dua

tahun (Kis. 24:27); dan Porsius Festus (60-62M.), yang mendengar kasus Paulus dengan tergesa-gesa dan, setelah berkonsultasi dengan Agripa II, saudara laki-laki Drusila dan penguasa sebuah kerajaan bawahan kecil yang berpusat di tetrarkhi Filipus,memenuhi permintaan Paulus agar dikirim ke Roma untuk diadili (Kis.24:27 sampai 26:32).

Perang Yahudi dan Sesudahnya

Kehancuran Hukum dan ketertiban yang terus berkembang di provinsi Yudea membawa Pada revolusi besar-besaran malawan kekuasan Romawi di tahun 66 M. Sebuah pertikaian antara orang-orang Yunani dan Yahudi di Kaisarea menyebabkan pemeran kekuasaan yang tidak simpatik yang di pimpin oleh Gesius Florus sang prokurator. Orang-orang Zelot menjawab dengan merebut benteng yang dibangun oleh Herodes di Masada dan membunuh banyak perwira Romawi di sana. Lembaga imamat di Yerusalem bergabung dengan pemberontakan dengan menghentikan kurban-kurban atas nama kaisar, yang menyebabkan pernyataan perang terhadap kekaisaran Romawi. Kekaisaran Romawi menjawab dengan mengirim Vespasianus dan putranya, Titus, melawan provinsi yang mamberontak. Pada pertengahan tahun 68 M., pasukan-pasukan mereka telah memperoleh kembali kekuasaan atas seluruh wilayah kecuali Yudea Timur. Kematian Kaisar Nero menyelingi peperangan Romawi, dan sebuah peperangan saudara Romawi berkepanjangan sampai satu tahun pemenangnya adalah Vespasianus sendiri, yang kini menjadi Kaisar yang baru. Titus melanjutkan peperangan tersebut. Ia mengepung Yerusalem selama setahun penuh dan akhirnya menyerbu Bukit Bait Suci

pada pertengahan tahun 70. Ia memasuki ruang mahasuci, merebut peralatan suci untuk menghiasi kemenangannya di Roma dan kemudian membakar Bait Suci itu sendiri. Ia masih membutuhkan satu bulan lagi untuk menghabisi perlawanan terakhir di dalam kota, dan kemudian Titus memerintahkan penghancuran tembok-tembok hingga rata dengan tanah dan penutupan Bait Allah. Operasi-operasi pembersihan terus dilakukan terhadap benteng-benteng yang diduduki orang-orang Zelot. Yang terakhir jatuh, pada tahun 73 M ., adalah Masada. Orang-orang Romawi mengambil langkah-langkah yang berat untuk menjamin ketenangan Yudea pada tahun-tahun sesudah 70 M.Kedudukan gubernur ditingkatkan pangkatnya setara dengan utusan kaisar dan diberikan kepada orang-orang yang berkualitas tinggi dengan pengalaman dalam administrasi provinsi. Pasukan militer juga diperkuat, dan sebuah legiun lengkap dengan tentara profesional ditempatkan di Yerusalem, lokasi yang paling besar memiliki kemungkinan meletus di kemudian hari. Penjagaan ketat dilakukan untuk manghalangi setiap kemungkinan munculnya para Mesias sebelum mereka memperoleh pengikut, dan keturunan

Daud dikenai pemerikasaan khusus dan penganiayaan. Pengahancuran Bait Suci dan penghapusan jabatan imam dan Sanhedrin merupakan tiitik balik yang penuh bencana dalam sejarah

Yahudi. Kurban-kurban yang diperintahkan dalam kitab-kitab Tora tidak dapat lagi dilaksanakan melainkan hanya diingat dalam kenangan bangsa Yahudi. Kebiasaan lama, yang ditorerir oleh orang-orang Romawi, mambayar pajak setengan syikal per orang per tahun untuk mempertahankan ibadah Bait Suci di Yerusalem sementara dibuat tidak berguna, tetapi orang-orang Romawi menuntut orang-orang Yahudi diseluruh kekaisaraan untuk membayar jumlah yang sama, dua dirham, kepada kekaisaran, tampaknya untuk mempertahankan ibadah Yupiter, yang telah mengalahkan Yahweh dan umat-Nya. Untuk menghadapi apa yang telah terjadi, sebagian orang Yahudi. Seperti orang-orang Farisi berusaha mempertahankan tentang tradisi-tradisi lama dan menyesuaikan dengan lingkungan-lingkungan yang baru. Yang lain, seperti golongan Zelot mencari penghiburan dalam pengharapan akan seorang Mesias yang akan memulihkan kekuasaan bangsa Yahudi. Keduanya menantikan dan mengharapkan pemulihan ibadah imamat yang sempurna di Yerusalem. Antara tahun 115 dan 117 M., sumber-sumber Romawi maupun Yahudi berkisah tentang pemberontakan Yahudi yang meletus di

Kirene, Mesir, dan Siprus. Dalam menjawab janji-janji dari orang-orang yang mengangkat diri sebagai Mesias, orang-orang Yahudi ini bangkit dengan kekerasan melawan tetangga-tetangga mereka yang bukan Yahudi dan melawan pemerintahan. Di Palestina pada saat yang sama mungkin pula terjadi pemberontakan serupa, tetapi kita tidak mempunyai bukti langsung mangenai hal ini. Sebaliknya kita mendengar tentang revolusi yang meletus pada tahun 123 M., yang di pimpin oleh Shimon bar-Kosiba, seorang tokoh mesianis yang disebut Bar Kokhba ("Putra Bintang") oleh para pengikutnya dan belakangan oleh rabi-rabi yang kecewa, disebut Bar-Kozeba ("Putra Dusta"). Pemberontakan ini mungkin didorong oleh larangan Kaisar Hadrianus untuk mempratikkan sunat yang kemudian berkembang menjadi larangan mempraktikan agama Yahudi meskipun hal itu mungkin bukanlah maksud Hadrianus. Orang-orang Kristen Palestina tentu akan menolak klaim Bar-Kokhba sebagai Mesias dan barangkali tidak bergabung dalam revolusinya. Namun demikian, dokumen-dokumen baru yang di temukan baru-baru ini di gua-gua yang dipergunakan sebagai tempat persembunyian para pemberontak tampaknya memperlihatkan bahkan sejumlah orang bukan Yahudi

bergabung dengan orang-orang Yahudi dalam perlawanan ini dan Bar Kokhba diangkat sebagai "nasi ('pangeran') Israel".Orang-orang Romawi mengirimkan sejumlah perwira terbaik mereka dengan delapan legiun, dan pada tahun 135 M . Revolusi tersebut dihancurkan, para pemberontak bertahan kelaparan ketimbang menyerah di gua-gua di perbukitan Yudea, dan mereka yang masih hidup di salibkan sampai ratusan jumlahnya. Hancurlah pengharapan bahwa sang Mesias akan segera datang. Kota Yerusalem dibangun kembali sebagai sebuah kota Helenis dengan nama Aelia Capitolina untuk menghormati keluarga kaisar. Sebuah kuil Zeus menghiasi puncak Gunung Bukit Suci, dan orang-orang Yahudi bahkan dilarang untuk memasuki kota.

Referensi Ilmu Survei PB (Bedah Buku)

Judul Buku : Ensiklopedi Fakta Alkitab II

Pengarang : J.I Packer, Merrill C. Tenney, William White, Jr.

Penerbit : Gandum Mas, Malang, 2001

Halaman : 934 - 941

LATAR BELAKANG POLITIK, SOSIAL, DAN

EKONOMI DUNIA PB

PENDIDIKAN

Orang Israel menyediakan pendidikan bagi anak-anak mereka. Pendidikan itu mencakup pelajaran agama dan juga pelatihan dalam berbagai keterampilan yang akan mereka perlukan dalam dunia sehari-hari. Mereka adalah bangsa yang bertani, jadi hanya para pemimpin agama diajar membaca dan menulis."Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya ... dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia" (Luk. 2:52). Ayat ini menangkap tujuan pendidikan Yahudi. Pendidikan itu tidak hanya berusaha untuk memberikan pengetahuan, tetapi juga hikmat, yang berpusat pada hubungan seseorang dengan Tuhan. Di Israel pada zaman purba, pendidikan merupakan suatu proses informal. Sebagian besar atau semua pendidikan itu dilakukan oleh orang tua. Tidak ada ruang kelas atau kurikulum yang tersusun. Pada zaman Perjanjian Baru, orang Yahudi telah memakai pendekatan yang lebih formal terhadap pendidikan. Mereka menyediakan ruang-ruang kelas dan guru-guru yang memenuhi syarat

untuk mengajar semua anak di desa.

A. Guru Teladan.

Untuk mengerti fungsi seorang guru Yahudi, pertama-tama kita harus memikirkan Guru ilahi yang dicontoh oleh guru Yahudi itu. Alkitab mengacu kepada Allah sebagai Guru yang berkata kepada murid-murid-Nya, "Inilah jalan, berjalanlah mengikutinya"(Yes. 30:20-21). Allah mengetahui dan memahami kebutuhan murid-murid-Nya; Ia benar-benar mengetahui mata pelajaran-Nya, Dialah teladan yang sempurna dan tak dapat salah bagi murid-murid-Nya. Guru Yahudi mempunyai panutan ini di depannya pada waktu ia pergi mengajar. Kita tahu bahwa Allah memakai manusia untuk mengajarkan Taurat kepada bangsa Israel. Orang-orang ini bukan saja menjadi guru tetapi juga teladan kesalehan - orang seperti Musa, para imam, dan para nabi seperti Elia. Murid-murid mereka adalah orang dewasa dari bangsa Israel, yang kemudian bertanggung jawab untuk meneruskan pengetahuan itu kepada anak-anak mereka.

B. Tanggung jawab Orang tua.

Pendidikan agama anak-anak adalah tanggung jawab orang tua (Ul. 11:19: 32:46). Tidak ada kekecualian bagi orang-tua yang merasa bahwa mereka terlalu sibuk untuk mengajar.

Bahkan setelah anak-anak menjadi akil balig dan menikah, tanggung jawab orang tua tidak berakhir: mereka juga mempunyai bagian penting dalam mendidik cucu mereka (Ul. 4:9). Sebenarnya, sering kali mereka tinggal serumah. Pada hakikatnya, seorang ayah Israel bertanggung jawab atas pendidikan anak-anaknya; tetapi para ibu juga memainkan peranan yang amat penting, terutama sampai seorang anak mencapai umur lima tahun. Selama tahun-tahun pertumbuhan itu, sang ibu

seharusnya membentuk masa depan anak-anaknya, baik laki-laki maupun perempuan. Ketika seorang anak laki-laki menjadi cukup besar untuk bekerja dengan ayahnya, maka ayah itu menjadi guru utamanya, meskipun sang ibu terus mengambil bagian dalam tanggung jawab mengajar itu (bdg. Ams. 1:8-9; 6:20). Sang ibu memikul tanggung jawab utama untuk anak-anak perempuannya, serta mengajarkan berbagai keterampilan yang akan mereka butuhkan agar pada waktunya mereka dapat menjadi istri dan ibu yang baik. Apabila seorang lain, yang bukan ayahnya, harus mengambil tanggung jawab untuk mengajar seorang anak laki-laki, maka orang itu dianggap sebagai "ayah"-nya. Pada generasi-generasi kemudian, seorang yang secara khusus diberi tugas untuk mengajar,

disebut "bapak," dan ia menyapa murid-muridnya sebagai "anak-anakku."

Perhatian utama orang tua Yahudi ialah agar anak-anak mereka menjadi mengenal Allah yang hidup. Dalam bahasa Ibrani, kata kerja "mengenal" berarti terlibat secara akrab dengan seseorang. Alkitab menandaskan bahwa rasa hormat atau takut akan TUHAN adalah "permulaan hikmat ... dan mengenal Yang Maha Kudus adalah pengertian" (Ams. 9:10). Orang tua yang saleh membantu anak-anak mereka untuk mengembangkan pengenalan semacam ini tentang Allah. Dari awal masa anak-anak, seorang anak laki-laki telah belajar tentang sejarah Israel. Sebagai arak kecil, ia mungkin telah

menghafal suatu pernyataan kepercayaan dan mengucapkannya paling sedikit sekali setahun, pada persembahan hulu hasil. Pernyataan kepercayaan itu memperpendek kisah sejarah Israel menjadi bentuk yang sederhana yang mudah untuk dihafal:

Bapaku dahulu seorang Aram, seorang pengembara. Ia pergi ke Mesir dengan sedikit orang saja dan tinggal di sana sebagai orang asing, tetapi di sana ia menjadi suatu bangsa yang besar, kuat dan banyak jumlahnya. Ketika orang Mesir menganiaya dan menindas kami dan menyuruh kami melakukan pekerjaan yang berat, maka kami berseru kepada TUHAN, Allah nenek moyang kami, lalu TUHAN mendengar suara kami dan melihat kesengsaraan dan kesukaran kami dan penindasan terhadap kami. Lalu TUHAN membawa kami keluar dari Mesir dengan tangan yang kuat dan lengan yang teracung, dengan kedasyatan yang besar dan dengan tanda-tanda serta mukjizat-mukjizat. Ia

membawa kami ke tempat ini, dan memberikan kepada kami negeri ini, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya. Oleh sebab itu, di sini aku membawa hasil pertama dari bumi yang telah Kau berikan kepadaku, ya TUHAN (Ul. 26:5-10).

Demikianlah anak-anak belajar bahwa bangsa Israel telah mengikat suatu perjanjian dengan Allah. Perjanjian ini menempatkan batasan-batasan tertentu pada mereka. Mereka tidak leluasa untuk mencari keinginan mereka sendiri, tetapi mereka mempunyai tanggung jawab terhadap Allah karena Ia telah menebus mereka. Dengan rajin mereka diajarkan garis-garis pedoman yang telah

diberikan oleh Allah kepada mereka. Yesus meringkaskan inti dan tujuan hukum-hukum ini ketika Ia menyatakan, "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang

kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi" (Mat. 22:37-40). Mungkin tidak ada sekolah-sekolah formal pada zaman Perjanjian Lama. Sebagian besar pengetahuan disampaikan di

tengah-tengah kesibukan sehari-hari. Pada waktu berbagai kesempatan terbit sepanjang hari, orang-tua akan mengajarkan anak-anak mereka. Seorang anak mungkin bertanya, "Ayah, mengapa batu-batu itu ditimbun di sana? Apakah artinya? (bdg. Yos. 4:21). Maka seorang ayah akan meluangkan waktu untuk menjelaskan latar belakang agama dan arti monumen itu. Dibutuhkan waktu seumur hidup untuk menyelesaikan pendidikan seorang anak. Keluarga Yahudi mempunyai petunjuk dari

Tuhan, "Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu" (Ul. 6:6-7). Frase "mengajarkannya berulang-ulang" berasal dari sebuah kata Ibrani yang biasanya mengacu kepada hal menajamkan sebuah alat atau mengasah sebilah pisau. Apa yang dilakukan batu asah untuk mata pisau, demikian pula dilakukan pendidikan untuk anak itu. Pendidikan mempersiapkan anak-anak untuk menjadi anggota-anggota masyarakat yang berguna dan produktif.

C. Sekolah-sekolah Sinagoge.

Kita tidak tahu dengan tepat kapan pertama kalinya sekolah-sekolah sinagoge itu didirikan. Ada yang berpendapat bahwa kebiasaan ini dimulai pada masa Pembuangan di Babel. Kapan pun sistem ini dimulai, pada zaman Perjanjian Baru sekolah sinagoge telah merupakan bagian penting dalam kehidupan bangsa Yahudi.Setiap hari Sabat, orang-orang Yahudi dengan setia berkumpul di sinagoge untuk mendengar rabi mereka membaca Kitab Suci dan menerangkan hukum Taurat. Di samping saat-saat ibadat yang tetap, sinagoge menyokong kelas-kelas khusus. Selama minggu itu,anak-anak lelaki datang ke kelas-kelas ini untuk mempelajari Kitab Suci di bawah guru-guru yang memenuhi syarat. Kelas-kelas ini menambah pendidikan agama yang diterima anak-anak itu dari orang-tua mereka.Para ayah Yahudi lebih banyak memperhatikan perangai seorang guru daripada kemampuan mengajarnya. Tentu saja, mereka menuntut agar dia cakap dalam profesinya; tetapi mereka lebih banyak memperhatikan bahwa ia menjadi teladan yang layak bagi anak-anak mereka. Tulisan-tulisan orang Yahudi pada zaman Perjanjian Baru memberikan sebagian sifat-sifat ideal seorang guru.

Ia tidak boleh malas. Sifatnya harus tenang. la sama sekali tidak boleh memihak. la tidak boleh menjadi tidak sabar. Ia tidak boleh mencemarkan martabatnya dengan bersenda gurau. la sama sekali tidak boleh mengecilkan hati sang anak. Ia harus menunjukkan bahwa dosa adalah menjijikkan. la harus menghukum semua perbuatan salah. Ia harus menepati semua janjinya. Di samping membaca Kitab Suci, anak laki-laki Yahudi mendapat pelajaran tatakrama, musik, cara bertempur, dan pengetahuan praktis lainnya. Kita membaca bagaimana dikatakan bahwa si pemuda Daud "pandai main kecapi (yaitu, seorang musikus). La seorang pahlawan yang gagah perkasa, seorang prajurit, yang pandai bicara, elok perawakannya" (1Sam. 16:18). Kita dapat mengetahui dari laporan ini bahwa Daud mempunyai pendidikan yang lengkap, seperti kebanyakan anak laki-laki Yahudi. Pada zaman Perjanjian Baru, sekolah-sekolah Yahudi menuntut agar tiap murid menguasai beberapa perikop penting dari Kitab Suci. Perikop yang sangat penting adalah Shema, pernyataan kepercayaan yang mendasar dari orang Yahudi (U1. 6:4-5). Selanjutnya yang penting adalah Ulangan 11:13-21 dan Bilangan 15:37-41. Murid juga dituntut untuk belajar Mazmur-mazmur Hallel ("pujian") yaitu Mazmur 113-118, dan juga kisah Penciptaan (Kej. 1-5) dan hukum-hukum persembahan korban (Im. 1-8). Apabila seorang anak luar biasa cerdas, ia meneliti lebih banyak dari kitab Imamat.

Hanya anak laki-laki yang menerima pendidikan formal di luar rumah. Mereka mulai dengan berkumpul di rumah guru, tempat mereka membaca gulungan-gulungan naskah yang berisi bagian-bagian kecil dari Kitab-kitab Suci, seperti Shema. Ini adalah "sekolah dasar" pada zaman itu.

Ketika anak-anak laki-laki itu cukup besar untuk belajar pelajaran sabat, mereka berkumpul di "rumah Kitab" - yaitu sinagoge. Di sinagoge mereka memasuki sebuah ruangan tempat gulungan-gulungan Taurat itu disimpan dan mengerjakan pelajaran mereka di bawah pengawasan sang Hazzan, penjaga gulungan-gulungan itu. Kemudian mereka diperbolehkan membahas soal-soal tentang hukum Taurat dengan guru-guru Farisi. Pembahasan-pembahasan ini merupakan tingkat "lanjutan" dari pendidikan Yahudi. Pada zaman Perjanjian Baru, sekolah diadakan sepanjang tahun. Selama bulan-bulan musim panas anak-anak lelaki hanya pergi ke sekolah 4 jam sehari. Apabila harinya panas luar biasa, sekolah mungkin diliburkan sama sekali. Jam pelajaran diselenggarakan sebelum pukul 10:00 pagi dan setelah pukul 3:00 sore. Istirahat 5 jam terjadi selama bagian terpanas dari hari.

Dalam ruang kelas itu terdapat sebuah podium kecil yang tinggi letaknya, tempat guru duduk bersilang kaki. Di depan guru terdapat sebuah rak pendek dengan gulungan-gulungan naskah yang berisi bagian-bagian pilihan dari Perjanjian Lama. Buku-buku pelajaran tidak ada. Murid-murid duduk di lantai dekat kaki guru itu (Kis. 22:3). Kelas-kelas tidak digolong-golongkan menurut usia; semua murid belajar bersama-sama dalam ruangan yang sama. Karena alas an ini, pengajaran mereka harus dipertimbangkan secara tersendiri. Guru menyalin sebuah ayat untuk para murid yang lebih kecil dan mereka mengucapkannya keras-keras sampai mereka menguasainya. Sementara itu, guru membantu anak-anak yang lebih tua untuk membaca sebuah perikop dari kitab Imamat. Kebisingan itu mungkin akan sangat mengganggu kita, tetapi anak-anak Israel segera terbiasa dengannya. Orang-orang bijaksana berpendapat bahwa apabila sebuah ayat tidak diulang-ulang dengan suara keras,

ayat tersebut segera akan dilupakan.

D. Pelatihan Kejuruan.

Anak-anak lelaki sudah pasti dengan gembira mengikut ayah mereka ke ladang untuk bekerja atau ke pasar untuk membeli dan menjual. Dengan teliti mereka memperhatikan ayah mereka menanam, memangkas, dan menuai. Adakalanya mereka diperbolehkan mencoba mengerjakan tugas yang sukar, yang menambahkan kegembiraan mereka. Suatu dunia baru telah terbuka bagi seorang anak laki-laki ketika ia cukup umur untuk pergi bersama ayahnya. Akan tetapi, pekerjaan itu membosankan dan melelahkan. Sewaktu anak itu menjadi semakin besar, tanggung jawabnya juga menjadi semakin besar. Tidak lama kemudian, anak laki-laki itu harus bekerja sehari penuh tanpa berhenti, kecuali untuk beristirahat sejenak. Kaum pria dewasa mendorong anak laki-laki mereka untuk bekerja keras dengan cara menegur mereka dengan ayat Kitab Suci. Amsal 6:9-11 berbunyi, "Hai pemalas, berapa lama lagi engkau berbaring? Bilakah engkau akan bangun dari tidurmu? Tidur sebentar lagi, mengantuk sebentar lagi, melipat tangan sebentar lagi untuk tinggal berbaring' - maka datanglah kemiskinan kepadamu seperti seorang penyerbu, dan kekurangan seperti orang yang bersenjata." Untuk bertahan hidup, suatu keluarga harus bekerja keras. Orang Israel berpendapat bahwa kehidupan yang tidak terdisiplin tidak akan mempersiapkan seorang pemuda untuk mengatasi hal-hal yang akan dihadapinya. Mereka mengajarkan anak-anak mereka arti tanggung jawab pada usia yang muda sekali, jadi ketika anak-anak itu mencapai usia dewasa mereka sanggup memenuhi tuntutan-tuntutannya dengan percaya diri. Apabila seorang anak laki-laki menjadi dewasa tanpa memiliki rasa tanggung jawab, ia tidak saja memalukan dirinya sendiri, tetapi mendatangkan malu kepada keluarganya. Salah seorang bijaksana menyatakan, "Tongkat dan teguran mendatangkan hikmat, tetapi anak yang dibiarkan mempermalukan ibunya" (Ams. 29:15). Karena Israel adalah sebuah masyarakat petani, banyak hikmat praktis yang diturunkan dari ayah kepada anak laki-laki adalah

mengenai bertani. Ini mencakup pelajaran tentang mengolah tanah untuk ditanami dan membudidayakan bermacam-macam tanaman, serta cara menuai dan menyimpan panen yang berlimpah-limpah. Anak laki-laki belajar berbagai keterampilan ini dengan cara bekerja di samping ayahnya selama masa mudanya. Bahkan ketika orang Yahudi mulai mencari pekerjaan lain, mereka tetap merupakan "rakyat negeri." (Lihat "Pertanian.")

Para ayah juga bertanggung jawab untuk mengajar anak laki-laki mereka sebuah kejuruan atau keterampilan. Misalnya, apabila sang ayah seorang tukang periuk, ia mengajarkan keterampilan itu kepada anak laki-lakinya. Salah seorang bijaksana bangsa Yahudi menandaskan bahwa "orang yang tidak mengajarkan anak laki-lakinya suatu kejuruan yang berguna sedang membesarkan

dia untuk menjadi pencuri." Sementara anak laki-laki belajar berbagai keterampilan ini, anak-anak perempuan belajar membakar roti, memintal, dan menenun di bawah pengawasan ibu mereka (Kel. 35:25-26; 2Sam. 13:8). Apabila tidak ada anak laki-laki dalam keluarga, anak-anak perempuan mungkin harus belajar pekerjaan ayah mereka (Kej. 29:6; Kel. 2:16).

LATAR BELAKANG POLITIK, SOSIAL, DAN EKONOMI DUNIA PB

NEGERI PARA LELUHUR

Allah menyatakan kepada para bapak leluhur kebijakan penaklukan Israel. Sejarah Alkitab terus berkisar keliling kota-kota,daerah- daerah, dan tempat-tempat suci di mana bapak-bapak leluhur itu tinggal dan beribadah. Tuhan memerintah kepada Abraham, "Bersiaplah, jalanilah negeri itu menurut panjang dan lebarnya, sebab kepadamulah akan Kuberikan negeri itu" (Kej.13.17). Sebelum mereka dapat menguasai Kanaan, bapak-bapak leluhur menaati perintah itu dan dengan iman mengambil negeri tersebut untuk keturunan mereka. Keluarga bapak leluhur terpaksa meninggalkan Sikhem setelah Simeon dan Lewi, anak-anak Yakub, dengan gegabah membunuh setiap laki-laki dalam kota tersebut. Yakub menegur mereka, "Kamu telah mencelakakan aku dengan membusukkan namaku

kepada penduduk negeri ini . . . padahal kita ini hanya sedikit jumlahnya; apabila mereka bersekutu melawan kita, tentulah mereka akan memukul kita kalah, dan kita akan dipunahkan, aku beserta seisi rumahku" (Kej.34:30). Allah menyuruh mereka ke Betel, di mana Yakub mendirikan sebuah mezbah lagi. Sebagai persiapan untuk pengalaman kudus itu, seisi rumah Yakub menguburkan

semua dewa asing mereka di bawah pohon yang besar dan menyucikan diri mereka. Mereka mengikuti jalan Pohon Tarbantin Peramal ke Betel, tempat Allah telah menyatakan diri-Nya dalam mimpi Yakub tentang tangga 20 tahun sebelumnya (Kej. 28). Di Betel, Tuhan menjamin kepada Yakub bahwa keturunannya akan menduduki negeri itu (Kej. 35:12). Betel dan Sikhem bukanlah satu-satunya tempat di mana para bapak leluhur berdiam dan mendirikan mezbah. Langkah-langkah

mereka membawa mereka sampai ke Hebron dan sejauh Bersyeba di selatan di Gurun Negeb. Mereka memeriksa dengan teliti daerah yang kemudian hari akan ditaklukkan oleh Yosua. Sungguh, para bapak leluhur meletakkan dasar-dasar untuk pengalaman yang baik dan juga yang buruk bagi keturunan mereka Kanaan. Keterlibatan Abraham dan Ishak dengan raja Gerar di dataran Filistea (Kej. 20:1-18; 26:17-22) memberi pertanda dari konflik-konflik di kemudian hari, ketika orang Filistin berusaha keras untuk mendesak orang Israel di daerah perbukitan itu. Akan tetapi, banyak tempat suci orang Israel dalam kurun waktu ini menjadi kota-kota penting. Yerusalem, di mana raja-imam Melkisedek memberkati Abraham, menjadi tempat kediaman Raja Daud dan pusat agama Yahudi setelah Salomo membangun bait suci di sana. Yusuf, putra Yakub, membawa orang Israel ke Mesir. Mereka memasuki Mesir sebagai bani (klan) Israel (Yakub); tetapi di sana Tuhan menggembleng mereka hingga menjadi suatu bangsa. Orang Mesir merasa terancam oleh "ledakan populasi" orang Israel. Untuk menghalangi kekuatan mereka yang bertambah besar, orang Mesir memaksa mereka untuk mengabdi sebagai budak di tanah Gosyen. Namun pada waktu yang telah ditentukan, Tuhan berjanji kepada mereka, "Dan Aku akan membawa kamu ke negeri yang

dengan sumpah telah Kujanjikan memberikannya kepada Abraham, Ishak dan Yakub, dan Aku akan memberikannya kepadamu untuk menjadi milikmu; Akulah TUHAN." (Kel. 6:8). Tuhan mengutus Musa untuk memimpin umat itu " . . . keluar dari kesengsaraan di Mesir menuju .......... suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya" (Kel. 3:17). Allah bermaksud agar umat-Nya akan memasuki Negeri Perjanjian itu dan menjadi suatu bangsa yang berbeda dengan bangsa-bangsa di sekelilingnya. Mereka akan menunjukkan iman mereka kepada Allah dengan ketaatan yang penuh syukur. Kepatuhan kepada hukum-hukum Allah akan menjamin keberhasilan mereka, "Maka dengarlah, hai orang Israel! Lakukanlah itu dengan setia, supaya baik keadaanmu, dan supaya kamu menjadi sangat banyak . . . " (Ul. 6:3). Allah telah memilih orang Israel untuk menjadi saksi-Nya di Negeri Perjanjian itu. Mereka akan memperlihatkan iman para bapak leluhur, yang telah berhasil menghadapi bangsa-bangsa di sekitar mereka. Umat pilihan Allah akan menyemarakkan negeri yang

terpilih itu. Inilah janji ketiga Allah kepada Abraham bahwa oleh dia dan keturunannya semua bangsa akan mendapat berkat (Kej.12:3).

Kemungkinan-kemungkinan Israel di Negeri Perjanjian itu - masa depannya - bergantung pada dua hal: penggunaan negeri itu secara bertanggung jawab dan ketaatan yang setia kepada ketetapan-ketetapan Perjanjian dengan Allah. Tuhan menantikan hari itu ketika kepatuhan Israel kepada hukum-hukum Tuhan akan menyebabkan segala bangsa berkata, " . . . Memang bangsa yang besar

ini adalah umat yang bijaksana dan berakal budi" (Ul. 4:6).

LUASNYA NEGERI PERJANJIAN

Kita tidak tahu batas-batas yang tepat dari Negeri Perjanjian. Tuhan menyatakan kepada Abraham bahwa ia dan keturunannya akan menerima negeri Kanaan, tetapi pada mulanya Ia menjanjikan daerah yang jauh lebih besar kepada mereka. Ketika gembala-gembala Lot dan Abraham bertengkar mengenai tanah, dengan bijaksana Abraham menawarkan kepada Lot, keponakannya, untuk lebih dahulu memilih daerah yang akan ditempatinya. Lot memutuskan untuk menetap di bagian timur, di

Lembah YOrdan yang banyak airnya. Pada saat itu Tuhan berfirman kepada Abraham, "Pandanglah sekelilingmu dan lihatlah dari tempat engkau berdiri itu ke timur dan barat, utara dan selatan, sebab seluruh negeri yang kaulihat itu akan Kuberikan kepadamu dan kepada keturunanmu untuk selama-lamanya" (Kej. 13:14-15). Garis-garis batasnya tidak ditetapkan, meskipun jelas daerah

Abraham berakhir di mana kawanan ternak Lot makan rumput. Tuhan menjadikan "negeri perjanjian" itu sebagian dari perjanjian-Nya dengan Abraham. "Lalu percayalah Abram kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran" (Kej. 15:6). Sebagai balasan, Tuhan berjanji dengan sungguh-sungguh untuk memberikan kepada keturunannya negeri ini, mulai dari sungai Mesir sampai ke sungai yang besar itu, sungai Efrat" (Kej. 15:18 ).

Beberapa ratus tahun kemudian, ketika Musa mengingatkan orang Israel akan janji itu, ia menjelaskan batas-batas Negeri Perjanjian: Araba- Yordan, Pegunungan, Daerah Bukit (Shepela), dan Tanah Negeb, dan dataran tepi pantai dekat Laut Tengah, dari batas selatan Kanaan terus ke gunung Libanon sampai Efrat, sungai besar itu (Ul. 1:7). Pada waktu ini orang Israel sudah mendiami daerah Transyordan. Tuhan mengizinkan suku Ruben dan Gad, dan juga sebagian suku Manasye, menetap di tanah orang Amori yang baru diduduki di sebelah timur Sungai Yordan (Bil. 21:21 -- 35:32). Daerah ini memperluas batas-batas Negeri Perjanjian lebih jauh lagi. Akan tetapi, Musa masih belum menetapkan batas timur yang pasti. Tuhan memerintah Yosua untuk merebut seluruh daerah yang telah ditentukan oleh Musa, "Dari padang gurun dan gunung Libanon sebelah sana itu sampai ke sungai besar, yakni sungai Efrat, seluruh tanah orang Het, sampai ke Laut Besar di sebelah

matahari terbenam semuanya itu akan menjadi daerahmu" (Yos. 1:4). Akan tetapi, selama penaklukan Kanaan orang Israel gagal merebut seluruh daerah yang telah dijanjikan kepada mereka, sebagian karena mereka tidak setia kepada Allah. Allah menghukum orang Israel dengan menahan mereka untuk mencapai kemenangan sempurna. " ... Aku bersumpah dalam murka-Ku, 'Mereka takkan masuk ke tempat perhentian-Ku'" (Mzm. 95:11). Tiap suku kekurangan sebagian dari warisannya.

USAHA-USAHA UNTUK MEMPERLUAS DAERAH

Selama waktu para hakim, Israel berusaha untuk memperluas daerah suku- sukunya, namun tak berhasil. Bahkan Saul, raja yang pertama tidak cukup berkuasa untuk mengusir atau menaklukkan bangsa-bangsa lain. Akan tetapi, Allah mengizinkan pengganti Saul, Raja Daud untuk menguasai tanah perjanjian kecuali "tanah orang Het" (bdg. Yos 1:4). Daud adalah seorang "yang berkenan di hati Allah." Oleh sebab ia menghormati Tuhan dalam tugas-tugas militernya, maka Tuhan mengaruniakan kemenangan kepadanya atas orang Amon, orang Moab, dan orang Edom di bagian timur, atas orang Filistin di bagian barat, dan atas gerombolan-gerombolan perampok yang hidup mengembara di bagian selatan. Sebenarnya, penaklukannya mencapai hampir ke Sungai Efrat, ke utara sejauh kota Hamat (2Sam. 8) Salomo mewarisi kerajaan yang berada pada puncak kekuasaannya. "Sebab ia berkuasa atas seluruh tanah di sebelah sini sungai Efrat, mulai dari Tifsah sampai ke Gaza, dan atas semua raja disebelah sini sungai Efrat; ia dikaruniai damai di seluruh negerinya" (1Raj. 4:24). Tetapi sejak bagian akhir pemerintahan Salomo, keadaan bangsa Israel terus- menerus bertambah buruk. Mula-mula, kerajaan itu terbagi menjadi dua bangsa: Israel dan Yehuda. Perang merusak kedua kerajaan ini sampai musuh-musuh mereka memaksa mereka keluar negeri itu.

KESUBURAN NEGERI

Seorang dari dataran subur di Amerika yang berwisata ke Palestina mungkin bertanya-tanya dalam hati apakah Musa sedang berpikiran sehat ketika ia menggambarkan keadaan Negeri Perjanjian sebagai . . . negeri yang baik, suatu negeri dengan sungai, mata air dan danau, yang keluar dari lembah-lembah dan gunung-gunung; suatu negeri dengan gandum dan jelainya, dengan pohon

anggur, pohon ara dan pohon delimanya; suatu negeri dengan pohon zaitun dan madunya; suatu negeri di mana engkau akan makan roti dengan tidak usah berhemat, di mana engkau tidak akan kekurangan apa pun (Ul. 8:7-9). Akan tetapi, perkataan Musa itu ditujukan kepada orang-orang yang baru melewatkan 40 tahun di padang gurun! Para pionir Amerika yang paling awal, yang

menyeberangi padang gurun ke daerah dataran pantai California, mungkin menemukan berbagai keadaan tanah dan perbedaan geografis yang serupa. Negeri Perjanjian mempunyai kemungkinan-kemungkinan yang tak terbatas dibandingkan dengan daerah kering dan gundul dari Sinai, Negeb, dan Araba. Bagaimanapun, Negeri Perjanjian itu bukan Taman Eden. Orang Israel mungkin telah membayangkan lembah-lembah tak berujung penuh hasil bumi dan lereng-lereng bukit yang diperindah oleh berbagai jenis rumput, tumbuhan, dan bunga; tetapi bukan itu yang

mereka temukan. Tanaman berduri dan onak meliputi tanah yang berbatu-batu. Selama bulan-bulan musim panas warna coklat kemerah-merahan yang pudar di lereng-lereng menunjukkan tumbuh-tumbuhan yang kering. Namun, tanah itu amat subur dibandingkan dengan padang gurun di sekitarnya.

Negeri Perjanjian itu menawarkan kesempatan-kesempatan baik untuk mendapat penghasilan dengan airnya dan tanahnya yang dapat diolah dan ditanami. Akan tetapi, orang Israel mendapati bahwa tidak mudah untuk memanfaatkan kesempatan-kesempatan tersebut. Mereka harus menjinakkan tanah itu. Petani Israel harus menghadapi batu-batu, tumbuhan berduri, dan onak. Ia takut terhadap matahari yang menghanguskan semaian yang baru tumbuh, yang akarnya belum cukup dalam untuk mendapatkan air dari dalam tanah. Ia belajar untuk bergantung pada Tuhan " .. . yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar" (Mat. 5:45). Dengan baik Yesus menggambarkan keadaan para petani ketika menceritakan perumpamaan-Nya tentang seorang penabur. Penabur itu menyebarkan benih itu ke seluruh ladang, tetapi hanya benih yang "jatuh di tanah yang baik" yang menghasilkan

panen. Benih jatuh di tanah yang berbatu-batu dan di antara semak duri dan tidak lama kemudian mati (Mat. 13:3-8). Apa yang dapat dikerjakan orang Israel dengan tanah itu sepenuhnya bergantung pada hubungan mereka dengan Tuhan. Ia telah berjanji akan memberkati mereka secara materiel apabila mereka patuh "TUHAN akan membuka bagimu perbendaharaan-Nya yang melimpah, yakni langit, untuk memberi hujan bagi tanahmu pada dan memberkati segala pekerjaanmu . . . " (Ul. 28:12). Akan

tetapi ketidakpatuhan akan mendatangkan hukuman secara materiel, .. "Tetapi jika engkau tidak mendengarkan TUHAN, Allahmu .... yang di atas kepalamu akan menjadi tembaga dan tanah di bawah pun menjadi besi. TUHAN akan menurunkan hujan abu dan debu ke atas negerimu" (Ul. 28:15a, 23-24). "Banyak benih yang akan kau bawa ke ladang, tetapi sedikit hasil yang akan kau

kumpulkan, sebab belalang akan menghabiskannya. Kebun-kebun anggur akan kau buat dan kau usahakan, tetapi engkau tidak akan meminum atau menyimpan anggur, sebab ulat akan memakannya" (Ul. 28:38-39) Apabila orang Israel tidak mematuhi Tuhan, mereka akan kehilangan negeri yang telah dijanjikan Tuhan kepada mereka, " ... kamu akan dicabut dari tanah, ke mana engkau pergi untuk mendudukinya. (Ul. 28:63b). Sayang sekali, hal itulah yang terjadi.

TANAH

Ketika Israel mula-mula menduduki negeri itu, mereka mendiami daerah perbukitan dekat jajaran pegunungan tengah di Kanaan. Para petani Israel harus belajar bagaimana mencari penghidupan dari bukit-bukit itu, yang sebagian besarnya terdiri dari batu gamping. Meskipun batu gamping dengan lambat sekali menjadi rusak dan hancur sehingga menjadi tanah, tanah itu amat subur. Hujan dengan mudah sekali menghanyutkan tanah lereng bukit yang subur melalui anak-anak sungai ke lembah-lembah yang letaknya lebih rendah. Untuk mencegah erosi, para petani menanam pohon buah dan tumbuhan yang merambat atau membuat teras-teras. Teras-teras banyak sekali terdapat di daerah perbukitan. Kadang-kadang lapisan batu gamping tak kunjung hancur dan membentuk sebuah tembok alami. Tembok ini akan menahan tanah yang kemerah-merahan itu sehingga petani dapat menanam gandum, jelai,tumbuhan polong, dan sayur- sayuran, di samping pohon-pohon buah dan pokok anggur. Bila tidak ada tembok alami, petani harus membersihkan daerah itu dari batu-batu yang selalu ada dan kemudian memakai batu-batu itu untuk membangun tembok di bagian yang lebih rendah dari bukit itu. Palestina juga penuh dengan kebun anggur, dan penulis-penulis Alkitab sering kali menyebutkannya secara simbolis, seperti yang dilakukan Nabi Yesaya, " ... Kekasihku itu mempunyai kebun anggur di lereng bukit yang subur. Ia mencangkulnya dan membuang batu-batunya, dan menanaminya dengan pokok anggur pilihan ... " (Yes. 5:1, 2). Dalam ayat-ayat ini, Allah adalah

pemilik kebun anggur Israel. Pekerjaan mempersiapkan kebun anggur itu menggambarkan kasih dan kepedulian Allah terhadap Israel. Namun, Israel tidak menghasilkan panen kebenaran yang diinginkan-Nya. Para petani menanam pohon-pohon buah, pokok anggur, dan berbagai jenis biji-bijian di bukit-bukit yang rendah letaknya, di Shepela, dengan mudah hancur dan bercampur dengan zat-zat organik. Para petani dapat mencangkul tanah ini lebih dalam dan tanahnya ini kurang oleh hujan.

LATAR BELAKANG AGAMA DUNIA PB

Daftar Isi

Latar Belakang Dunia PB

a. Ilmu Pengetahuan

b. Hiburan

c. Bahasa

d. Sistem Pendidikan

I.Latar Belakang Agama Dunia PB

A. Agama Primitif

B.Yudaisme

1. Latar Belakang

2. Pusat Ibadah Yahudi di Yerusalem

3. Tempat Ibadah Yahudi - Sinagoge

4. Bentuk ibadah

5. Aliran-aliran keagamaan dalam Yudaisme.

6. Hari-hari Raya Yahudi

LATAR BELAKANG DUNIA PB

Di bawah pemerintahan kaisar Augustus, kesusasteraan Romawi dibangkitkan lagi. Tulisan-tulisan mereka berupa drama-drama dan cerita-cerita mitos Yunani.

Ilmu Pengetahuan

Dalam hal ilmu pengetahuan sudah dikenal ilmu alam sederhana, ilmu pengobatan umum, ilmu bahasa dan pidato. Seni dan ilmu arsitektur adalah yang paling maju pesat. Banyak dibangun jembatan, saluran air, gedung-gedung kesenian dan patung-patung. Ilmu perbintangan banyak dinikmati masyarakat.

Hiburan

Untuk hiburan banyak dipertunjukkan pertunjukkan-pertunjukkan musik untuk menghibur kaum jelata. (tambur, kecapi, seruling dan harpa). Sedangkan hiburan untuk kaum ningrat (kaya) adalah pertarungan berdarah antara manusia dan hewan (gladiator) di arena-arena pertunjukkan.

Bahasa

Bahasa yang dipakai bermacam-macam: Latin, Yunani, Aramaik dan Yahudi (Ibrani), masing-masing bahasa mempunyai fungsi yang berbeda-beda dan untuk tujuan yang berbeda.

Sistem Pendidikan

Sistem Pendidikan sudah lama dikenal, baik dikalangan masyarakat Yahudi ataupun non-Yahudi. Masyarakat Yahudi,terutama keluarga memberikan perhatian yang sangat besar dalam pendidikan terhadap generasi penerusnya. Tujuan utama adalah agar mereka memelihara budaya dan agama nenek moyang. Ketika ada di tanah Pembuangan pendidikan dilaksanakan di tempat ibadah Sinagoge.

II. LATAR BELAKANG AGAMA DUNIA PB

Agama Primitif

Agama primitif orang Romawi adalah pemujaan terhadap dewa-dewi Yunani, walaupun tidak berlangsung lama, (hanya sampai abad pertama) karena rakyat tidak lagi melihat manfaatnya. Bahkan justru sebaliknya, cerita dewa-dewi itu merusakmoral dan kehidupan kaum muda.Pemujaan kepada kaisar sangat menguntungkan negara karena mendatangkan kesatuan. Tetapi di lain pihak mendatangkan penganiayaan bagi orang Kristen. Selain pemujaan-pemujaan itu ada juga pemujaan kepada agama-agama rahasia dan alam gaib. Namun ini pun kurang memuaskan kehidupan rohani mereka. Untuk mengatasi itu lahirlah banyak filsafat-filsafat pemikiran yang sistematis yang lebih disukai karena sanggup memuaskan intelektual yang mereka puja. Contoh aliran-aliran filsafat yang ada pada saat itu: Platonisme, Gnostisisme, Neo-platonisme, Epikurianisme, Stoicisme, Skeptisisme dll.

Yudaisme

Bangsa Yahudi dan agama Yudaisme adalah dua sisi mata koin yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya mempunyai peran yang sangat penting dalam membentuk dunia Perjanjian Baru, karena dari sanalah kekristenan lahir. Hampir semua penulis-penulis PB adalah orang-orang Yahudi yang mempunyai latar belakang agama Yudaisme. Oleh karena itu untuk memahami tulisan-tulisan PB dengan baik akan ditentukan dari seberapa jauh kita mengerti tentang bangsa Yahudi dan

agama Yahudi.

Latar Belakang

Untuk memahami sejarah bangsa Yahudi, kita harus kembali melihat jauh ke belakang kepada panggilan Allah terhadap Abraham. karena dari Abrahamlah bangsa "pilihan" ini berasal.

Namun demikian, agama Yudaisme sebenarnya baru dimulai pada masa "penyebaran" (diaspora) yang terjadi sejak tahun 734 SM, ketika puluhan ribu orang Yahudi dibuang keluar dari tanah kelahiran mereka. Di tanah pembuangan itulah orang-orang Yahudi yang setia kepada Taurat mulai merasakan kesulitan besar untuk tetap beribadah dan mentaati Hukum dan Taurat mereka.

Sebagian dari mereka yang dibuang ini mulai tergoda untuk mengadopsi cara-cara hidup kafir, bahkan juga agama kafir. Melihat tantangan yang besar ini mulailah orang-orang Yahudi sadar betapa berharganya kepercayaan yang mereka warisi dari nenek moyang mereka. Oleh karena itu mereka mulai memikirkan tentang bagaimana mempelajari agama nenek moyang mereka yang berisi hukum Taurat itu dengan sungguh-sungguh supaya mereka tidak dicemari dengan budaya dan dunia kafir. Dari sinilah Yudaisme secara resmi lahir. Salah seorang pelopor utama gerakan ini

adalah Ezra, ia mengetuai badan yang disebut sinagoge agung. Badan yang terdiri dari 120 orang ini bertugas untuk menghidupkan, memulihkan dan menggolong-golongkan kitab-kitab PL. Tapi akhirnya badan ini diganti dengan dewan sanhedrin. [Lihat: Dan. 1:5-8; 3:4-7: Ezr. 7:1-6]

Pusat Ibadah Yahudi di Yerusalem

Sebelum masa penyebaran/pembuangan, Bait Suci di Yerusalem (yang dibangun oleh Raja Salomon) adalah satu-satunya pusat ibadah bagi orang Yahudi. Isi ibadah mereka adalah melakukan perjalanan ke Yerusalem secara teratur dan mengadakan upacara korban sembelihan di sana. Setelah mereka dibuang ke tanah asing, mereka tidak mungkin lagi ke Bait Suci untuk beribadah, apalagi setelah Yerusalem dihancurkan (586 SM). Upaya yang mereka lakukan untuk menggantikan ibadah adalah dengan menggiatkan kembali pengajaran tentang Hukum dan Taurat sebagai pusat ibadah mereka yang baru. Walaupun Bait Suci kemudian dibangun kembali, ada banyak orang Yahudi yang masih tinggal di tanah asing dan tidak kembali ke Palestina, bahkan ternyata lebih banyak orang Yahudi yang tinggal di luar negara mereka. Untuk memenuhi kebutuhan rohani dan ibadah mereka maka dibangunlah sinagoge-sinagoge di kota-kota di mana orang Yahudi tinggal. Sinagoge (artinya rumah ibadat orang Yahudi) tidak bisa dikatakan sebagai tiruan Bait Suci Yerusalem, karena selain ukuran yang jauh lebih kecil, juga tidak disediakan tempat untuk membakar korban. Sebagai gantinya dilakukan doa, membaca Taurat, memelihara hari Sabat, sunat dan memelihara hukum-hukum PL yang mengatur soal makanan. Inilah yang akhirnya menjadi pusat ibadah Yudaisme. [Lihat: Maz. 137: 1-5]

Tempat Ibadah Yahudi - Sinagoge

Sejak jaman penyebaran/pembuangan peranan sinagoge dalam melestarikan agama dan budaya Yahudi sangat besar. Di sinilah Yudaisme bertumbuh dan mengalami kedewasaan. Di setiap kota besar dimana ada kelompok orang Yahudi tinggal didirikanlah sinagoge. Akhirnya sinagoge juga menjadi balai sosial di mana penduduk Yahudi di kota itu berkumpul setiap hari minggu untuk belajar tentang tradisi dan agama Yudaisme. Kesuksesan pemakaian rumah ibadat orang Yahudi ini sangat mengesankan, sehingga pada waktu orang-orang Yahudi perantauan pulang ke tanah airnya, sistem ibadah di sinagoge ini dibawa dan tetap dipraktekkan sampai jaman Yesus dan para Rasul.

Pemimpin sinagoge disebut "kepala rumah ibadat", yang diangkat dari antara penatua berdasarkan hasil pemungutan suara. Tugasnya adalah memimpin kebaktian, menjadi penengah dalam suatu perkara dan memperkenalkan pengunjung pada jemaat. Penjaga sinagoge disebut hazzan. Tugasnya menjaga dan memelihara bangunan dan juga harta benda yang ada di sinagoge.

Dalam sinagoge ada lemari untuk menyimpan gulungan kitab Taurat, sebuah podium dengan sebuah meja untuk meletakkan Kitab Suci yang sedang dibaca, dan juga lampu dan bangku serta kursi duduk jemaat.

Bentuk ibadah

Dalam sinagoge kebaktian dilakukan sbb.:

a.Pembacaan pengakuan iman Yahudi yang disebut shema - (Ul. 6:4,5). Diikuti dengan puji-pujian kepada Allah yang disebut berakot ("Diberkatilah....").

b. Pembacaan doa, dan juga pembacaan doa pribadi oleh jemaat (dalam hati).

c. Selanjutnya adalah pembacaan Kitab Suci (kitab Taurat dan Pentateukh, juga kitab Nabi-nabi).

d. Kemudian diikuti dengan Kotbah untuk menjelaskan bagian yang baru saja dibacakan.

e.Kebaktian diakhiri dengan berkat, yang dilakukan oleh imam. Bentuk/tata cara ibadah sinagoge ini juga diikuti oleh gereja abad pertama.

Aliran-aliran keagamaan dalam Yudaisme.

Walaupun semua orang Yahudi memegang hukum agama yang sama (Yudaisme) tapi dalam penafsiran dan tujuannya ada bermacam-macam aliran:

a.Kaum Parisi

Berasal dari kata parash, artinya "memisahkan". Aliran yang paling berpengaruh dan banyak pengikutnya dalam masyarakat. Mereka adalah para ahli tafsir PL, yang menjunjung tinggi hukum lisan atau adat istiadat nenek moyang yang mereka taati sampai pada hal yang sekecil-kecilnya. Karena keahliannya inilah mereka disebut sebagai ahli Taurat. Kelompok inilah yang paling banyak dijumpai berselisih paham dengan Yesus. Namun demikian tidak semua orang Parisi munafik ada juga yang sungguh-sungguh. [Lihat: Mat. 23:13-15]

b.Kaum Saduki

Nama Saduki berasal dari bani Zadok (Imam Besar). Mereka berjumlah kecil tetapi sangat berpengaruh dalam pemerintahan, karena anggota mereka adalah para imam di Bait Allah di Yerusalem. Pengajaran PL yang mereka terima hanyalah 5 kitab Pentateukh, tidak percaya pada kebangkitan dan hal-hal supranatural atau kehidupan sesudah kematian, tetapi mereka berpegang ketat hanya pada tafsiran-tafsiran harafiah Taurat. [Lihat: 2Sam. 15:24-29; Kis. 23:8]

c.Kaum Zelot

Mereka adalah kaum nasionalis fanatik yang ingin melepaskan diri dari penjajahan Romawi. Mereka percaya bahwa Allah adalah satu-satunya pemimpin mereka. Oleh karena itu mereka sering mengadakan pembrontakkan melawan pemerintah Romawi. [Lihat: Kis. 5:37; Mar. 12:14]

d.Kaum Eseni

Eseni artinya "saleh" atau "suci". Mereka ini tidak secara resmi disebut dalam kitab-kitab PB, tetapi keberadaan mereka diakui oleh tradisi sebagai biarawan-biarawan Yahudi yang hidup membujang. Mereka juga menjalankan hidup sederhana dan bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup bersama. Kelompok ini sering dihubungkan dengan penemuan-penemuan naskah Qumran, walaupun tidak ada bukti kuat.

d. Kaum Helenis

Kelompok ini disebut kaum Helenis karena mereka adalah orang-orang keturunan Yahudi tetapi telah

mengadopsi kebudayaan dan bahasa Yunani dan tidak lagi mengikuti tradisi dan adat istiadat Yahudi, kecuali dalam hal iman agama mereka.

Hari-hari Raya Yahudi

Orang-orang Yahudi banyak merayakan hari-hari penting yang pada umumnya dihubungkan dengan perayaan keagamaan yang memiliki latar belakang erat dengan sejarah kehidupan bangsa Israel. Hari-hari Raya tsb. antara lain:

Perayaan Paskah, Hari Raya Roti Tidak Beragi, Hari Raya Pentakosta, Hari Raya Tahun Baru, Hari Perdamaian, Hari Raya Pondok Daun. Lima hari raya ini diadakan berdasarkan aturan dalam Hukum Muda. Sesudah masa pembuangan mereka menambah perayaan Hari Raya Meniup Serunai, Hari Raya Purin.

LATAR BELAKANG AGAMA DUNIA PB

INSTRUKSI

Harap setiap peserta mengikuti petunjuk mengerjakan tugas sbb.:

1. Bacalah Bahan Pelajaran dan semua Referensi Pelajaran 02 dengan teliti.

2. Bacalah Pertanyaan (A) dan (B) di bawah ini, lalu jawablah dengan jelas dan tepat.

Apabila Anda mendapatkan kesulitan sehubungan dengan isi Bahan Pelajaran, silakan menghubungi Pembimbing di:

Email:ptr.pasca@yahoo.com

Selamat mengerjakan!

Perhatian Setelah lembar jawaban di bawah ini diisi, mohon dikirim kembali dalam bentuk plain text (e-mail biasa)atau dalam bentuk attachment ke:

Email:ptr.pasca@yahoo.com

Pertanyaan (A):

1. Empat bahasa yang umum digunakan pada zaman Perjanjian baru di Palestina adalah .........., ..........., ..........., dan ...........

2. Agama primitif orang Romawi adalah pemujaan terhadap ...........

3.Agama orang Yahudi, yaitu agama Yudaisme, lahir pada masa ............, yaitu masa dimana puluhan ribu orang Yahudi dibuang keluar dari tanah Palestina.

4. Salah seorang pelopor utama gerakan Yudaisme adalah .......

5.Ketika orang Yahudi hidup di pembuangan, maka pusat ibadah orang Yahudi tidak lagi di Bait Suci, tapi berganti ke

..............

6. Pengakuan Iman orang Yahudi yang diambil dari Ulangan 6:4, 5 disebut ............

7. Kelompok kaum Yahudi yang paling banyak berselisih pendapat dengan Tuhan Yesus adalah kaum .............

8. Kelompok kaum Yahudi yang paling nasionalis dan ingin melepaskan diri dari penjajahan Romawi adalah kaum .............

(Kelompok orang Yahudi yang telah mengadopsi kebudayaan dan bahasa Yunani, tetapi masih memeluk agama Yudaismedisebut kaum .......

10.Hari-hari Raya orang Yahudi pada umumnya berkaitan erat dengan latar belakang keagamaan yang diambil dari .........kehidupan bangsa Israel.

Pertanyaan (B):

1. Bagaimana lahirnya pusat ibadah Sinagoge?

2. Sebutkan contoh-contoh aliran Yudaisme dalam Alkitab!

Bedah Buku : SURVEI PERJANJIAN BARU

Nama Pelajaran : Latar Belakang Agama Dunia PB

Judul Buku : Pengantar Perjanjian Baru

Pengarang : Adina Chapman

Penerbit : Yayasan Kalam Hidup, Bandung, 1995

Halaman : 1 – 4

LATAR BELAKANG AGAMA DUNIA PB

PENDAHULUAN

Zaman antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru - masa kegelapan selama empat ratus tahun.

Masa Perjanjian Lama berakhir dengan pembuangan bangsa lbrani ke Babel selama 70 tahun. Beberapa abad sebelum peristiwa ini terjadi, nabi-nabi Tuhan telah menubuatkan tentang hukuman Allah yang akan dijatuhkan ke atas bangsa pilihan- Nya.Pembuangan ini disebabkan terutama karena kemerosotan kepercayaan bangsa Ibrani. Hukuman Allah ini pernah disebut 'Pembuangan 70 Tahun', karena hukuman itu berlangsung terus dari tahun 606 sampai tahun 536 s.M., walaupun hukuman yang berat berjalan hanya 50 tahun saja.

A. PERUBAHAN-PERUBAHAN DALAM AGAMA

Salah satu akibat pembuangan bangsa Israel ke Babel adalah perubahan besar dalam pengertian agama mereka. Pahitnya pengalaman di pembuangan masih sangat berkesan dalam hati mereka pada zaman antara kedua Perjanjian. Dari situlah sebenarnya dimulai suatu revolusi rohani yang benar-benar dipimpin oleh Tuhan.Sebelum dan semasa pembuangan, bangsa lbrani giat sekali menyembah berhala. Nabi Yeremia berkata, "Seperti banyaknya kotamu demikian banyaknya para allahmu, hai Yehuda!" (Yer. 2:28). Tetapi setelah kembali dari pembuangan, mereka berubah menjadi bangsa yang menyembah dan percaya hanya kepada Tuhan saja, Tuhan mereka yang esa dan benar.

Inilah satu fakta sejarah yang luar biasa. Mengapa terjadi perubahan yang begitu radikal dalam masa 50 tahun sampai 70 tahun itu? Karena mereka menyaksikan dengan mata kepala sendiri, bagaimana segala nubuat nabi-nabi sungguh terjadi pada masa mereka. Antara lain, dibinasakannya kota Yerusalem, pembuangan bangsa Yahudi ke Babel dan kejatuhan negeri Babel dengan tiba-tiba

waktu Raja Koresy dari Persia menyerang dan mengalahkan Babel. Selanjutnya Raja Koresy memerintahkan agar Bait Allah di Yerusalem dibangun kembali. Semuanya dinubuatkan beberapa ratus tahun sebelum peristiwa- peristiwa itu terjadi. (Lihat Yeremia 25:8-14; 42:11; 46:13-28; 47:1-11; 48:3-8; dan Yeremia 50 dan 51). Sebab yang lain ialah suatu kesaksian ajaib di dalam istana Babel yang ditunjukkan Tuhan melalui seorang pemuda lbrani bernama Daniel. Sebagai seorang tawanan, Daniel dijadikan pemimpin kedua di bawah Raja Babel. Mengapa hal yang begitu luar biasa

dapat terjadi? Karena melalui hikmat dan kuasa Tuhan yang heran, Daniel telah mengalahkan mantera dan ilmu sihir orang Babel. Dengan demikian bangsa Ibrani sadar bahwa dewa-dewa orang kafir itu hanya kesia-siaan belaka dan bahwa kehendak Tuhan sajalah yang harus dituruti. Pada akhir masa pembuangan, 50.000 orang Yahudi yang setia kepada Tuhan meninggalkan negara Babel atas perintah Rajanya, lalu kembali ke tanah air mereka untuk membangun kota-kota dan desa-desa yang dibiarkan terlantar selama masa pembuangan.

Synagoge Agung

Sebelum zaman pembuangan, nama dan badan Synagoge tidak dikenal. Badan ini adalah dewan yang terdiri dari 120 anggota, dan menurut tradisi, disusun oleh Nehemia dan kemudian diketuai oleh Ezra, kira- kira 410 tahun s.M. Maksud dan tujuan pekerjaan mereka ialah untuk menghidupkan kembali ibadah kepada Tuhan dan hidup keagamaan para tawanan yang telah kembali dari Babel. Mereka memegang peranan penting untuk menghidupkan, memulihkan dan menggolongkan kitab-kitab Perjanjian Lama yang termasuk dalam kaidah Gerejani (Kitab-kitab yang diterima sebagai ilham yang benar-benar berasal dari Allah. Dengan kata, lain, Kanon Perjanjian Lama). Yang tak termasuk Kaidah Gerejani adalah kitab-kitab Apokrifa. Kitab-kitab Apokrifa lebih berguna sebagai pelajaran sejarah pada masa itu. Karangan-karangan Yosephus juga sangat berharga sebagai kitab sejarah dari zaman yang sama. Menurut dugaan, badan Synagoge Agung ini bergiat terus sampai kira-kira tahun 275 s.M.

Sanhedrin dan Para Ahli Taurat

Kemudian badan Synagoge diganti dengan Sanhedrin. Dewan Sanhedrin terdiri atas 70 orang anggota, sebagian besar para imam,bangsawan Saduki dan beberapa orang Farisi. Sanhedrin akhirnya dihapus waktu kota Yerusalem dihancurkan pada tahun 70 M. Melalui kegiatan Synagoge Agung maupun badan Sanhedrin, timbullah hasrat dan keinginan baru dalam hati sisa bangsa Ibrani

untuk memelihara segala kebenaran Tuhan dan untuk melaksanakan syariat Taurat dengan seteliti-telitinya, agar mereka bias menjadi bangsa yang suci. Sejak itu, rumah-rurnah sembahyang juga disebut synagoge, di mana Firman Tuhan dan gulungan-gulungan Kitab Taurat dibaca dan diterangkan. Lalu synagoge-synagoge didirikan di kota-kota di mana orang-orang Yahudi tersebar. Sayang sekali, sejak dimulainya langkah pertama yang baik ini, dimulai juga suatu cara penafsiran tertentu dengan berbagai peraturan tambahan, sehingga agama Yahudi menjadi agama lahiriah yang oleh Tuhan Yesus didapati kurang berisikan perkara- perkara rohani. Pengajaran tambahan ini pernah disebut Taurat Lisan. Kegiatan mereka inilah akhirnya dijadikan ketentuan agama yang sangat dipertahankan oleh para ahli Taurat. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor tertentu, antara lain:

Pertobatan bangsa Yahudi pada pertengahan masa pembuangan ke Babel yang menyebabkan mereka memerlukan bimbingan rohani yang istimewa.

1.Tidak adanya lagi nabi-nabi Tuhan yang mengajar umat pilihan Allah. Lagipula bahasa mereka sehari-hari adalah bahasa Arami, sehingga pada setiap kebaktian diperlukan tafsiran dan keterangan oleh pemimpin yang ahli dalam pelajaran Taurat

bahasa Ibrani.

2.Di kebanyakan kota, di mana orang Yahudi telah mendirikan synagoge-synagoge untuk rumah sembahyang mereka,dibutuhkan ahli dalam pelajaran Taurat.

3.Karena kenyataan-kenyataan ini, maka para ahli Taurat segera mendapat kedudukan yang berkuasa dan menjadi semakin menonjolsebagai pemimpin orang Yahudi.

Orang Farisi

Sebagai pemimpin agama, orang-orang Farisi mula-mula menjalankan segenap tuntutan Taurat dengan sungguh-sungguh.Kemudian karena tidak sanggup, mereka mulai bertindak secara lahiriah saja. Akhirnya mereka menjadi orang yang sangat munafik. Walaupun demikian, rakyat Yahudi tetap mengagumi mereka sebagai pemimpin. Mereka sangat dihormati dan disegani sehingga tak ada satu pemerintah pun yang berani meremehkan kedudukan mereka. Khususnya dalam bidang pemerintahan,

mereka sangat menonjol sebagai suara utama dalam segala urusan bahkan pemerintah Roma tidak sanggup menguasai mereka, sehingga mereka dibiarkan menjalankan segala urusan rakyatnya, kecuali urusan orang-orang yang harus menghadapi hukuman mati. Hal ini mudah dibayangkan pada waktu kita membaca kitab-kitab Injil. Contoh urusan semacam ini terdapat di dalam pengadilan Tuhan Yesus sendiri waktu Pilatus bertengkar dengan para ahli Taurat.

Orang Saduki

Nama Saduki berasal dari Zadok. Orang-orang Saduki adalah anak cucu Zadok, sedangkan bani Zadok memegang jabatan Imam Besar. Ada kemungkinan juga bahwa nama Saduki berasal dari satu kata Ibrani yang berarti 'benar'. Mereka adalah pembesar-pembesar yang duduk dalam pemerintahan. Tetapi kedudukan orang-orang Saduki sebagai golongan agama atau sebagai partai politik tidak diutamakan seperti kedudukannya sebagai suatu golongan sosial. Kepercayaan mereka pada Firman Tuhan tidak terlalu kuat. Mereka bersikap masa bodoh terhadap pengharapan akan kedatangan Mesias. Mereka tidak percaya akan kebangkitan atau akan adanya malaikat-malaikat. Biarpun mereka membenci orang-orang Farisi, mereka duduk bersama orang-orang Farisi dalam urusan Sanhedrin.

Herodiani

Mereka ini bukan suatu organisasi keagamaan, melainkan suatu organisasi politik yang membela dan mempertahankan kedudukan Herodes. Orang Farisi pada umumnya sangat membenci mereka, karena mereka adalah orang Yahudi yang mendukung penuh pemerintah jajahan.

Orang Zelot

Zelot berarti fanatik. Orang Zelot adalah suatu parti nasional Yahudi yang radikal. Maksud utamanya ialah membela Hukum Taurat terhadap pengaruh kuasa pemerintah jajahan. Dengan giat mereka berjuang dari tahun 63 s.M. sampai kepada kejatuhan kota Yerusalem pada tahun 70 M. Mula-mula mereka hanya melawan Kerajaan Roma dengan kekuatan senjata, tetapi akhirnya dengan segala kekerasan mereka mulai melawan kelompok-kelompok dari bangsanya sendiri.

Septuaginta

Tradisi mengatakan bahwa atas permintaan Raja Ptolomeus Philadelphus (2'85-247 s.M.), 70 orang ahli bahasa Ibrani diutus dari Yerusalem ke tanah Mesir untuk menterjemahkan Perjanjian Lama dari bahasa Ibrani ke dalam bahasa Yunani, bahasa yang umum dipakai di seluruh Asia Tengah. Kitab Taurat Musa adalah kitab yang pertama-tama diterjemahkan. Kemudian menyusul terjemahan kitab-kitab Perjanjian Lama yang lain. Terjemahan ini lazim dipergunakan pada masa Kristus.

Bedah Buku : SURVEY PERJANJIAN BARU

Nama Pelajaran : Latar Belakang Agama Dunia PB

Referensi PPB-02b diambil dari:

Judul Buku : Dunia Perjanjian Baru

Pengarang : J.I Packer, Merrill C.Tenney, William White, Jr

Penerbit : Gandum Mas, Malang, 1993

Halaman : 104 - 117

LATAR BELAKANG AGAMA DUNIA PB

SEKTE-SEKTE YAHUDI DALAM ERA PERJANJIAN BARU

Waktu Yesus lahir, orang-orang Yahudi telah terbagi dalam tiga faksi utama: Farisi, Saduki, dan Eseni. Di dalam setiap faksi itu terdapat kelompok-kelompok kecil orang Yahudi yang bersatu dengan landasan ajaran-ajaran seorang rabi tertentu atau kelompoknya. Jadi selagi membicarakan ketiga faksi besar dalam agama Yahudi Perjanjian Baru itu, kita juga perlu mengingat bahwa dalam kelompok-kelompok kecil itu orang-orang Yahudi memiliki pandangan yang beraneka ragam.

A. Orang-Orang Farisi: Para Ahli Taurat

Orang-orang Farisi muncul dari kalangan kaum Hasidim pada masa Yohanes Hirkanus. Orang-orang Farisi ini adalah ahli-ahli tafsir tradisi mulut ke mulut yang berasal dari para rabi. Pada umumnya mereka berasal dari kalangan menengah, yakni para tukang dan kaum pedagang (contoh, Paulus adalah pembuat tenda). Mereka mempunyai pengaruh yang sangat besar di antara para petani.

Yosefus mengamati bahwa pada saat orang-orang Yahudi harus mengambil suatu keputusan yang sangat penting, mereka lebih bersandar pada pendapat orang- orang Farisi ketimbang pada raja ataupun imam besar (Antiquities, Bk. XII, Psl. x Bgn. 5). Karena rakyat sangat mempercayai mereka, orang Farisi diangkat untuk menduduki jabatan jabatan penting dalam pemerintahan, termasuk

untuk duduk dalam Sanhedrin (Senat). Menurut perkiraan Yosefus, dalam zaman Tuhan Yesus, di tanah Palestina hanya ada sekitar 6.000 orang Farisi; karena itu mereka sangat memerlukan dukungan rakyat banyak. Kemungkinan itulah sebabnya mereka sangat gentar melihat kemampuan Yesus mengumpulkan orang banyak di sekitar- Nya. Para Farisi mengajarkan bahwa orang yang benar akan mengalami kebangkitan sesudah kematian (Kisah 23:8), sedangkan orang durhaka akan menerima hukuman yang kekal. Tidak banyak kelompok Yahudi yang menerima ajaran itu. Sebaliknya banyak yang mendukung pendapat Yunani dan Persia bahwa setelah mati jiwa dan tubuh berpisah untuk selama-lamanya. Kemungkinan faktor itu juga yang menyebabkan banyak orang datang pada Yesus. Yesus adalah seorang tukang kayu miskin, namun ia sangat ahli dalam menjelaskan hukum Taurat (Matius 7:28, 29); selain itu, Ia juga mengajarkan tentang kebangkitan dan kehidupan sesudah kematian (Lukas 14:14; Yohanes 11:25). Pengajaran Yesus mengenai adat istiadat manusia (Markus 7:1-9),penghormatan kepada orang tua (Markus 7:10-13), dan soal memelihara Sabat (Matius 12:2432), cocok dengan pengajaran orang-orang Farisi. Yesus juga sering berbicara mengenai malaikat-malaikat, setan-setan, dan berbagai macam roh seperti yang digambarkan dalam mistik Yahudi. Ini menarik minat orang banyak.

B. Orang-Orang Saduki: Para Penjaga Taurat

Setelah wangsa Makabeus berhasil memaksa Siria untuk angkat kaki dari bumi Palestina, orang-orang Yahudi Helenis tidak berani lagi menunjukkan diri mereka. Bagi para sarjana Yahudi, menyokong pemikiran-pemikiran Yunani sudah menjadi tidak aman. Namun kaum intelektual Yahudi ini tetap menerapkan jalan pemikiran mereka terhadap berbagai masalah pada masa itu dan mereka membentuk suatu sekte Yahudi baru yang dikenal sebagai Saduki. Dari mana asalnya nama itu tidak lagi diketahui dengan pasti. Banyak ahli bahasa Ibrani yang menganggap kata itu diambil dari

kata saddig ("benar"), atau kemungkinan juga berasal dari nama imam Zadok, karena orang-orang Saduki terkait erat dengan keimaman di Bait Allah. Orang-orang Saduki menolak tradisi para rabi yang diturunkan dari mulut ke mulut itu. Mereka hanya menerima Taurat Musa yang

tertulis, dan setiap pengajaran lain yang tidak didasarkan pada Firman Tuhan yang tertulis, mereka tolak dengan keras (Yosefus, Antiquities, Bk. XIII, Psl. x, Bgn. 6). Mereka melihat bahwa pengajaran Farisi terlalu banyak mendapat pengaruh dari Persia dan Asyur, dan menganggap orang-orang Farisi sebagai penghianat-penghianat terhadap tradisi Yahudi. Mereka menolak ajaran orang-orang Farisi mengenai malaikat-malaikat, setan-setan, dan kebangkitan setelah kematian (Matius 22:23-32; Kisah 23:8). Jadi mereka menentang Yesus ketika dalam hal itu Yesus sependapat dengan para Farisi (Matius 22:31-32).Orang-orang Saduki mengambil pendapat seorang filsuf Yunani, Epikurus, yang mengatakan bahwa jiwa seseorang ikut mati juga ketika tubuhnya mati (Yosefus, Antiquities, B. XIII, Psl. ii, Bgn. 4). Mereka mengajarkan bahwa tiap orang menentukan nasibnya sendiri.

Orang-orang Saduki gemar berdebat tentang soal-soal teologi dan filsafat-bukti lain dari minat Yunani yang telah menjadi bagian mereka. Ide-ide canggih mereka tidak menarik untuk banyak orang, karena itu dalam bidang politik mereka terpaksa bergandengan tangan dengan orang-orang Farisi. Sebetulnya, seandainya tidak terjadi perubahan yang aneh dalam politik Yahudi, pastilah

orang-orang Saduki sudah tenggelam sebelum masa Perjanjian Baru. Orang-orang Farisi menentang keputusan Yohanes Hirkanus untuk menjadi imam besar, karena mereka mendengar bahwa dalam

masa teror pemerintahan Antiokhus IV, ibu Hirkanus telah diperkosa. Hirkanus membuktikan bahwa cerita itu bohong, tetapi pengadilan Farisi hanya menjatuhkan hukuman beberapa kali pukulan saja bagi si pembuat cerita itu. Hal ini membuat Hirkanus marah besar dan ia memberikan sokongannya kepada orang-orang Saduki. Anak Hirkanus, Aleksander Yaneus (tahun 104-78 SM), belajar di bawah asuhan para dosen Yunani di Roma. Ia sangat tertarik dengan pemikiran-pemikiran Yunani, dan secara diam-diam menyokong orang-orang Saduki yang intelektual itu. Yosefus mencatat bahwa suatu ketika Yaneus menjadi mabuk pada hari raya Pondok Daun, dan menuangkan air persembahan ke kakinya, bukan ke atas mezbah. (Mungkin ini adalah cara Yaneus untuk mengejek orang-orang Farisi, yang menuangkan air ke atas mezbah bila sedang mengharapkan turunnya hujan.) Pemberotakan pun terjadi. Tentara-tentara Yaneus memulihkan keadaan, tetapi mereka

baru berhasil setelah jatuh korban sebanyak 6.000 orang (Yosefus, Antiquities, Bk. XIII, Psl. v, Bgn. 13). Orang-orang Farisi mengadakan perang saudara yang sengit dengan Yaneus (tahun 94-88 SM), yang berakhir dengan disalibkannya para pemimpin Farisi bersama 800 pengikut mereka.

Istri Hirkanus, Salome, lebih bertoleransi terhadap orang-orang Farisi ketika ia memegang pemerintahan (tahun 78-69 SM). Namun orang-orang Farisi maupun Saduki tidak pernah melupakan episode berdarah itu.

C. Orang-Orang Eseni: Para Pemegang Kebenaran Radikal

Orang-orang. Eseni juga muncul dari gerakan saleh yang dikenal sebagai Hasidim. Yosefus menginformasikan tentang adanya dua kelompok Eseni (War, Bk. 11, Psl. viii, Bgn. 2), sedangkan Uskup Hippolytus yang hidup pada abad ke-3 mengatakan ada empat kelompok Eseni (lihat karyanya, Refutation of All Heresies). Mungkin saja jumlahnya lebih dari itu. Nama Eseni berasal dari bahasa Ibrani yang berarti "saleh" atau "suci". Walaupun mereka dinamakan demikian oleh orang-orang

Yahudi yang lain, orang-orang Eseni sendiri kemungkinan menolak julukan itu. Mereka tidak memandang diri mereka suci atau saleh; tetapi mereka menganggap diri mereka sebagai para penjaga kebenaran-kebenaran yang misterius, yang akan menguasai kehidupan Israel bila kelak Mesias datang. Banyak sarjana percaya bahwa naskah-naskah kaum Zadok yang ditemukan di sinagoge di Kairo pada tahun 1896 ditulis oleh salah satu kelompok Eseni. Naskah-naskah tersebut melukiskan pertempuran terakhir antara Baik dan Jahat, yang akan mempersiapkan jalan bagi kedatangan Sang Mesias. Orang-orang Eseni berencana untuk merahasiakan informasi-informasi seperti itu sampai tiba waktu yang tepat. Kemungkinan mereka melihat diri mereka sebagai maskilim, "orang-orang bijaksana" yang Daniel katakan akan menuntun Israel dalam masa sengsara besar (Daniel 11:33; 12:9-10). Orang-orang Eseni pada umumnya hidup secara berkelompok jauh di daerah-daerah pedalaman gurun pasir. Sebagian lagi tinggal di suatu pemukiman di Yerusalem dan di sana bahkan ada gerbang yang disebut Gerbang Eseni. Mereka mempraktikkan berbagai upacara yang sangat rumit untuk menyucikan diri mereka, rohani maupun jasmani. Tulisan-tulisan mereka (yaitu Gulungan Naskah

Laut Mati yang pada umumnya diakui para ahli sebagai tulisan-tulisan kaum Eseni) menunjukkan bahwa mereka sangat ketat menghindarkan diri agar tidak tercemar oleh masyarakat di sekitar mereka, dengan harapan bahwa Tuhan akan menghargai kesetiaan mereka itu. Mereka menyebut pimpinan mereka sebagai Guru Kebenaran. Gulungan Naskah Laut Mati tidak mengidentifikasi orang-orang dalam masyarakat Qumran tempat gulungan naskah itu ditulis; namun Plinius, sejarawan Romawi, mengatakan bahwa wilayah tersebut adalah markas sekte Eseni. Pada tahun 1947 seorang anak gembala Badui melemparkan sebuah batu ke dalam sebuah gua di Khirbet Qumran (di pantai barat laut Laut Mati) dan mendengar suara tembikar yang pecah. Anak gembala tersebut memasuki gua itu dan menemukan beberapa buah guci berisi naskah-naskah kuno. Para sarjana kemudian mengenali naskah- naskah temuan tersebut sebagai kitab Yesaya, tafsiran kitab Habakuk, dan

beberapa dokumen lainnya yang berisi ajaran-ajaran sekte Qumran. Akhirnya, mereka berhasil menemukan sebelas gua yang di dalamnya terdapat gulungan naskah-naskah kuno. Kecuali kitab Ester, seluruh kitab lainnya dari Perjanjian Lama terdapat di antara naskah-naskah itu, baik secara lengkap ataupun sebagiannya. Sebagian besar dari naskah-naskah itu merupakan salinan-salinan dari

zaman wangsa Makabeus. Penemuan itu telah merangsang minat para arkeolog terhadap puing-puing Khirbet Qumran sendiri, tempat mereka menemukan sebuah ruangan besar yang pernah digunakan untuk menyalin berbagai naskah.Para sarjana masih memperdebatkan apakah benar penghuni Qumran adalah orang-orang Eseni, karena beberapa bagian dari tulisan-tulisan mereka ada yang bertentangan dengan ajaran-ajaran yang dikenal sebagai ajaran Eseni. Ada yang percaya bahwa

orang- orang Farisi yang melarikan diri dari amukan Yaneus (tahun 88 SM) telah datang dan menetap di Qumran. (Sebuah tafsiran kitab Nahum yang ditemukan di Qumran nampak ada kaitannya dengan cara hidup orang-orang Farisi.) Namun seandainya masyarakat Qumran hanyalah salah satu pecahan dari orang-orang Eseni, itu akan merupakan penjelasan yang memuaskan tentang adanya penyimpangan-penyimpangan yang kadang-kadang mereka lakukan terhadap ajaran-ajaran Eseni yang utama.

D. Orang-Orang Zelot

Serbuan Pompeius ke tanah Palestina pada tahun 63 SM memupuskan harapan orang-orang Yahudi untuk membangun kembalisuatu pemerintahan sendiri. Namun ada kelompok-kelompok yang tetap bersikeras bahwa orang-orang Yahudi harus berhasil mengusir para penyerbu dari Romawi itu. Orang-Orang "Zelot" ini berupaya membangkitkan pemberontakan di antara orang-orang

Yahudi.Pemimpin Zelot yang paling dikenal adalah Yudas orang Galilea (Kisah 5:37). Ketika Agustus memerintahkan untuk mengenakan pajak kepada "semua orang di seluruh dunia" (Lukas 2:2), Yudas memimpin suatu pemberontakan yang membawa malapetaka melawan pasukan Romawi. Yosefus berkata bahwa pemberontakan ini adalah awal dari konflik-konflik Yahudi dengan Kerajaan

Romawi yang berakhir dengan penghancuran Bait Allah pada tahun 70 (Antiquities, Bk. VIII, Psl. viii).Yudas dan pengikut-pengikutnya membenci setiap kekuatan asing yang menguasai pemerintahan di negeri mereka. Kemungkinan jalan pikiran mereka yang mendorong seorang Farisi untuk bertanya kepada Yesus, "Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak?" (Markus 12:14).

Pada masa Feliks menjadi prokurator atas Yudea (tahun 52-60), orang-orang Zelot membentuk suatu kelompok radikal yang terkenal dengan nama Sicarii ("manusia belati"). Pada waktu diadakan upacara-upacara perayaan, para Sicarii disebarkan ke tengahmassa. Di sana mereka membunuh para simpatisan Roma dengan belati yang diselipkan di balik baju mereka. Dalam masa perang

dengan Roma (tahun 66-70), para Sicarii menyelamatkan diri ke benteng tua Yahudi di Masada, dan membuat benteng itu sebagai markas besar mereka. Dua tahun setelah jatuhnya Yerusalem, satu legiun Romawi mengadakan gempuran ke Masada. Daripada mati di tangan orang bukan Yahudi, para Sicarii memilih untuk bunuh diri beserta keluarga mereka-960 orang tewas dalam

peristiwa itu.

E. Orang-Orang Herodian

Sebuah sekte Yahudi lagi yang muncul dalam era Romawi, yaitu sekte yang dikenal dengan nama Herodian. Sekte ini adalah suatu partai politik yang beranggotakan orang-orang Yahudi dari berbagai macam sekte keagamaan. Mereka mendukung dinasti Herodes Agung; sebetulnya mereka tampaknya lebih suka otonomi penuh penindasan oleh Herodes daripada pengawasan asing penguasa

Romawi. Orang-orang Herodian ini tiga kali disebut dalam Perjanjian Baru (Matius 22:16; Markus 3:6; 12:13), namun tidak ada satu pun dari ayat-ayat itu yang memberi kita gambaran yang jelas mengenai kepercayaan mereka. Beberapa sarjana percaya bahwa orang-orang Herodian mengira Herodes adalah Mesias. Namun pandangan tersebut tidak didukung oleh bukti yang kuat.

F. Orang-orang Samaria

Orang-orang Samaria adalah hasil perkawinan campuran antara orang-orang Yahudi yang tetap tinggal di tanah Palestina dengan orang-orang Asyur yang menaklukkan Israel dan menduduki Tanah Perjanjian itu. Jadi, keberadaan mereka merupakan suatu pelanggaran terhadap Taurat Allah. Mereka beribadah kepada Allah di Bukit Gerizim, di lokasi tempat mereka mempersembahkanbinatang kurban dan mendirikan tempat ibadah mereka sendiri. Orang-orang Samaria dipandang rendah oleh orang-orang Yahudi yang kembali dari pembuangan. Mereka disebut sebagai "orang bodoh yang tinggal di Sikhem" (Ekklesiastikus 50:25-26). Pada tahun 128 SM Yohanes Hirkanus menghancurkan tempat ibadah di Bukit Gerizim itu. Sejak saat itu orang-orang Yahudi dan orang-orang Samaria putus hubungan sama sekali (band. Yohanes 4:9). Dalam hal-hal tertentu, Yesus juga mengambil jarak dengan orang-orang Samaria. Ia menyuruh murid-murid-Nya agar tidak menyimpang ke tempat orang-orang bukan Yahudi dan ke kota-kota orang Samaria (Matius 10:5-7). la juga mencela kebiasaan orang-orang Samaria yang menyembah hanya di Bukit Gerizim (Yohanes 4:19-24). Meskipun demikian Yesus mau berkunjung ke sebuah desa di Samaria (Lukas 9:52), dan berbicara dengan seorang perempuan Samaria (Yohanes 4:742). Bahkan perumpamaan-Nya tentang Orang Samaria yang Murah Hati menunjukkan bahwa dalam pandangan-Nya, orang Samaria bisa jadi

lebih setia terhadap Taurat daripada orang Yahudi (Lukas 10:25-37). Ketika Yesus menyembuhkan 10 orang kusta, hanya si pria Samaria yang datang mengucapkan terima kasih kepada-Nya (Lukas 17:11-19). Dan ketika Yesus mengamanatkan murid-murid-Nya untuk melaksanakan misi pemberitaan Injil, Ia secara khusus mengutus mereka untuk pergi juga ke Samaria (Kisah 1:8).

G. Para Pengikut Yohanes Pembaptis

Yohanes Pembaptis, dilahirkan dari pasangan suami-istri lanjut usia keturunan keluarga Imam Harun. Sebagian sarjana beranggapan bahwa setelah orang tuanya meninggal, Yohanes Pembaptis pergi ke padang gurun dan hidup di antara orang-orang Eseni (band. Lukas 1:80). Namun lebih besar kemungkinannya bahwa orang tuanya yang telah membawa dia ke padang gurun untuk menghindari pembantaian bayi-bayi yang dilakukan oleh Herodes (Matius 2:16). Bagaimanapun juga, orang-orang Eseni tentu sudah mempengaruhi keluarga Yohanes Pembaptis. Yohanes Pembaptis menyatakan bahwa Mesias segera akan muncul di Israel, dan ia menyerukan agar orang Israel mempersiapkan

diri untuk menyambut kedatangan Sang Penebus itu. Ini menarik perhatian masyarakat umum yang kemudian datang kepada Yohanes untuk dibaptis. Tetapi Herodes kuatir kalau-kalau kegiatan Yohanes ini memberi inspirasi kepada masyarakat untuk mengadakan pemberontakan (Yosefus, Antiquities, Bk. XVIII, Psl. v, Bgn. 2). Pengajaran Yohanes sendiri rupanya bersifat revolusioner. Ia menganjurkan murid-muridnya untuk saling berbagi pakaian dan makanan (Lukas 3: 11). Ia mengutuk perkawinan Herodes dengan iparnya karena suami sang ipar, yaitu saudara laki-laki Herodes

sendiri, masih hidup. Ia tidak gentar menentang keadaan politik Israel yang status quo. Akhirnya, Yohanes dipancung atas perintah Herodes Antipas. Banyak dari pengikut Yohanes yang beranggapan bahwa Yohanes adalah Sang Mesias itu sendiri. Walaupun mereka pada hakikatnya tidak membentuk suatu sekte tersendiri, pada masa Yesus gerakan mereka merupakan gerakan keagamaan yang

penting. Sekarang ini di Timur Dekat ada suatu kelompok kecil yang dikenal sebagai orang-orang Mandea, yang menyatakan diri mereka sebagai keturunan dari pengikut-pengikut Yohanes Pembaptis.

Bedah Buku : PENGANTAR PERJANJIAN BARU

Nama Pelajaran : Bait Suci

Referensi diambil dari:

Judul Buku : Survei Perjanjian Baru

Pengarang : Merrill C. Tenney

Penerbit : Gandum Mas, Malang, 2000

LATAR BELAKANG AGAMA DUNIA PB

BAIT SUCI

Bait Suci yang dibangun Salomo sudah hancur ketika Yerusalem dirampas dan dibakar oleh pasukan Nebukadnezar dalam tahun 586 SM. Bait Suci yang kedua, mulai dibangun pada tahun 537 SM, dan setelah beberapa kali tertunda selesai pada tahun 516 SM (Ezra 6:13-15). Nabi Hagai dan Zakharia banyak menulis mengenai pertobatan dan pembangunan kembali bait suci. Tidak banyak yang diketahui mengenai sejarah bait suci. Pada tahun 168 SM Antiokhus Epifanes merampok dan menajiskannya dengan membangun sebuah altar bagi dewa Zeus Olimpias, serta mempersembahkan kurban baginya. Tiga tahun kemudian Yudas Makabe membersihkan dan memperbaikinya kembali. Bangunan ini masih berdiri tegak ketika Pompeius mengalahkan Yerusalem Herodes Agung merebut kota itu pada tahun 37 SM, sebagian bangunan bait suci terbakar, tetapi nampaknya bangunan utamanya tidak banyak mengalami kerusakan. Namun, pada tahun kedelapan belas dari masa pemerintahannya (2019 SM), Herodes Agung melakukan pembangunan kembali bait suci itu. Sebelum pembongkaran dan pembangunan yang sesungguhnya dilaksanakan ia mengumpulkan bahan-bahan yang diperlukan terlebih dahulu, dan melaksanakan pembangunan sedikit demi sedikit agar sesedikit mungkin mengganggu jalannya kebaktian. Pekerjaan itu dilakukan oleh para imam. Tempat kudusnya sudah selesai dalam waktu satu setengah tahun, tetapi bangunan luar dan serambinya baru selesai sekitar tahun 62 atau 63. Ketika para musuh Yesus mengatakan bahwa bait suci sudah dibangun selama empat puluh enam tahun, mereka menyiratkan bahwa pembangunan itu masih terus berlangsung (Yohanes 2:20). Bangunan itu sendiri terbuat dari pualam putih dan sebagian daripadanya dilapisi oleh emas yang memantulkan sinar matahari dan menimbulkan pemandangan yang menakjubkan. Pelataran bait suci berbentuk empat persegi panjang dengan lebar sekitar 585 kaki

dari timur ke barat dan panjang 610 kaki dari utara ke selatan. Di sepanjang dinding sebelah dalam pelataran ini terdapat serambi dengan barisan pilar rangkap dua di sebelah selatannya. Serambi sebelah timur dikenal sebagai serambi Salomo (Yohanes 10:23; Kisah 3:11; 5:12) karena konon bangunan inilah yang tersisa dari bait suci yang dibangun Salomo. Ruangan kantor terletak di

sepanjang dinding ini atau di antara beranda-beranda. Pelataran sebelah luar dikenal sebagai pelataran orang kafir. Tidak ada larangan untuk memasukinya, dan ada kalanya pelataran ini digunakan sebagai pasar. Melintang di sebelah utara pelataran ini adalah bangunan utama bait suci yang terdiri dari pelataran dalam dan bangunan-bangunannya. Sisi sebelah timur adalah pelataran wanita dan tepi sebelah barat diperuntukkan bagi kaum pria ngah-tengah pelataran pria terdapat pelataran imam, dan di tengah-tengahnya adalah altar kurban bakaran. Pelataran dalam dibangun lebih tinggi daripada pelataran luar. Di antara kedua pelataran itu, di tepi pelataran dalam, terdapat sebuah jembatan batu yang bertuliskan larangan masuk bagi orang kafir dengan ancaman hukuman mati. Dinding

ini mempunyai sembilan buah gerbang, empat di sebelah utara, empat di sebelah selatan dan satu lagi, mungkin yang disebut Gerbang Indah dalam Kisah Para Rasul pasal 3.

Bagian daerah kudus lebih tinggi dari pelataran dalam dan dapat dicapai melalui kedua belas anak tangga. Pembagian tempatnya sama dengan pembagian di dalam kemah suci: Tempat Kudus panjangnya sekitar enam puluh kaki dan terletak di sebelah timur. Tempat Mahakudus panjangnya tiga puluh kaki. Di dalam Tempat Kudus meja roti persembahan terletak di sisi utaranya, kandelar

bercabang tujuh di sebelah selatannya, serta altar dupa di antara keduanya. Hanya imam yang diperkenankan memasuki Tempat Kudus. Tempat Mahakudus dibiarkan kosong karena tabut sudah hilang ketika Bait Suci Salomo dihancurkan. Imam besar masuk

ke Tempat Mahakudus setahun sekali pada Hari Pendamaian, untuk menyilih dosa umatnya dengan darah. Tempat Mahakudus dipisahkan dengan Tempat Kudus dengan dua lapis tirai tebal, hingga tidak ada orang yang dapat mengintip ke dalam daerah kudus ini. Di sebelah luar daerah kudus terdapat bangunan berlantai tiga berisi ruangan-ruangan kecil yang dihubungkan dengan tangga,

untuk tempat tinggal para imam atau menyimpan barang-barang. Di dalam pelataran imam, di sebelah timur altar, terdapat sebuah altar kurban bakaran yang besar, yang luasnya sekitar delapan

belas kaki persegi dan tingginya lima belas kaki. Di atas altar ini selalu terdapat api dan setiap hari selalu diadakan upacara kurban hewan. Hanya imam yang boleh masuk ke dalam pelataran imam, kecuali mereka yang membawa hewan untuk dikurbankan karena mereka harus meletakkan tangannya di atas kurban itu sebelum disembelih. Orang Yahudi diizinkan oleh pemerintah Romawi untuk memiliki angkatan kepolisian khusus untuk menjaga keamanan di dalam Bait Allah. Kepala pasukannya disebut strategos atau "kepala pengawal Bait Allah" (Kisah 4:1; 5:24-26). Mungkin kelompok prajurit yang menangkap Yesus adalah suatu pasukan dari kepolisian ini dan bukan tentara Romawi. Mereka juga ditugasi untuk menangkap dan mengamankan Petrus dan Yohanes ketika mereka ditahan karena berkhotbah, mungkiq di dalam Bait Allah. Para pengawal menjaga Bait Allah setiap hari agar yang tidak berkepentingan tidak dapat memasuki daerah terlarang. Pada waktu

malam pintu- pintu gerbang ditutup dan dijaga untuk mencegah kedatangan pencuri. Bait Allah adalah pusat peribadatan di Yerusalem. Yesus sendiri dan kemudian para rasulnya mengajar dan berkhotbah di dalam pelatarannya. Hingga tahun 56 masih ada sebagian anggota gereja di Yerusalem yang benazar di dalam Bait Allah (Kisah 21:23-26) dan yang menjalankan peraturan-peraturan dengan ketat. Pengaruhnya terhadap agama Kristen makin berkurang sejalan dengan makin berkembangnya kekristenan orang bukan Yahudi.

SINAGOGE

Seperti telah disebutkan terdahulu sinagoge mempunyai peranan besar dalam pertumbuhan dan kelestarian Yudaisme. Orang-orang Yahudi Perserakan mendirikan sinagoge-sinagoge di setiap kota di seluruh negara Romawi di mana ada cukup orang Yahudi untuk menghadirinya, dan sinagoge-sinagoge bangsa asing tumbuh subur di Yerusalem. Galilea yang pada masa Makabe sebagian besar

penduduknya adalah bangsa asing (1Makabe 5:21-23), sudah dipenuhi oleh sinagoge-sinagoge pada zaman Kristus. Sinagoge berfungsi sebagai balai sosial di mana penduduk Yahudi di kota yang bersangkutan berkumpul setiap minggu untuk saling berhandai- handai. Ia adalah media pendidikan untuk mendidik masyarakat dalam hukum agama dan memperkenalkan anak-anak mereka pada kepercayaan nenek moyangnya. Ia menggantikan kebaktian -- di Bait Allah yang tidak mungkin dilakukan karena jarak yang jauh atau ketiadaan biaya. Dalam sinagoge penyelidikan hukum menggantikan upacara kurban, rabi menggantikan imam, dan kepercayaan kelompok diterapkan pada kehidupan perorangan. Setiap sinagoge dipimpin oleh seorang "kepala rumah ibadat" (Markus 5:22), yang mungkin diangkat dari antara para penatua berdasarkan pemungutan suara. Kepala rumah ibadat ini memimpin kebaktian, menjadi penengah dalam suatu perkara (Lukas 13:14), dan memperkenalkan pengunjung pada jemaat (Kisah 13:15). Penjaga sinagoge, atau hazzan, harus menjaga harta sinagoge

dan bertanggung jawab atas pemeliharaan bangunan beserta isinya. Salah satu tugasnya adalah pada Jumat sore memberitahukan pada penduduk desa saat dimulainya hari Sabat dan waktu penutupannya. Mungkin dialah pejabat yang disebutkan dalam Lukas 4:20, yang memberikan gulungan Kitab Suci kepada Yesus ketika Ia hendak berkhotbah di dalam sinagoge di Nazaret, dan mengembalikan kembali kitab itu ke tempatnya setelah Yesus selesai membacanya. Ada kalanya hazzan menjadi guru di sekolah sinagoge setempat. Pada umumnya sinagoge berupa bangunan batu yang kokoh dan ada pula yang dibangun dengan mewah bila jemaat atau para pendukungnya adalah orang-orang kaya. Setiap sinagoge mempunyai sebuah almari tempat menyimpan gulungan kitab Taurat, sebuah podium dengan sebuah meja untuk meletakkan Kitab Suci yang akan dibacakan untuk hari itu, lampu untuk menerangi ruangan, dan bangku atau kursi tempat duduk jemaat. Banyak peralatan dalam sinagoge kuno yang masih dapat dilihat dalam sinagoge-sinagoge dewasa ini. Kebaktian sinagoge meliputi pengakuan iman Yahudi atau Shema, "Dengarlah, hai orang Israel: Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu

esa! Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu" (Ulangan 6:4, 5), diikuti dengan kalimat puji-pujian kepada Allah yang disebut Berakot karena selalu diawali dengan kata "Diberkatilah." Setelah Shema, dilanjutkan dengan pembacaan doa, ditutup dengan kesempatan bagi anggota jemaat untuk mengucapkan doa

pribadinya di dalam hati. Pembacaan Kitab Suci yang dilakukan kemudian, pada awalnya diambil dari kitab Taurat yang bertalian dengan hari-hari kudus tertentu; tetapi kemudian seluruh Pentateukh dibagi-bagi menjadi seratus lima puluh empat pelajaran yang harus dibacakan secara berurutan. Orang-orang Yahudi Palestina akan menghabiskan seluruh Pentateukh dalam waktu tiga tahun,

sedang orang- orang Yahudi Babilonia menyelesaikannya dalam satu tahun. Kitab Nabi- nabi juga digunakan, seperti ketika Yesus membacanya di dalam sinagoge (Lukas 4:16-19). Mungkin saat itu Yesus sendirilah yang memilih bacaan-Nya. Menyusul pembacaan Kitab Suci adalah khotbah, yang menjelaskan bagian yang baru saja dibaca. Khotbah dalam sinagoge di Yerusalem sangat ketat mengikuti prosedur yang berlaku pada masa itu. Kebaktian diakhiri dengan pemberian berkat, yang diucapkan oleh anggota jemaat yang dianggap imam. Bila tidak ada di antara jemaat yang pantas memberi berkat, sebagai gantinya diucapkan bentuk dan tata cara beribadah gereja pada abad yang pertama sangat jelas terlihat. Yesus sendiri menghadiri dan turut mengambil bagian dalam kebaktian sinagoge secara teratur. Dalam perjalanan kerasulannya, Paulus selalu menjadikan sinagoge - sinagoge Perserakan sebagai tujuan pertamanya setiap kali ia memasuki suatu kota asing, dan

dia mengajar serta bertukar pikiran dengan orang-orang Yahudi dan umat asing yang berkumpul untuk mendengarkan dia (Kisah 13:5, 15-43; 14:1; 17:1-3, 10, 17; 18:4, 8; 19:8). Banyaknya kemiripan di antara prosedur upacara di dalam sinagoge dan di dalam gereja pada kenyataannya memang karena gereja menyerap atau mengikuti prosedur sinagoge hingga batas tertentu. Mungkin

sebagian umat Kristen yang pertama tetap menjalankan ibadatnya dalam sinagoge, bahkan mereka masih mengunjungi Bait Allah misalnya pada "waktu sembahyang" (Kisah 3:1). Suatu kemungkinan dari kecenderungan ini tercermin dalam Yakobus 2:1, 2 (meskipun kata Yunani synagoge dapat diartikan sebagai pertemuan umat Kristen, seperti dalam Ibrani 10:25, di mana episynagoge

pada dasarnya mempunyai arti yang sama). Karena orang Yahudi tetap menolak Injil Kristus dengan tegas dan kukuh, maka hubungan sinagoge dan gereja menjadi putus. Dewasa ini keduanya sudah sama sekali terpisah dan dalam banyak hal saling bertentangan. Namun, dalam penggunaan Kitab Suci sebagai bacaan dan bahan wejangan serta khotbah, keduanya masih menunjukkan hubungan yang erat.

PELAJARAN KANON DAN KITAB-KITAB PB

Bedah Buku : SURVEY PERJANJIAN BARU

Nama Pelajaran : Kanon dan Kitab-kitab PB

KANON DAN KITAB-KITAB PB

Daftar Isi

Kanon PB

1. Pengertian Kanon

2. Sejarah Kanon PB

3. Daftar Kanon PB

4. Kanon Injil dan Kisah Para Rasul

A.Kitab-kitab Perjanjian Baru

1. Nama

2. Isi

3. Susunan Kitab-Kitab PB

4. Periode PB

B.Doa

A. KANON PB

Pengumpulan naskah-naskah PB terjadi sebagai proses pimpinan Roh Kudus dalam memelihara hasil inspirasi yang dituliskan oleh para penulis Alkitab. Pengumpulan naskah-naskah PB yang akhirnya diterima sebagai kitab-kitab PB dalam Alkitab disebut sebagai Kanonisasi. Melalui beberapa peristiwa, penyeleksian penyusunan daftar kitab (kanon) itu akhirnya diterima gereja.

Pengertian Kanon

Kata kanon berasal dari kata Yunani kanon, artinya buluh. Karena pemakaian "buluh" dalam kehidupan sehari-hari jaman itu adalah untuk mengukur, maka kanon juga berarti sebatang tongkat/kayu pengukur atau penggaris. Namun pada abad ke 4 Athanasius memberikan arti teologis bahwa kanon dipakai untuk menunjuk kepada Alkitab.

Sehingga artinya adalah: Daftar naskah kitab-kitab dalam Alkitab yang berjumlah 66 kitab, yang telah memenuhi standard peraturan-peraturan tertentu yang diterima oleh Gereja Tuhan sebagai kitab-kitab Kanonik yang diakui diinspirasikan oleh Allah dan memiliki otoritas penuh dan mutlak terhadap iman Kristen dan perbuatannya.

1. Sejarah Kanon PB

Setelah kenaikan Tuhan Yesus Kristus ke surga, pengajaran Injil diteruskan pleh para Rasul Tuhan dengan otoritas penuh karena merekalah saksi-saksi mata tentang keselamatan yang diajarkan oleh Tuhan Yesus. Tulisan-tulisan tentang pengajaran iman Kristen oleh para Rasul sangat dibutuhkan mengingat bahwa merekalah pada saksi mata yang dapat memberitakan pengajaran Injil Yesus Kristus dengan jelas dan menafsirkannya dengan tepat, sesuai dengan pimpinan Roh Kudus kepada mereka. Selama thn. 100 - 200 M, tulisan-tulisan para Rasul itu dipakai dan dikumpulkan oleh sidang-sidang jemaat dan kemudian di teruskan oleh gereja-gereja generasi berikutnya.

2. Daftar Kanon PB

Beberapa Daftar Kanon PB yang pernah berlaku dalam sejarah gereja:

Daftar Marcion

Daftar buku PB yang tertua disusun di Roma pada tahun 140 M oleh seorang bidat yang bernama Marcion. Menurut Marcion kitab PL harus ditolak dan juga kitab-kitab PB yang dipengaruhi oleh Yudaisme, karena menurutnya Allah PL mempunyai status yang lebih rendah dari Allah yang dinyatakan dalam diri Kristus. Itu sebabnya kanon Marcion hanya terdiri dari 2 bagian:

1. Kitab Injil Lukas (Injil yang tidak dipengaruhi oleh Yudaisme)

2. 8 Surat Paulus (3 Surat Penggembalaan tidak dimasukkan), yaitu: 1 & 2 Korintus, Efesus (Laodikia), Filipi,

3.Kolose, 1 & 2 Tesalonika, Filemon.

Daftar Muratori

Daftar lain yang lebih muda dikenal dengan sebutan "Fragmen Muratori", berasal dari Roma pada akhir abad dua.Pada daftar kanonnya dimasukkan:

1. Injil Matius, Markus, Lukas, Yohanes dan Kisah Para Rasul.

2. 9 Surat Paulus kepada Jemaat dan 4 kepada perorangan.

3. 2 Surat Yohanes, Wahyu Yohanes dan Wahyu Petrus (kitab dari apokrifa).

b.Konsili Hippo (393M) dan Konsili Kartago (397M)

Konsili gereja di Afrika Utara ini menerima daftar 27 kitab-kitab PB yang kita pakai sekarang. Penerimaan mereka didasarkan pada kesadaran akan nilai kitab-kitab itu sebagai yang diinspirasikan oleh Allah. Ditambah lagi dengan fakta bahwa kita-kitab tsb. telah umum digunakan oleh gereja-gereja saat itu.

c. Kanon Injil dan Kisah Para Rasul

Pada mulanya kitab-kitab Injil itu merupakan satu kumpulan kitab dalam bentuk tunggal, tetapi dilaporkan sebagai "Menurut Matius", "Menurut Markus" dsb. Tapi pada tahun 115 M, Ignatius mengenal lebih dari satu Injil, jadi mungkin yang dimaksud adalah kumpulan Injil-injil.

Sekitar tahun 170 M, seorang bernama Tatianus membuat Injil rangkap empat menjadi satu cerita yang bersambung, atau disebut "Harmoni Injil-injil" (Diatessaron), salah satu bentuk yang disukai banyak orang. Walaupun ada lebih dari 4 Injil yang dikenal jaman itu (mis. Injil Barnabas dll.), tapi Ireneus berkata bahwa tidak ada Injil lain selain 4 Injil yang sudah dikenal (Matius, Markus, Lukas, Yohanes). Ia berkata, seperti halnya 4 arah mata angin, maka gereja juga mempunyai 4 Injil sebagai tiang penyangga gereja. Kitab Kisah Para Rasul mendapatkan pengakuan kanonik karena penulisnya sama dengan Injil ketiga (Lukas). Kedudukan kitab ini penting dalam kanon PB karena merupakan kitab yang sentral, menjadi penghubung antara kitab-kitab Injil dan Surat-surat Kiriman.

B. KITAB-KITAB PERJANJIAN BARU

Nama

Nama Perjanjian Baru berasal dari bahasa Latin Novum Testamentum. Istilah Testament atau covenant (bhs. Inggris) ini, artinya persetujuan antar dua pihak yang mengikat, lebih kuat dari hanya sekedar janji. Bahasa Yunani dari Perjanjian Baru adalah He Kaine Diatheke, artinya pesan atau wasiat terakhir, yang melibatkan dua belah pihak dan sifatnya mengikat dan tidak dapat diubah. Oleh karena itu makna kata "Perjanjian Baru" disimpulkan sebagai perjanjian tertulis yang merupakan wujud persetujuan/kesepakatan yang baru antara Allah dan manusia melalui Kristus.

1.Isi

Isi dari Perjanjian Baru adalah penyataan rahasia janji Allah yang baru yang diwujudkan dalam catatan tentang kata-kata/pengajaran Yesus dan pada pengikut-Nya. Catatan ini terdiri dari 27 buku, yang ditulis dalam kurun waktu 45-50 tahun, ditulis oleh 8-9 orang penulis (berbangsa Yahudi kecuali Lukas). Pengelompokan isi Perjanjian Baru dapat dibagi sbb.:

Buku-buku yang berisi sejarah:

Kitab Injil Matius, Markus, Lukas, Yohanes dan Kisah Para Rasul; menceritakan tentang kehidupan dan kematian Yesus dan riwayat para pengikut-Nya setelah Yesus diangkat ke surga..

Buku-buku yang berisi pengajaran doktrin:

Semua surat-surat kiriman Rasul Paulus dan Rasul-rasul lain; surat-surat itu khususnya ditujukan kepada jemaat untuk mengajarkan tentang pokok-pokok iman Kristen serta pelaksanaan hidup Kristen.

b. Buku yang berisi nubuat:

Kitab Wahyu; mengungkapkan nubuatan masa kini dan masa yang akan datang melalui penglihatan dan pengalaman supranatural.

2.Susunan Kitab-Kitab PB

27 Kitab yang ada dalam Alkitab PB disusun tidak berdasarkan urutan tahun ditulis, melainkan berdasarkan kronologis sejarah kisahnya dan sebagian karena sifat-sifat sastranya. Susunan tsb. adalah sbb:

3.Jenis Judul Penulis

Kitab Sejarah Matius Matius

Markus Markus

Lukas Lukas

Yohanes Yohanes

Kisah Para Rasul Lukas

Surat Kiriman Roma

Paulus

1Korintus

2Korintus

Galatia

Efesus

Filipi

Kolose

1Tesalonika

2Tesalonika

1Timotius

2Timotius

Titus

Filemon

Surat Kiriman Ibrani Anonim

Yakobus Yakobus

1Petrus Petrus

2Petrus Petrus

1Yohanes Yohanes

2Yohanes Yohanes

3Yohanes Yohanes

Yudas Yudas

Kitab Nubuatan Wahyu Yohanes

Periode PB

Penempatan susunan kitab-kitab dalam Alkitab tidaklah sesuai dengan urutan usia penulisannya, tetapi kronologi peristiwanya. Untuk memudahkan penyelidikan, masa dalam PB dapat dibagi menjadi 3 periode waktu:

Periode Kelahiran (5 sM - 30 M)

Masa kehidupan Yesus diuraikan dalam kitab-kitab Injil.

.

Periode Perkembangan (30 M - 60 M)

Masa perkembangan karya kerasulan, khususnya pelayanan Rasul Paulus kepada jemaat non-Yahudi.

Periode Pemantapan (60 M - 100)

Masa ini (60-100M) tidak banyak diketahui, tapi yang jelas banyak tulisan-tulisan para Rasul dan juga kitab Injil yang baru beredar pada tahun-tahun ini.

PERTANYAAN

Nama Mata Kuliah : SURVEI PERJANJIAN BARU

Nama Pelajaran : Kanon dan Kitab-kitab PB

NSTRUKSI

Harap setiap peserta mengikuti petunjuk mengerjakan tugas sbb.:

1. Bacalah Bahan Pelajaran dan semua Referensi Pelajaran 03 dengan teliti.

2. Bacalah Pertanyaan (A) dan (B) di bawah ini, lalu jawablah dengan jelas dan tepat.

Apabila Anda mendapatkan kesulitan sehubungan dengan isi Bahan Pelajaran, silakan menghubungi Pembimbing di:ptr.pasca@gmail.com

3.Selamat mengerjakan!

PERTANYAAN (A):

1.Proses pengumpulan naskah-naskah PB yang akhirnya diterima sebagai kitab-kitab PB dalam Alkitab disebut sebagai..............

2.Tulisan-tulisan tentang pengajaran iman Kristen oleh ............ akhirnya dikumpulkan dan dipakai oleh sidang-sidang jemaat menjadi kitab-kitab yang memiliki otoritas penuh.

3.Daftar Kanon PB yang tertua disusun di Roma (140M) oleh seorang bidat yang bernama .............

Dan Daftar Kanon PB hasil Konsili Hippo (393M) dan Kartago (397M) yang kita pakai sampai sekarang mengakui sejumlah........ kitab sebagai Kitab Kanon PB.

4. Sekitar tahun 170 M, seorang bernama Tatianus membuat Injil rangkap empat menjadi satu cerita yang bersambung, yang disebut .........

5. Bahasa Yunani dari "Perjanjian Baru" adalah ................... artinya surat wasiat terakhir, yang melibatkan dua belah pihak, sifatnya mengikat dan tidak dapat diubah.

6.Kita-kitab Perjanjian Baru ditulis dalam kurun waktu 45-50 tahun, dan ditulis oleh 8-9 orang penulis, yang semuanya berbangsa Yahudi, kecuali ........

7.Kitab-kitab PB disusun/diurut tidak berdasarkan urutan tahun ............., tetapi berdasarkan kronologis sejarah peristiwanya.

8.Berdasarkan isinya kitab-kitab PB dikelompokkan dalam 3 kategori, yaitu kitab-kitab ............, .........., ..........

9.Kitab ......... mengungkapkan nubuatan masa kini dan masa yang akan datang melalui penglihatan dan pengalaman

supranatural.

PERTANYAAN (B):

1. Mengapa gereja mula-mula perlu menetapkan 27 kitab-kitab PB sebagai kitab-kitab Kanon?

2. Mengapa kitab-kitab Injil disebut sebagai kitab sejarah?

Bedah Buku :SURVEY PERJANJIAN BARU

Nama Mata kuliah: Kanon dan Kitab-kitab PB

Referensi diambil dari:

Judul Buku : Dokumen-dokumen Perjanjian Baru

Pengarang : F.F. Bruce

Penerbit : BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1993

Halaman : 17 - 24

KANON DAN KITAB-KITAB PB

KANON PERJANJIAN BARU

TENTANG masing-masing kitab Perjanjian Baru sudah didapatkan kesimpulan. Namun masih ada pertanyaan lain : bagaimana Perjanjian Baru itu sendiri sebagai kumpulan tulisan telah terjadi? Siapa yang mengumpulkan tulisan-tulisan itu dan atas dasar apa? Lingkungan macam apa yang mendorong penyusunan suatu daftar, atau kanon, dari kitab- kitab yang berwibawa?

Biasanya iman Kristen yang historis mengatakan bahwa Roh Kudus yang memimpin penulis masing-masing kitab, Dia juga yang memimpin seleksi dan pengumpulannya, jadi melanjutkan pemenuhan janji Tuhan bahwa Ia akan memimpin murid-murid-Nya dalam segala kebenaran. Bagaimana pun juga, ini merupakan sesuatu yang harus disingkapkan oleh penglihatan rohani, dan bukan oleh penelitian historis. Sasaran kita adalah menemukan apa yang diungkapkan penelitian historis tentang asal-usul kanon PB. Ada yang akan mengatakan kepada kita bahwa kita menerima ke 27 kitab PB berdasarkan kewibawaan Gereja. Seandainya pun demikian, bagaimana Gereja sampai mengakui kewibawaan ke 27 buku ini dan bukan yang lain, sebagai kitab-kitab yang pengilhaman dan kewibawaannya setingkat dengan kanon PL? Daftar buku yang tertua dari Perjanjian Baru yang kita ketahui dengan pasti, disusun di Roma oleh seorang bidat, Marcion, tahun 140. Marcion membedakan Allah Perjanjian Lama yang lebih rendah dari Allah dan Bapa yang dinyatakan dalam Kristus. Oleh

karena itu menurut setiap "anti Semitisme teologis" ini Perjanjian Lama harus ditolak dan juga bagian- bagian Perjanjian Baru yang dipengaruhi oleh Yudaisme. Dengan demikian kanon Marcion terdiri dari dua bagian : (a) Kitab Injil Lukas yang telah dimurnikan dan yang paling sedikit mengandung Yudaisme, karena Lukas adalah seorang bukan Yahudi; (b) Sepuluh surat Paulus (ketiga

"Surat Penggembalaan" tidak dimuat). Tetapi daftar Marcion tidak mencerminkan ketetapan Gereja yang berlaku, melainkan penyimpangan dengan sengaja dari ketetapan itu. Daftar lain yang lebih muda, juga berasal dari Roma, dari akhir abad II, yang biasa disebut "Fragmen Muratori", karena diterbitkan pertama kalinya tahun 1740 oleh antikuaris Kardinal L.A. Muratori. Sayangnya fragmen ini sudah rusak sejak permulaan, tetapi dengan terang menyebut Matius dan Markus, sebab ia mengacu kepada Lukas sebagai kitab Injil ketiga. Selanjutnya disebut Yohanes, Kisah Para Rasul, sembilan surat Paulus ke jemaat-jemaat dan empat kepada perorangan (Filemon, Titus, I dan II

Timotius), (1) dua surat dari Yohanes, (2) Wahyu Yohanes dan Wahyu Petrus (ini adalah kitab apokrif). Kitab Gembala dari Hermas disebut sebagai layak untuk dibaca dalam jemaat, tetapi tidak dimasukkan ke dalam daftar tulisan-tulisan nabiah ataupun rasuli. Langkah-langkah pertama yang menuju pembentukan Kanon kitab-kitab Kristen yang berwibawa sehingga ini layak ditempatkan

di samping Kanon Perjanjian Lama, adalah Alkitab Tuhan kita dan para rasul-Nya, nampaknya diambil sekitar permulaan abad kedua. Ini berdasarkan adanya bukti tentang peredaran dua kumpulan tulisan Kristen di dalam Gereja. Pada waktu yang amat dini keempat kitab Injil disatukan dalam satu kumpulan. Mereka pasti sudah dikumpulkan segera setelah Injil menurut Yohanes ditulis. Kumpulan empat kitab ini mula-mula dikenal sebagai "Injil" dalam bentuk tunggal, jadi bukan sebagai "Injil-injil" dalam bentuk jamak; Jadi yang ada hanyalah satu Injil, yang dituturkan dalam empat laporan, dibeda-bedakan dengan kata "menurut Matius", "menurut Markus", dan seterusnya. Sekitar tahun 115 M, Ignatius, uskup Antiokhia, mengacu kepada "Injil" sebagai tulisan yang berwibawa. Oleh karena ia mengenal lebih dari satu dari keempat "Injil", maka mungkin sekali meskipun tanpa dikatakan bahwa yang dimaksudkannya dengan "Injil" adalah kumpulan empat kitab yang sebutannya memang

demikian. Sekitar tahun 170 M. seorang Kristen dari Assiria bernama Tatianus membuat Injil rangkap empat itu menjadi satu cerita yang bersambung, atau "Harmoni Injil-injil". Ini lama menjadi bentuk yang digemari orang, malahan mungkin bentuk yang resmi dari kitab Injil rangkap empat dalam gereja Assiria. Ini berbeda dari empat kitab Injil versi Siria Kuno. Tidak dapat dipastikan apakah

bahasa asli yang dipakai Tatianus dalam menyusun Harmonia, yang biasa dikenal sebagai Diatessaron, adalah bahasa Yunani atau Siria. Tetapi tempat penyusunannya kelihatannya Roma dan bahasa aslinya mungkin bahasa Yunani. Fragmen Diatessaron dari Tatianus yang berbahasa Yunani telah diketemukan pada tahun 1933 di Dura-Europos di daerah aliran sungai Efrat. Bagaimanapun

juga, kitab itu telah diberikan kepada orang-orang Kristen Assiria dalam bentuk Siria waktu Tatianus pulang dari Roma, dan Diatessaron Siria ini tetap menjadi "Versi Resmi" dari keempat kitab Injil bagi mereka, sampai diganti dengan Peshitta atau versi yang sederhana pada abad kelima. Pada zaman Irenacus, yang meskipun lahir di Asia tetapi telah menjadi uskup di Lyons di Galia kira-kira tahun 180 M, gagasan kitab Injil rangkap empat telah sedemikian umum diakui di Gereja, hingga ia dapat menyebutnya sebagai hal yang tetap dan diakui sama terangnya dengan keempat arah utama pada kompas atau keempat mata angin. "Seperti halnya ada empat bagian bumi yang kita huni dan ada empat mata angin, dan seperti halnya Gereja tersebar di seluruh muka bumi dan Injil adalah tiang dan dasar bagi Gereja dan adalah nafas hidup, maka wajarlah bila bumi mempunyai empat tiang, yang menghirup ketidak- fanaan dari keempat penjuru dan menyalakan hidup manusia secara

baru. Oleh karena itu teranglah bahwa Sang Sabda yang adalah arsitek dari segala sesuatu, yang duduk di atas Kerubim dan menggenggam segala sesuatu, setelah Ia menyatakan diri kepada manusia, memberikan kepada kita Injil dalam bentuk rangkap empat, tetapi dijadikan satu oleh satu Roh."

Kalau keempat kitab Injil dijadikan satu dalam satu jilid maka hubungan antara kedua bagian dari karya sejarah Lukas dilepaskan. Jadi kalau Injil Lukas dan Kisah Para Rasul dipisahkan maka nampaknya ada satu atau dua modifikasi dilakukan ke dalam teks pada bagian akhir Lukas dan permulaan Kisah Para Rasul. Aslinya agaknya Lukas menempatkan segala cerita tentang kenaikan ke

Sorga dalam tulisannya yang kedua. Jadi kata-kata "dan terangkat ke Sorga" ditambahkan dalam Luk 24:51, untuk mengakhiri ceritanya, dan sebagai konsekuensinya ungkapan "Ia terangkat" ditambahkan dalam Kisah 1:2. Beberapa orang telah menemukan bahwa antara kedua cerita tentang kenaikan ke Sorga dalam Injil Lukas dan Kisah Para Rasul kurang serasi. Hal ini sangat mungkin disebabkan oleh penyesuaian-penyesuaian waktu kedua kitab ini dipisahkan. Bagaimanapun juga, Kisah Para Rasul dengan sendirinya kebagian kewibawaan dan kehormatan dari kitab Injil ketiga karena merupakan karya penulis yang sama, dan nampaknya juga diakui sebagai kanonik oleh semua orang kecuali oleh Marcion dan pengikut-pengikutnya. Tentu, Kisah Para Rasul mempunyai tempat yang penting sekali dalam kanon Perjanjian Baru karena merupakan kitab yang sentral, demikian kata Harnack. Sebab Kisah Para Rasul menghubungkan keempat kitab Injil dengan surat-surat, dan dengan ceritanya tentang pertobatan, panggilan dan pelayanan Paulus sebagai penginjil, ia menunjukkan dengan

terang betapa nyatanya kewibawaan ramuli di belakang surat-surat Paulus itu. Corpus Paulinum atau kumpulan tulisan-tulisan Paulus terkumpul kira- kira pada waktu yang sama dengan penghimpunan Injil rangkap empat itu. (3) Sama seperti kumpulan kitab-kitab Injil disebut Euanggelion, kumpulan dari tulisan Paulus disebut dengan satu kata Apostolos, dan tiap surat secara khusus disebut "kepada orang Roma", "Yang pertama kepada jemaat di Korintus", dan sebagainya. Segera surat kepada Orang Ibrani yang tanpa nama digandengkan dengan tulisan-tulisan Paulus. Kisah Para Rasul,

untuk gampangnya, digandengkan dengan (surat-surat dari Petrus, Yakobus, Yohanes dan Yudas).

Hanya ada beberapa buku yang diragukan secara agak serius setelah pertengahan abad kedua, yaitu yang ada di akhir dalam deretan Perjanjian Baru kita. Origenes (185-254) menyebut keempat kitab Injil, Kisah Para Rasul, ketiga belas surat Paulus, I Petrus, I Yohanes dan Wahyu sebagai yang diakui semua jemaat; ia berkata bahwa Ibrani, II Petrus, II dan III Yohanes, Yakobus dan Yudas bersama dengan "surat Barnabas", Gembala Hermas, Didache dan "Injil menurut orang-orang Ibrani", disanggah oleh beberapa orang. Eusebius (± 265-340) menyebut seluruh kitab dalam Perjanjian Baru kita sekarang sebagai yang diakui semua orang, kecuali Yakobus, Yudas, II Petrus, II & III Yohanes yang disanggah oleh sejumlah orang tetapi mayoritas mengakuinya. (Eusebius sendiri mestinya menolak kitab Apokaliptik (Wahyu), karena ia tidak menyukai millenarianismenya). Athanasius pada

tahun 367 mengatakan bahwa pada kedua puluh tujuh kitab Perjanjian Baru kita seperti yang ada itulah kanonik; lama sesudah itu Hironymus dan Agustinus mengikuti teladannya di Barat. Proses di kawasan yang lebih jauh ke Timur agak lebih lama; baru ± tahun 508 II Petrus, II dan III Yohanes, Yudas dan Wahyu dimasukkan ke dalam terjemahan Alkitab Siria sebagai tambahan atas

kedua puluh dua kitab lainnya. Berdasarkan pelbagai alasan maka bagi gereja perlu untuk mengetahui dengan pasti kitab-kitab manakah yang berwibawa ilahi. Kitab-kitab Injil yang menceritakan "segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Yesus," tidak dapat dianggap mempunyai wibawa yang lebih rendah daripada kitab-kitab Perjanjian Lama. Dan ajaran para rasul dalam Kisah Para Rasul dan surat-surat dianggap sebagai yang berkenaan dengan kewibawaan-Nya juga. Jadi wajarlah bila kepada tulisan-tulisan para rasul Perjanjian Baru diberi kehormatan yang sama seperti yang telah diberikan kepada tulisan-tulisan para nabi Perjanjian Lama. Demikianlah Yustinus Martyr, kira-kira tahun 150 M, menggolongkan "catatan- catatan para Rasul" setaraf dengan tulisan-tulisan para nabi, dan

bahwa kedua- duanya dibaca dalam pertemuan-pertemuan orang Kristen (Apologia 1:67). Sebab meskipun telah berpisah dengan Yudaisme, gereja tidak mengingkari wibawa Perjanjian Lama, tetapi -- mengikuti teladan Kristus dan Rasul-rasul-Nya -- menerimanya sebagai Firman Allah. Memang Septuaginta sangat mereka akui sebagai milik mereka, meskipun semula adalah terjemahan dalam bahasa Yunani dari kitab- kitab Ibrani bagi orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani sebelum zaman Kristus. Sehingga orang-orang Yahudi meninggalkan Septuaginta bagi orang Kristen dan membuat terjemahan yang baru dalam bahasa Yunani dari Perjanjian Lama bagi orang Yahudi yang berbahasa Yunani.

Terutama penting sekali untuk mengetahui kitab-kitab mana yang dapat dipakai untuk menyusun ajaran Kristen dan yang dapat dijadikan pegangan yang kuat dalam berbicara dengan para bidat. Teristimewa ketika Marcion telah menyusun kanonnya kira-kira tahun 140 M, maka bagi gereja-gereja yang Ortodoks perlu sekali untuk dengan persis mengetahui manakah kanon yang benar, dan

ini membantu memacu proses yang telah mulai. Bagaimanapun juga, kelirulah berbicara atau menulis seakan-akan gereja baru mulai menyusun kanon setelah Marcion menerbitkan kanonnya.

Keadaan-keadaan lain yang memerlukan definisi yang terang tentang kitab-kitab mana yang mempunyai kewibawaan ilahi ialah perlunya ditetapkan kitab-kitab yang mana yang harus dibaca dalam kebaktian- kebaktian Gereja (memang ada buku-buku yang tertentu yang tepat dipakai untuk tujuan ini, tetapi tidak dapat dipakai untuk memecahkan persoalan-persoalan mengenai ajaran).

Keadaan lain ialah perlunya mengetahui kitab-kitab mana yang dapat atau tidak dapat diberikan kepada polisi kekaisar kalau diminta pada masa penghambatan tanpa menimbulkan rasa bersalah karena mencemarkan yang suci. Satu hal harus sungguh-sungguh ditekankan. Kitab-kitab Perjanjian Baru tidak menjadi berwibawa bagi Gereja sebab secara formal telah ada dalam daftar yang kanonik; tetapi sebaliknya, Gereja memasukkannya dalam kanonnya karena menganggapnya diilhamkan Allah, sebab Gereja mengetahui nilainya yang dalam dan langsung atau tidak langsung Gereja juga melihat

kewibawaannya dari para rasul. Konsili-konsili gerejawi yang pertama yang mendaftarkan kitab-kitab yang kanonik ada dua, kedua-duanya di Afrika Utara - di Hippo Regius tahun 393 dan Karthago tahun 397. Tetapi yang dikerjakan konsili-konsili ini bukan mendesakkan sesuatu yang baru kepada gereja-gereja, melainkan menyusun daftar dari apa yang telah umum digunakan gereja-gereja.

Ada banyak persoalan teologis yang timbul dari sejarah kanon yang tidak dapat kita bicarakan di sini; tetapi untuk menunjukkan dengan mudah bahwa pemilihan Gereja adalah tepat, orang dapat membandingkan kitab-kitab Perjanjian Baru kita dengan beraneka ragam dokumen yang dikumpulkan oleh M.R. James dalam bukunya Apocryphal New Testament (1924), atau juga dengan tulisan-tulisan Bapa-bapa Rasuli dan akan disadari keunggulan Perjanjian Baru kita atas buku-buku yang lain.

Sedikit perlu ditambahkan tentang "Injil menurut orang-orang Ibrani" yang, seperti dikatakan di atas, didaftarkan oleh Origenes sebagai satu di antara buku-buku yang diperdebatkan oleh beberapa orang pada zamannya. Buku ini, yang beredar di Transjordan dan Mesir di antara kelompok-kelompok orang Yahudi- Kristen yang disebut orang Ebionit, memiliki sejumlah kemiripan dengan

Injil Matius yang kanonik. Mungkin itu adalah saduran yang berdiri sendiri dari suatu dokumen berbahasa Aram yang ada hubungannya dengan Matius yang kanonik. Ia dikenal oleh beberapa Bapa-bapa Kristen yang dulu, dalam terjemahan bahasa Hieronymus (347 - 420) memandang Injil menurut orang Ibrani" ini sama dengan kitab yang ditemukan di Siria, yang disebut Injil orang-orang Nasaren, yang semula dikira - tetapi ini keliru sebagai Injil Matius yang asli dalam bahasa Ibrani (atau Aram).

Mungkin juga ia dengan keliru menyamakan ini dengan Injil menurut orang-orang Ibrani. Injil Nasarene yang diketemukan Hieronymus (yang diterjemahkan dalam bahasa Yunani dan Latin) mungkin hanya terjemahan dalam bahasa Aram dari Matius berbahasa Yunani yang kanonik. Bagaimanapun juga Injil menurut orang Ibrani dan Injil orang Nasarene kedua-duanya

mempunyai hubungan dengan Injil Matius dan harus dibedakan dari setumpukan Injil-injil apokrif yang juga beredar pada zaman itu, dan yang tidak ada pengaruhnya bagi studi historis kita ini. Buku-buku ini sama dengan kitab "Kisah Para Rasul" yang apokrif dan tulisan-tulisan serupa. Isinya hampir dongeng melulu. Hanya satu buku di antara "Kisah Para Rasul" yang apokrif yang namanya "Kisah Paulus", yang meskipun diakui sebagai dongeng dari abad kedua, menarik sebab di dalamnya ada potret diri Paulus. Sifat tulisan ini tegas dan tidak biasa waktu itu. Oleh karena itu Sir William Ramsay mengira bahwa itu mewujudkan suatu tradisi dari penampakan rasul seperti tersimpan di Asia kecil. Paulus dilukiskan sebagai "seorang laki- laki yang kecil badannya, alis matanya panjang, hidungnya agak panjang, kepalanya botak, kakinya bengkok, kekar, ramah, kadang-kadang ia nampak

seperti lelaki, kadang- kadang memiliki wajah malaikat." Catatan Kaki:

Ia menambahkan bahwa surat-surat lain dengan nama Paulus tidak diakui oleh Gereja. Ini sebagian besar pseudepigrapha yang dibikin untuk kepentingan- kepentingan bidah. Ia aneh sekali juga menambahkan "Kebijaksanaan Salomo" di sini. Ignatius dan Polykarpus (mereka menulis kira-kira tahun 115 M), agaknya mengenal kumpulan-kumpulan surat-surat Paulus.

Nama Mata Kuliah:SURVEI PERJANJIAN BARU

Nama Pelajaran : Kanon dan Kitab-kitab PB

Referensi PPB-03a diambil dari:

Judul Buku : Latar Belakang Perjanjian Baru III

Pengarang : Dr. Lukas Tjandra

Penerbit : SAAT, Malang, 1999

Halaman : 136 - 147

KANON DAN KITAB-KITAB PB

PENGENALAN YANG HARUS ADA TENTANG ALKITAB

SEJARAH TERBENTUKNYA PERJANJIAN BARU

Perjanjian Baru ditulis oleh para rasul dengan pimpinan Allah dan gerakan dari Roh Kudus, kemudian dua puluh tujuh kitab itu diakui oleh gereja, dan pada abad kedua disebut sebagai Alkitab Perjanjian Baru atau disingkat menjadi PB. Ketika Tuhan Yesus hidup di dunia, orang Yahudi sudah mempunyai sebuah "Kitab", yang pada masa itu sudah diakui sebagai Firman Allah, bahkan Tuhan Yesus sendiri pun sering mengutipnya, yaitu Alkitab Perjanjian Lama yang kita pakai sekarang. Adapun Perjanjian Baru yang kita baca baru terbentuk setelah melewati masa penetapan yang cukup panjang. Tuhan Yesus Kristus sendiri tidak menulis buku apapun bagi kita. Berita yang Dia sampaikan saat berkhotbah disebut sebagai Injil, yang berarti kabar baik atau berita yang membawa berkat, yaitu kabar baik tentang kasih Allah yang besar, tujuan dan kehendak-Nya atas diri manusia. Tuhan menyampaikan segala kebenaran secara lisan kepada murid-murid-Nya, dan menugaskan

mereka untuk memberitakannya secara turun temurun, bersaksi bagi-Nya di mana-mana tempat, baik yang jauh maupun yang dekat. Sebelum Kristus mati, bangkit dan naik ke sorga, Dia memberikan perintah kepada murid-muridNya untuk memberitakan Injil ke seluruh dunia, setelah mereka menerima Roh Kudus, mereka pun pergi ke segala penjuru untuk memberitakan kabar baik,

Allah menyelamatkan manusia. Sebab itu, diawal perkembangan kekristenan, Kristus dan murid-murid tidak mempertimbangkan akan meninggalkan karya tulis bagi kita. Pada awal pemberitaan mereka, ayat-ayat yang mereka kutip untuk membuktikan ajaran Kristus hanyalah Perjanjian Lama saja, namun setelah Kristus naik ke sorga, kekristenan menjadi semacam gerakan yang berkuasa,

berkembang dengan amat pesat, dan setelah melalui jangka waktu yang cukup panjang, karena kebutuhan masing-masing tempat dan masalah praktis di pelbagai bidang, barulah muncul beberapa tulisan awal, itulah tahap pertama dari penulisan Perjanjian Baru. Menulis empat Injil adalah tahap kedua, hal itu kita ketahui dari pendahuluan Injil Lukas: "Teofilus yang mulia, banyak orang telah

berusaha menyusun suatu berita tentang peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara kita, seperti yang disampaikan kepada kita oleh mereka, yang dari semula adalah saksi mata dan pelayan Firman. Karena itu, setelah aku menyelidiki segala peristiwa itu dengan saksama dari asal mulanya, aku mengambil keputusan untuk membukukannya dengan teratur bagimu, supaya engkau dapat

mengetahui, bahwa segala sesuatu yang diajarkan kepadamu sungguh benar". (Luk. 1:1-4).

Berdasarkan beberapa ayat itu, dapat diketahui dengan jelas, ada banyak catatan tentang pelayanan Kristus yang dipaparkan di hadapan Lukas, dia tidak mengatakan, semua catatan itu tepat adanya, namun mengisyaratkan bahwa catatan- catatan itu tidaklah lengkap atau tidak sempurna. Mungkin sekali merupakan catatan tentang riwayat Kristus yang berbentuk serpihan: dokumen yang

satu mungkin mencatat akan kematian dan kebangkitan Kristus, catatan lain mungkin merupakan kumpulan dari perumpamaan-perumpamaan-Nya. Tidak peduli bagaimana isi dari setiap dokumen itu, namun Lukas secara pasti memberitahukan kepada kita, tatkala dia merencanakan menulis Injil Lukas, dokumen- dokumen itu sudah ada. Lukas membandingkan dan menyeleksi data-data itu, disusun dan disatukan, dicocokkan saat berdialog dengan para saksi mata, yang menyaksikan pelayanan Yesus, saat mengadakan perjalanan Pekabaran Injil dengan Paulus pun dia pergunakan untuk mengumpulkan data, supaya bias memberikan catatan yang tepat bagi gereja. Semua itu adalah fakta yang dapat kita simpulkan. Dia juga memberitahu kita, data-data yang dia dapatkan itu akan dia tuliskan menurut urutannya, maksudnya dia akan menyusun dengan teliti seturut kronologis waktunya, seturut proporsi yang pas pada masing-masing topik, untuk menyatakan bahwa tulisannya mempunyai cirri khas yang seharusnya ada pada tulisan ilmiah dan naskah sejarah. Pendahuluannya mengingatkan kepada kita, iman orang Kristen adalah iman yang didirikan di atas fakta sejarah yang kokoh. Surat Paulus, juga merupakan representatif dari permulaan Perjanjian Baru. Setelah Paulus mengakhiri perjalanan Pekabaran Injilnya ke Asia Kecil dan pulang ke Antiokhia, dia mendengar berita tentang iman orang Kristen yang baru percaya di Galatia mengalami krisis besar (Gal. 1:6; 3:1). Karena dia tidak bisa segera mengunjungi mereka, maka dia merasa perlu untuk menulis

surat menasihati mereka untuk tekun memelihara iman di dalam Kristus, agar tidak dikalahkan oleh bidat, di bawah gerakan Roh Kudus dia menuliskan Surat Galatia. Untuk alasan yang sama, dia juga menulis Surat 1 dan 2Tesalonika, Surat Korintus dan lain-lain, dengan alasan yang sama rasul Petrus juga menuliskan dua buah surat. Pada mulanya, surat-surat seperti itu hanya ditujukan pada satu gereja atau gereja-gereja di satu wilayah saja, kemudian, ada gereja-gereja yang menyalin surat-surat itu, diedarkan dan dibaca, namun pekerjaan menyusun surat-surat dan kitab-kitab Injil baru

dilakukan pada akhir abad pertama. Di akhir zaman rasul- rasul, gereja sudah mulai mengumpulkan karya tulis dan surat-surat para rasul, dan dikategorikan setara dengan Perjanjian Lama, sebagai Firman Allah. Di dalam suratnya, Paulus sendiri jelas-jelas mengatakan bahwa ajarannya diwahyukan dari Allah (1Kor. 2:7-13; 14:37; 2Tes. 2:13), Yohanes juga menegaskan hal yang sama

(Why. 1:2). "Seorang pekerja patut mendapat upahnya" kutipan yang Paulus pakai di 1Tim. 5:18 terdapat juga di Mat. 10:10 dan Luk. 10:17. Terlihat di sini bahwa saat itu Injil Matius dan Injil Lukas sudah ada, dan sudah diterima sebagai bagian dari Alkitab. 2Ptr. 3:15-16, Petrus juga dengan jelas menyetarakan Surat Paulus dengan kitab-kitab yang lain. Selain sekelumit data yang bisa kita dapatkan dari Alkitab sendiri, untuk menyelidiki akan sejarah terbentuknya Perjanjian Baru,

kita perlu menelusurinya dari sejarah yang beraneka ragam. Bahan penyelidikan yang penting adalah karya tulis bapak gereja mula-mula, keputusan dan perintah dari konsili gereja, juga bisa mendapatkan bukti tambahan dari karya tulis sebagian bidat. Setelah zaman para rasul, sebagian besar tulisan Perjanjian Baru sudah dipergunakan secara meluas. Clement, yang di Roma, adalah orang penting dari gereja masa itu. Pada tahun 95 TM, dengan status Uskup, dia menulis surat ke gereja di Korintus, di dalam suratnya tersebut dia mengutip ayat-ayat yang terdapat di Matius, Lukas, Roma, 1Korintus, 2Korintus, Ibrani, Efesus, 1Timotius, 1Petrus dan lain- lain. Uskup pertama di Antiokia, di tahun 110 TM, di tengah perjalanan sahidnya dari Antiokia ke Roma, pernah menulis tujuh pucuk surat, dengan mengutip ayat-ayat dari Matius, 1Petrus, 1Yohanes dan sembilan surat-surat Paulus, bahkan di dalam surat-suratnya itu dia juga memeteraikan ketiga kitab Injil yang lain. Papias, Uskup Hilapolis di dalam

tulisannya tafsiran kata-kata kudus Yesus dan buku-buku lain yang menyerang bidat, selain mengutip dari Injil Yohanes, juga menyinggung tentang sumber dari Injil Matius dan Injil Markus. Di antara th. 150-166 TM, Justin Martyr, seorang filsuf yang ternama pada zaman itu, di dalam tulisannya Apologetika Kristen, pernah menyinggung Kitab Wahyu, Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, dia juga menyebutkan bahwa Injil dan Perjanjian Lama, telah mendapatkan status yang sama di gereja masa itu, bahkan dibacakan secara bergantian di dalam gereja. Saat itu masih ada Tatian, yang pernah menuliskan tafsiran empat Injil, menyebutnya sebagai Synoptic Gospel. Terbukti di sini, bahwa keberadaan empat Injil telah diakui secara umum oleh gereja. Setelah zaman para rasul, selain kesaksian-kesaksian para Uskup yang telah disinggung tadi, ada banyak bidat dan karangan fiktif

yang memakai nama samaran juga bisa dipakai sebagai bukti. Yang dimaksud dengan karangan fiktif adalah sebagian pengarang yang kira-kira sezaman dengan Kitab-kitab Perjanjian Baru, termasuk sebagian Pseudepigrafa, karena zamannya berdekatan, sebab itu memungkinkannya untuk memalsukan, membingungkan. Pengarang-pengarang seperti itu juga mengutip ayat Alkitab, hanya

saja membengkokkan arti yang terdapat di dalam ajaran Alkitab dan respons dari tempat-tempat yang mendapat pengaruh Alkitab. Sebab itu, karangan mereka juga menjadi salah satu bahan bukti. Karangan yang sezaman itu termasuk Surat Barnabas, Shepherd of Hermas, II Clement. Karangan- karangan tersebut sangat dipengaruhi oleh Kitab Injil, Surat Paulus, Wahyu dan lain-lain.

Adapun penggerak bidat pada zaman ini terdapat Simon, Serinthus Basilides dan lain-lain guru-guru bidat dari aliran Gnostikisme, yang menyelewengkan ajaran Kristus, tetapi mengutip dari Matius, Lukas, Yohanes, Roma, 1 Korintus, Kolose dan lain-lain. Selain itu masih ada Marcion, otak Bidat yang lain, demi mempromosikan ajaran Bidatnya, maka di tahun 140 TM, berdasarkan

opininya sendiri terhadap Yesus dan Paulus, juga konsep teologi yang diyakininya, dia menyusun sebuah "Perjanjian Baru". Inilah editor pertama dari Perjanjian Baru. "Perjanjian Baru" yang disusunnya hanya mencakup Injil Lukas, Surat Roma, 1 dan 2Korintus, Galatia, Efesus, Filipi, Kolose, 1 dan 2Tesalonika, Filemon. Ringkasnya, zaman ini bisa disebut sebagai masa permulaan dari Kitab Perjanjian Baru. Gereja, bapa gereja, ajaran bidat, dan

karangan fiktif pada zaman itu merefleksikan bahwa saat itu Perjanjian Baru telah memberi pengaruh yang cukup mendalam, orang-orang yang mengutip ayat-ayat Perjanjian Baru juga semakin serius dan semakin tertib. Di akhir abad ke-2, di antara bapak-bapak gereja, Irenaeus adalah pemimpin yang menonjol, dia adalah Uskup dari kota Lyon, seumur hidupnya berjuang dalam memerangi ajaran-ajaran palsu, mendebat ajaran Bidat. Di antara karangannya, selain Surat Yakobus, 2Petrus, Yudas, Ibrani, keempat kitab ini, ayat-ayat Perjanjian Baru pernah dikutipnya. Saat itu, Perjanjian Baru secara

garis besar telah berbentuk, selain beberapa kitab yang masih dipertimbangkan, pada umumnya telah diakui secara tidak langsung oleh semua gereja. Irenaeus amat menekankan Alkitab adalah tulisan yang diwahyukan oleh Roh Kudus. Kira-kira pada tahun 200 TM, waktu Tertullian, pemimpin gereja Carthage masih hidup di dunia, tulisan asli dari Surat-surat Perjanjian Baru masih berada,

dia menyebut kitab agama Kristen itu sebagai Perjanjian Baru. Dia pernah mengutip empat Injil, tiga belas Surat Paulus, 1 Yohanes, 1 Petrus, Yudas, Ibrani. Dia berpendapat, bahwa Surat Ibrani ditulis oleh Barnabas. Pada masa yang sama, muncul Fragments of Muratorian, sebuah gulungan kitab kuno yang baru ditemukan. Pada tahun 1740, Muratorian, sejarawan Itali, menemukan serpihan dari gulungan kuno, di perpustakaan kota Milan, Itali Utara, yang ditulis di dalam bahasa Latin, bagian lainnya mungkin sudah hilang. Gulungan itu dimulai dari Lukas, namun karena Lukas diberi nomor

tiga, dan Yohanes diberi nomor empat, maka diketahui bahwa nomor satu dan nomor dua adalah Matius dan Markus. Meskipun bagian awalnya telah hilang, namun gulungan ini mempunyai hubungan yang sangat erat dengan Kitab-kitab Perjanjian Baru. Karena inilah kitab kuno pertama yang memandang Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru itu setara adanya. Di depan Perjanjian

Baru terdapat daftar isi Perjanjian Lama dan secara resmi menerangkan akan perbedaan Alkitab dengan karangan fiktif. Di antara Kitab-kitab Perjanjian Baru, yang belum disinggung adalah Ibrani, 1 dan 2Petrus, dan Yakobus, namun mencakup The Wisdom of Solomon dan Catatan Inspirasinya Petrus. Setelah menginjak abad ke-3, sebagian besar karangan Perjanjian Baru telah dipakai oleh gereja-gereja, mayoritas orang di dalam hatinya telah mengakui sebagian kitab-kitab itu sebagai Kanon Alkitab, selain tujuh kitab: Yakobus, 2Petrus, 2 dan 3Yohanes,Ibrani, Yudas, Wahyu, selebihnya sudah tidak ada masalah. Pada masa itu, orang yang paling berpengaruh terhadap gereja adalah Origen dari Alexandra, karena dia bukan hanya banyak membaca, pergaulannya luas, juga memberikan tafsiran terhadap setiap kitab dalam Alkitab, dia telah secara sah menerima kedua puluh tujuh Kitab Perjanjian Baru yang kita pakai sekarang, meski masih sedikit meragukan Surat Yakobus, 2 dan 3Yohanes, 2Petrus. Setelah abad ke-3, memantapkan keputusan Perjanjian Baru sebagai Kanon Alkitab masih tetap berjalan, hanya kitab-kitab yang dikategorikan sebagai Kanon Perjanjian Baru sudah semakin mantap. Menurut Tertulian, orang yang paling berjerih lelah di dalam hal ini adalah para Uskup dan pemimpin-pemimpin gereja. Nyata bahwa mereka mempunyai pandangan dan insting rohani: sekalipun banyak orang Kristen beranggapan, hanya karangan para rasullah yang pantas dikategorikan sebagai Kanon Perjanjian Baru, namun Kitab Markus dan Lukas yang dikenal oleh umum sebagai kitab yang bukan ditulis oleh rasul, tidak mereka hapus. Garis besar dari patokan mereka adalah, kitab yang diterima tidak ada yang tidak bernilai, kitab yang ditolak tidak ada yang

bernilai. Sebuah kitab tidak bisa diterima sebagai Kanon hanya karena pengarangnya memakai nama salah seorang rasul, namun perlu ditinjau bernilai atau tidaknya isi kitab tersebut. Dari sejarah ringkas itu, kita ketahui, bahwa ada satu masa, di mana gereja memang belum dapat memutuskan kitab-kitab mana saja yang bisa diterima sebagai Kanon Perjanjian Baru. Sebab utamanya antara lain: saat itu, transportasi di dalam kerajaan Romawi yang begitu luas belum begitu lancar, ditambah lagi penganiayaan-penganiayaan yang dialami oleh gereja, membuat gereja-gereja tidak mempunyai kesempatan untuk mengadakan satu kali pertemuan bersama, untuk menetapkan kitab-kitab mana

saja yang terbukti memiliki otoritas rasul, dapat dikategorikan sebagai Kanon Perjanjian Baru yang sejajar dengan Perjanjian Lama. Sampai permulaan abad ke-4, pemerintah Romawi masih melancarkan penganiayaan sebegitu rupa terhadap orang Kristen, sampai-sampai memusnahkan Alkitab. Eusebius, tokoh sejarah gereja lahir di masa ini. Dia adalah seorang pengawas di Kaisaria,

saat itu, Kaisar Domitian sedang melangsungkan penganiayaan besar-besaran yang terakhir dan terekstrim untuk memusnahkan orang Kristen. Demi Kristus, Eusebius dijebloskan ke dalam penjara. Salah satu tujuan khusus dari penganiayaan kali ini adalah memusnahkan semua Alkitab orang Kristen. Kurang lebih ada sepuluh tahun, pemerintah Roma mengutus petugas khusus untuk

menggeledah Alkitab yang dimiliki oleh penduduk, semua Alkitab yang berhasil ditemukan dibakar di jalan raya, di depan umum. Pada masa yang mengerikan itu, untuk menyelidiki dan memastikan kitab- kitab mana saja yang dapat dikategorikan sebagai Kanon memang menuntut pengorbanan yang amat sangat mahal. Namun saat Kaisar Constantine naik takhta pada tahun 312 TM, situasinya berubah total: Alkitab boleh dibaca secara terbuka, maka selain Kaisar sendiri menerima Kristus, dia bahkan

mengesahkan kekristenan sebagai agama negara. Eusebius sangat dipandang oleh Kaisar Constantine, dan diangkatnya sebagai penasihat utama di bidang agama dalam kekaisarannya. Setelah Constantine naik takhta, hal pertama yang dia lakukan adalah memberikan mandat, di bawah komando Eusebius, mereka harus menyediakan lima puluh jilid Alkitab untuk lima puluh buah gereja besar yang berada di Constantinople. Kelima puluh jilid Alkitab itu ditulis di atas gulungan kulit domba yang paling lembut, begitu besarnya volume Alkitab itu, sampai membutuhkan dua buah pedati besar kerajaan, untuk membawanya dari Kaisaria ke Constantinople. Kitab-kitab apa saja yang terdapat di dalam Kanon Perjanjian Barunya Eusebius? Seluruh Kitab Perjanjian Baru yang kita gunakan hari ini. Setelah Eusebius melakukan perjalanan keliling guna meneliti pendapat dari masing-masing gereja,

maka dia membagikan Alkitab Perjanjian Baru menjadi empat kategori, yaitu:

Kitab-kitab yang diakui secara umum oleh semua gereja, yang mencakup: empat Injil, Kisah Para Rasul, Surat-surat Paulus, 1Yohanes, 1Petrus dan Wahyu.

1.Kitab-kitab yang masih diragukan oleh sebagian orang, karenanya masih perlu dipertimbangkan adalah: Yakobus, Yudas,

2Petrus, 2 dan 3Yohanes.

2.Kitab-kitab Apokrifa yang bermasalah, termasuk: Acts of Paul, Shepherd of Hermas, Apocalypse of Peter, Epistle of Barnabas, Teaching of the Twelve Apostles.

3.Kitab-kitab Bidat, yaitu kitab-kitab yang sama sekali ditolak, seperti: Gospel of Peter, Gospel of Thomas, Act of Andrew, Act of John dan lain-lain.

4. Dua puluh tujuh kitab yang dia terima dan dimasukkan ke dalam Kanon Perjanjian Baru, bukan saja sama persis yang kita pakai sekarang, pada saat yang sama juga membedakannya dari Kitab-kitab Apokrifa dan Kitab- kitab bidat. Pada masa yang sama, masih terdapat tidak sedikit tokoh-tokoh penting yang memberikan sumbangsihnya pada penetapan Kanon Perjanjian Baru, kami hanya akan mengutarakan secara singkat akan beberapa orang di antara mereka. Athanathius, Uskup

Aleksandria yang amat dikenal sebagai laskar kebenaran itu, adalah leluhur dari Apologis yang ortodoks, seumur hidupnya berperang habis-habisan melawan bidat. Tahun 367 TM, adalah hari Paskah yang ke-39 di dalam jabatan keuskupannya, di dalam wejangan Paskahnya, Athanathius selain memberi nasihat kepada jemaat, juga memberi pengajaran yang diambil dari satu perikop Alkitab, maksudnya adalah untuk mengingatkan kepada jemaat masa itu, untuk tidak membaca buku-buku yang mengaburkan, agar jangan disesatkan oleh ajaran bidat, demi keamanan jemaat, dia menyusun daftar Perjanjian Baru yang dibubuhi dengan penjelasan. Daftar tersebut sama persis dengan Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang kita pakai sekarang. Kedua puluh tujuh Kitab Perjanjian Baru sudah disejajarkan, tidak lagi dipisahkan menjadi beberapa kategori. Kemudian lanjutnya,

"Alkitab adalah sumber keselamatan. Barangsiapa merasa dahaga dapat melepaskan dahaganya dengan firman yang terdapat di dalam kitab ini. Hanya kitab-kitab inilah yang mengajarkan firman saleh". Jerome adalah sarjana Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang terpenting di masa ini, seumur hidupnya tidak terlepas dari pena. Alkitab Perjanjian Baru berbahasa Latin, yang dipakai

di gereja-gereja Roma adalah karya terjemahannya, isinya sama persis dengan kedua puluh tujuh kitab yang kita pakai sekarang. Augustine, Uskup Carthage, teolog ternama pada zaman itu, juga menerima kedua puluh tujuh Kitab Perjanjian Baru. The Council of Carthage yang diselenggarakan pada tahun 397 TM dipimpin olehnya. Salah satu keputusan Konsili itu adalah mengenai Kanon Perjanjian Baru. Setelah direstui dan ditetapkan secara resmi di dalam Konsili itu: menerima sepenuhnya akan kedua puluh tujuh Kitab Perjanjian Baru yang kita pakai sekarang, dengan tidak dibeda- bedakan kategorinya. Inilah ketetapan resmi yang diambil dalam Konsili organisasi gereja mengenai Kanon Perjanjian Baru. Pada awal abad ke-4, masa di mana kekristenan mulai menggunakan bentuk sidang raya untuk mengatur segala urusan yang menyangkut pengelolaan gereja, maka tidak sedikit pertemuan-pertemuan selanjutnya yang berkaitan erat dengan Kanon Perjanjian Baru, seperti Council of Ephesus, Council of Constantinople, Council of Nicaea dan lain-lain. Namun setelah The Council of Carthage yang diselenggarakan pada tahun 397, gereja-gereja juga sidang raya telah sepakat menerima kedua puluh tujuh Kitab Perjanjian Baru adalah sejajar dengan Perjanjian Lama, sebagai Alkitab yang diwahyukan oleh Allah, yang dijadikan dasar iman dan standar hidup dari seluruh jemaat.

Setelah lebih dari seribu tahun dirongrong oleh banyak raja-raja, ajaran-ajaran bidat dan sebagainya, diserang, dipecah belah, diadili dengan Lower Criticism dan Higher Criticism yang dilancarkan oleh filsuf-filsuf modern, pemikir-pemikir, tokoh-tokoh agama, tokoh-tokoh sejarah, Alkitab tetap tidak bergeming, tetap sebagai dasar iman gerejani dan makanan rohani setiap hari bagi jemaat.

Akhirnya, butir yang harus ditegaskan adalah, setiap Kitab Perjanjian Baru, otoritas dan posisi yang dimiliki hari ini, bukannya baru timbul setelah diakui secara resmi sebagai Kanon Alkitab, namun sebaliknya, justru karena gereja menemukan kitab-kitab itu sendiri mempunyai otoritas, sehingga mereka sepakat mengakui kitab-kitab itu memang diwahyukan oleh Allah, dan

KITAB-KITAB INJIL DAN KEHIDUPAN TUHAN YESUS

Nama Mata Kuliah Kursus : SURVEY PERJANJIAN BARU

Nama Pelajaran : Kitab-kitab Injil dan Kehidupan Tuhan Yesus

KITAB-KITAB INJIL DAN KEHIDUPAN TUHAN YESUS

Daftar Isi

Kitab-kitab Injil

Asal-usul Injil

1. Pengertian/Definisi

2. Isi Kitab-Kitab Injil

A.Injil-injil Sinoptik

1. Injil Matius ditulis lebih dahulu.

2. Injil Markus ditulis lebih dahulu.

3. Teori Lain

B.Kehidupan Tuhan Yesus Kristus

Pendahuluan

1. Silsilah Tuhan Yesus

2. Tahun Kelahiran Tuhan Yesus

3. Masa Muda Tuhan Yesus

4. Tuhan Yesus Dibaptis

C.Pelayanan Tuhan Yesus

1. Pelayanan di Yudea

2. Pelayanan di Galilea

3. Pelayanan di Daerah Perea

4. Minggu terakhir dan Kematian Yesus

5. Kebangkitan Yesus

D.Gelar-gelar Tuhan Yesus

1. Anak Manusia

2. Mesias

3. Anak Allah

4. Tuhan

E.Jabatan-jabatan Tuhan Yesus

1. Sebagai Nabi

2. Sebagai Imam

3. Sebagai Raja

I. KITAB-KITAB INJIL

Asal-usul Injil

Pengertian/Definisi:

Kata Injil dalam bahasa Yunani adalah euanggelion, artinya Kabar Baik. Kabar Baik tentang Yesus Kristus telah ditulis oleh keempat penulis Injil dan mereka mengakui bahwa Yesuslah Tuhan, Anak Allah dan Mesias yang dijanjikan dalam PL dan yang telah mengubah hidup mereka menjadi ciptaan baru.

1.Isi Kitab-kitab Injil

Dari maksud yang disebutkan oleh masing-masing penulis kitab-kitab Injil, dapat ditarik satu kesimpulan bahwa kitab-kitab Injil mempunyai implikasi, yaitu:

a.Kitab-kitab Injil bukanlah kitab-kitab yang ditulis oleh Tuhan Yesus sendiri, tetapi oleh murid dan

pengikut-Nya.

b.Kitab-kitab Injil bukanlah kitab-kitab yang berisikan "biografi" lengkap Tuhan Yesus, tetapi kisah selektif tentang kehidupan dan pengajaran Yesus Kristus selama kira-kira 3 tahun saja.

c.Isi pemberitaan kitab-kitab Injil berhubungan erat dengan teologia sang penulis, yang secara khusus sangat berguna untuk Jemaat Gereja Mula-mula, karena memberikan penyataan-penyataan besar dan definitif tentang diri Tuhan Yesus dan hubungannya dengan Allah.

d. Isi kitab-kitab Injil itu sesuai dengan tujuan masing-masing penulisnya. Oleh karena itu sangat penting untuk mempelajari secara saksama latar belakang penulisnya untuk dapat mengerti isi Injil dengan tepat.

2.Injil-injil Sinoptik

Istilah "Sinoptik" berarti "melihat dari sudut pandang yang sama". Dalam hal ini Kitab-kitab Injil yang dimaksud adalah Injil Matius, Markus, dan Lukas. Sedangkan yang disebut sebagai "masalah sinoptik" adalah masalah yang muncul sehubungan dengan sumber apa yang dipakai oleh ketiga Injil; apakah sumber yang dipakai sama? Kalau betul sama, mengapa mereka membuat 3 kesaksian yang berbeda? Jawaban terhadap "masalah sinoptik" ini adalah:

Injil Matius ditulis lebih dahulu.

Agustinus, pada abad ke 4, berpendapat bahwa Matius menulis lebih dahulu, lalu Markus membuat ringkasannya danLukas menulis berdasarkan Matius dan Markus. Masalah yang timbul dengan pendapat ini:

a. Markus tidak menuliskan inti pemberitaan dengan proporsional yang baik.

b. Bahasa yang dipakai Markus memiliki kualitas lebih rendah dari pada Matius dan Lukas.

1.Injil Markus ditulis lebih dahulu.

Lebih banyak ahli kritik sastra Alkitab yang menerima pendapat bahwa Markus telah ditulis terlebih dahulu dan menjadi sumber bagi Matius dan Lukas. Hal ini terlihat dari:

Pemakaian kata-kata

Setengah kosakata yang dipakai Markus terdapat dalam Matius dan Lukas; tetapi ada bagian yang sama yang hanya ada di Matius dan Lukas.

Urutan

Matius, Markus dan Lukas memakai urutan peristiwa dan garis besar yang sama dalam penyusunan tulisannya.

Isi

606 ayat dari 661 ayat dalam Markus ada di Matius (1060); dan 350 ayat dari Markus ada di Lukas (1150).Kalau Matius dan Lukas dibandingkan maka ada 250 ayat yang sama, tapi tidak ada dalam Markus.

Gaya bahasa

Markus memakai bhs. Yunani yang lebih rendah kualitasnya daripada Matius dan Lukas. Juga Markus memakai beberapa bhs. Aram ditulisannya.

Teori Lain

Beberapa Ahli kritik sastra Alkitab menawarkan teori lain yaitu dengan membedakan sumber-sumber Injil Sinoptik menjadi 4 sumber, yaitu:

Markus

Tulisan Markus ditulis di Roma (+60 M)..

Q (Quelle - sumber)

Tulisan Q ditulis di Antiokia (+50 M), yang berisi kumpulan ajaran Yesus; sumber yang tidak digunakan oleh Markus, tapi digunakan oleh Matius dan Lukas.

M Tulisan M ditulis di Yerusalem (+65 M), berisi ajaran yang hanya digunakan oleh Matius tetapi tidak oleh Markus maupun Lukas.

L Tulisan L ditulis di Kaisarea (+60), berisi ajaran yang hanya digunakan oleh Lukas dan tidak oleh Markus maupun Matius. Jadi hasilnya disimpulkan oleh Drs. B.E. Drewes, M.Th. sbb.:

Matius = memakai bahan Markus + Q + M (dan bahan dari penginjil sendiri)

Matius, yang terdiri dari 1060 ayat, memakai bahan sebagai berikut:

kurang dari separo (47%) berasal dari Markus,

kurang dari seperempat (23%) berasal dari Q.

dan sisanya (30%) dari M (dan penginjil).

Lukas = bahan Markus + Q + L (dan bahan dari penginjil sendiri)

Lukas, terdiri dari 1150 ayat, memakai bahan sebagai berikut:

kurang dari sepertiga (28%) berasal dari Markus,

kurang dari seperempat (21%) berasal dari Q,

dan separo dari Injil itu (51%) berasal dari L (dan penginjil)."

M Markus Q L

MATIUS LUKAS

PERBANDINGAN PELAYANAN TUHAN YESUS DALAM EMPAT INJIL

Peristiwa Matius Markus Lukas Yohanes

Inkarnasi 1:1-5

Kelahiran dan masa kecil-Nya 1,2 1,2

Yohanes Pembaptis 3:1-12 1:1-8 3:1-20 1:6-34

Pembaptisan Yesus 3:13-17 1:9-11 3:21-22

Pencobaan-Nya 4:1-11 1:12-13 4:1-13

Mukjizat-Nya yang pertama 2:1-11

Pelayanan-Nya yang di Yudea 2:13-4:3

Kunjungan-Nya ke Samaria 4:4-42

Pelayanan-Nya di Galilea

4:12-18:35 1:14-9:50 4:14-9:50 4:43-54 6:1-7

Kunjungan-Nya ke Yerusalem 5:1-47

PelayananNya di Perea & Yudea 19-20 10 9:51-19:27 7:1-11:57

Peristiwa minggu terakhir 21-27 11-15 19:28-23:56 12-19

Sesudah kebangkitan 28 16 24 20-21

II. KEHIDUPAN TUHAN YESUS KRISTUS

Dari keterangan yang didapatkan dalam kitab-kitab Injil, dan juga tulisan sejarahwan Yahudi, F. Yosefus, dan cerita-cerita tradisi yang beredar pada jaman itu, maka kehidupan Tuhan Yesus bisa diringkaskan sbb.:

PENDAHULUAN

Silsilah Tuhan Yesus

Injil Matius (1:1-17) memberikan urutan kronologis silsilah Tuhan Yesus, dengan jelas terlihat bahwa secara biologis Tuhan Yesus adalah keturunan raja Daud, tepat seperti apa yang dinubuatkan dalam Yes. 11:1; Yer. 23:5.

1. Tahun Kelahiran Tuhan Yesus

Tahun kelahiran Tuhan Yesus dapat diketahui dengan berbagai cara, yaitu baik dari data-data ekternal atau juga dengan melihat data dari Alkitab sendiri:

Data Matius 2:1

2.Karena Herodes Agung mati pada tahun 4 SM, maka dapat dipastikan bahwa Yesus lahir sebelum 4SM.

Data Lukas 2:1-2

Data di luar Alkitab (Yosefus) membenarkan bahwa memang pernah ada sensus yang diselenggarakan pada permulaan tarikh Masehi. Dan ada seorang yang bernama Kirenius yang dikirim ke Siria dan Yudea untuk tugas itu. Tetapi kalau itu benar, maka tahun kelahiran Yesus adalah sekitar tahun 6 - 7 M.

Data Lukas 3:1

Tiberius menjadi penguasa kekaisaran Roma pada tahun 14 M, tahun ke-15 adalah tahun 28 M. Tetapi menurut data diketahui bahwa Tiberius sudah memegang kekuasaan tiga tahun sebelumnya. Sehingga bisa disimpulkan pada tahun 25-26 M, Tuhan Yesus berumur 30 tahun. Jadi kelahirannya antara 5-4 SM, yaitu sebelum Herodes meninggal.

Masa Muda Tuhan Yesus

Tidak banyak data yang bisa dikumpulkan tentang masa kanak-kanak Yesus. Tapi dari Injil Lukas dan latar belakang tradisi Yahudi, dapat disimpulkan bahwa:

Keluarga Yesus mengikuti tradisi Yahudi, Yesus disunat pada hari yang ke delapan (Luk. 2:21). Untuk itu Ia dibawa ke Bait Suci untuk mengesahkan sunat-Nya. Ia juga "ditebus" dengan membayar persembahan sebanyak 5 syikal (sepasang burung tekukur dan 2 anak burung merpati). Dan untuk pentahiran-Nya, Maria memberikan kurban untuk orang miskin (Luk. 2:24). Karena ancaman kekejaman raja Herodes Agung yang ketakutan karena berita yang di bawa orang Majus,

bahwa telah lahir "Raja orang Yahudi", maka oleh mimpi, Yusuf dituntun untuk membawa keluarganya meninggalkan Betlehem dan mengungsi ke Mesir (Mat. 2:14). Setelah Herodes mati, barulah mereka kembali. Tetapi karena anak raja Herodes (Arkhelaus) masih memerintah di Yudea, dan karena tuntunan mimpi, maka akhirnya mereka menetap di Nazaret (Mat. 2:19-23).

Yusuf adalah seorang tukang kayu. Profesi pekerjaan masyarakat biasa yang dapat ditemui di kota kecil Nazaret. Jadi dapat dipastikan Yesus juga mempunyai ketrampilan seperti ayah-Nya. Tapi yang jelas kita ketahui bahwa keluarga Yusuf tidaklah tergolong kaya, malah dapat dikatakan miskin.

Walaupun Yesus tidak berasal dari keluarga kaya, tapi terlihat bahwa Yesus mempunyai pendidikan yang cukup baik. Bahkan ia dapat membaca bahasa Ibrani (Luk. 4:16-20). Karena dibesarkan di daerah Galilea, dimana banyak tinggal orang-orang bukan Yahudi, Yesus kemungkinan besar dapat berbicara 3 bahasa (Aram, Yunani, Ibrani). Satu-satunya data tentang masa muda Yesus adalah ditemukan dalam Lukas 2:40-52, yaitu pada waktu Yesus berusia 12 tahun, ketika Ia mengunjungi Bait Allah. Pengetahuan-Nya tentang PL sangat mencengangkan para ahli Taurat.

Tuhan Yesus Dibaptis

Pada umur 30 tahun Tuhan Yesus datang kepada Yohanes untuk dibaptis. Yohanes pertama menolak, karena baptisan Yohanes adalah baptisan untuk pertobatan dosa. Namun Yesus mau merendahkan diri untuk sama seperti manusia berdosa (meskipun Ia tidak berdosa) dan mau memikul dosa umat manusia, karena itulah yang dikehendaki Allah Bapa (Mat. 3:15). Kalau dibandingkan dengan Mark. 11:38, maka baptisan Yesus ini juga merupakan permulaan jalan salib yang akan dilalui-Nya.

Kata-kata yang diserukan oleh Bapa pada waktu pembaptisan (Mrk. 1:11) merupakan pendobrakkan terhadap konsep eskatologi Yudaisme tentang Mesias. Setelah peristiwa baptisan yang sangat menguatkan ini, Yesus dibawa oleh Roh untuk dicobai oleh iblis.

PELAYANAN TUHAN YESUS

Pelayanan di Yudea

Pelayanan awal Tuhan Yesus dilakukan pertama di daerah Yudea. Hanya Injil Yohanes saja yang memberikan kesaksian tentang pelayanan Tuhan yang pertama-tama, khususnya tentang hubungan-Nya dengan Yohanes Pembaptis. Di Betani Tuhan Yesus memilih 5 murid-murid-Nya yang pertama. Lalu Yesus ke Kana (daerah Galilea) dan membuat mukjizat-Nya yang pertama. Lalu ke Kapernaum dan Yerusalem untuk perayaan Paskah. Di sini Yesus mulai menunjukkan kewibawaan-Nya dengan membersihkan Bait Suci. Untuk beberapa saat Yesus melayani di Yerusalem. Percakapan dengan Nikodemus juga terjadi pada saat itu. Pemenjaraan Yohanes Pembaptis, mendorong Yesus pergi ke daerah Galilea. Dalam perjalanan ke sana Yesus sempat berbicara kepada perempuan di Samaria.

1.Pelayanan di Galilea

Kapernaum sering disebut sebagai markas pelayanan-Nya. Selain mengajar di sinagoge-sinagoge pada hari Sabat, Tuhan Yesus sering dijumpai membuat mukjizat dan menyembuhkan orang sakit, sehingga membuat-Nya sangat populer, khususnya dikalangan rakyat jelata. Namun demikian, sikap permusuhan orang Farisi dan ahli Taurat juga semakin kelihatan jelas. Pemilihan ke 12 murid memulai babak baru pelayanan misi Yesus. Pelayanan Yesus menjadi semakin luas dan banyak orang mengikut Yesus, baik untuk motivasi yang benar maupun salah, karena mereka melihat kuasa yang luar biasa melalui mukjizat-mukjizat yang dilakukan Yesus dan juga pengajaran-Nya. Pada akhir pelayanan-Nya di Galilea Yesus mulai banyak mengkonsentrasikan diri kepada 12 murid-murid-Nya. Dan karena semakin keras para ahli Taurat dan Farisi melawan pelayanan Yesus (termasuk usaha untuk menangkap Dia), maka mulailah Yesus mengundurkan diri dari penampilan secara umum. Mereka tidak berhasil mencelakai Yesus karena waktu-Nya belum sampai.

Pelayanan di Daerah Perea

70 orang diutus oleh Yesus untuk pergi ke seluruh kota Israel memberitakan tentang "Kerajaan Allah". Yesus masih tetap mengajar dan membuat banyak mukjizat meskipun banyak tantangan. Yesus semakin melihat bahwa waktu kesengsaraan akan segera datang sehingga Ia banyak berbicara tentang kesengsaraan dan kematian-Nya kepada murid-murid- Nya.

Minggu terakhir dan Kematian Yesus

Persiapan kematian-Nya didahului dengan peristiwa-peristiwa berikut ini: pengurapan dengan minyak Narwastu oleh Maria, Yesus ke Yerusalem dan disambut dengan sorakan "Hosana", perjamuan malam dan mencuci kaki murid-murid-Nya. Sebelum peristiwa perjamuan makan malam terakhir, (pada hari Paskah) Yudas telah terlebih dahulu menghianati Yesus dengan menjual-Nya kepada pihak Sanhedrin seharga 30 keping perak (harga seorang budak pada jaman itu). Pada saat Yesus ada di taman Getsemani, berdoa, para prajurit menangkap Yesus dengan bantuan Yudas. Proses pengadilan Yesus dilaksanakan dengan sangat tidak adil, karena walaupun tidak ditemukan satu kesalahan pun

Yesus tetap dijatuhi hukuman mati. Yesus disalib pada pukul 9 pagi, hari Jumat. Menjelang petang Yesus mati. Tubuh-Nya diambil dan dikuburkan oleh Yusuf Arimatea dan Nikodemus.

Kebangkitan Yesus

Pada hari yang "ketiga" (Minggu), Yesus bangkit dari kematian. Para wanita yang akan memberi rempah-rempah menemukan kubur kosong. Setelah kebangkitan-Nya, Yesus masih melayani murid-murid-Nya, yaitu dengan menguatkan dan menghibur mereka serta memberikan perintah-Nya yang terakhir, yang dikenal sebagai Amanat Agung Yesus Kristus.

GELAR-GELAR TUHAN YESUS

Anak Manusia

Gelar yang hanya diberikan kepada Tuhan Yesus. Gelar yang memberikan konsep baru yang tidak sama dengan konsep Mesias Yudaisme. Mat. 9:6; 10:23; 11:19

1.Mesias

Gelar yang mempunyai makna yang sama dengan Kristus, yang dalam bahasa Ibraninya berarti "Yang diurapi" Kis. 4:27; 10:38; Mrk. 9:41:14:61-62

2. Anak Allah

Gelar yang menunjukkan keAllahan-Nya, sebagai Oknum kedua dari Allah Tritunggal. Mat. 4:3, 6; 16:16; Luk. 22:70; Yoh. 1:49

3. Tuhan

Gelar yang diasa dipakai untuk menunjukkan pemilikan ("Tuan"), tetapi kadang juga dipakai untuk menunjukkan keAllahan. Mrk. 12:36- 37; Luk. 2:11; Mat. 7:22

JABATAN-JABATAN TUHAN YESUS

Sebagai Nabi

PL memberikan nubuatan, bahwa Allah akan memberikan Nabi besar yang akan membawa Firman Allah secara utuhkepada umat-Nya (Ul. 18:15), Yesuslah Nabi yang dinubuatkan itu (Kis. 3:22).

1.Sebagai Imam

Imam adalah seorang yang dipilih Allah untuk mewakili manusia bertemu dengan Allah, khususnya untuk mempersembahkan korban sebagai "pendamaian". Yesus sendirilah yang telah menjadi Kurban Pendamaian antara manusia dengan Allah (Ibr. 7:25; 9:24).

2.Sebagai Raja

Yesus telah memerintah dan berkuasa atas segala sesuatu atas nama jemaat-Nya karena Ia adalah "kepala" jemaat (Ef.3.1:22), Ia juga telah menang melawan kuasa si Jahat (1Kor. 15:24-28) sehingga Ia berkuasa atasnya selama-lamanya. Tidak mungkin kita dapat melihat seluruh kehidupan, pelayanan dan pengajaran Tuhan Yesus secara lengkap dalam salah satu Injil saja. Hal ini jelas terlihat dari pengakuan dari penulis Injil sendiri bahwa ada banyak hal yang belum/tidak mereka catat dalam Injil mereka (Yoh. 20:30). Namun demikian pengajaran penting yang Yesus ajarkan selama di dunia telah secara lengkap dicatat oleh keempat Injil. Oleh karena itu untuk melihat secara lengkap sangat

penting jika kita melihat keempat Injil secara bersamaan

PERTANYAAN

Nama Mata Kuliah : PENGANTAR PERJANJIAN BARU

Nama Pelajaran : Kitab-kitab Injil dan Kehidupan Tuhan Yesus

INSTRUKSI

Harap setiap peserta mengikuti petunjuk mengerjakan tugas sbb.:

1. Bacalah Bahan Pelajaran dan semua Referensi Pelajaran 04 dengan teliti.

2. Bacalah Pertanyaan (A) dan (B) di bawah ini, lalu jawablah dengan jelas dan tepat.

Apabila Anda mendapatkan kesulitan sehubungan dengan isi Bahan Pelajaran, silakan menghubungi Pembimbing di:ptr.pasca@gmail.com

PERTANYAAN (A):

1. Kata "Injil" dalam bahasa Yunani adalah .......... artinya "Kabar Baik".

2.Kitab Injil bukanlah kita yang berisi kisah ............ lengkap Tuhan Yesus, tetapi kisah selektif tentang kehidupan danpelayanan-Nya selama di dunia.

3. Istilah "Sinoptik" berarti..................

4. Yang dimaksud dengan kitab-kitab Injil Sinoptik adalah kitab ............, ............. dan ............

5. Satu-satunya data Alkitab yang mencatat tentang masa muda Tuhan Yesus adalah di ..............

6. Pada awalnya Yohanes Pembaptis menolak untuk membaptis Tuhan Yesus karena baptisan Yohanes adalah untuk ..............

7. Yesus kemungkinan besar dapat berbicara 3 bahasa ......, ........, dan bahasa..............

8. Pelayanan awal Tuhan Yesus dilakukan di daerah ...........

9. "Kristus" adalah salah satu gelar yang diberikan kepada Yesus, yang artinya ............

10. Alkitab memberikan 3 jabatan kepada Tuhan Yesus, yaitu ........, ........... dan ..............

PERTANYAAN (B):

1. Apakah yang dimaksud dengan "masalah Sinoptik"?

2. Sebutkan secara garis besar hasil yang dicapai Yesus selama tiga tahun pelayanan-Nya.

Nama Mata Kuliah: SURVEI PERJANJIAN BARU

Nama Pelajaran : Kitab-kitab Injil dan Kehidupan Tuhan Yesus

Referensi diambil dari:

Judul Buku : Memahami Perjanjian Baru

Pengarang : John Drane

Penerbit : BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1996

Halaman : 53 - 65

KITAB-KITAB INJIL DAN KEHIDUPAN TUHAN

YESUS

KELAHIRAN YESUS DAN PERMULAAN PELAYANANNYA

Kisah tentang kelahiran Yesus memperlihatkan bahwa bukan ahli-ahli agama, melainkan rakyat biasalah yang pertama-tama mengenali penyelamat yang dijanjikan Allah ketika Ia datang. Lukas 1 menceritakan tentang seorang imam yang tidak begitu dikenal, Zakharia, dan istrinya Elizabet, yang sedang menunggu saat Allah membebaskan umat-Nya (Luk. 1:5-28). Karena sikap menanti itu, mereka mendapat anugerah berupa pemberitahuan tentang kelahiran anak lelaki mereka sendiri, yang dikenal sebagai Yohanes Pembaptis (Luk. 1:57-80). Maria, ibu Yesus, adalah anggota keluarga besar yang sama. Dari Magnificat, kidung pujian Maria dalam bentuk syair yang menggetarkan (Luk. 1:46 - 55), kita dapat melihat betapa rindunya orang-orang ini menunggu agar Allah bertindak dalam hidup mereka. Maria dan sahabat-sahabatnya benar-benar gembira karena Allah akan bertindak dengan cara

yang baru. Tema-tema yang sama ditekankan dalam semua cerita tentang peristiwa Natal yang pertama itu - cerita-cerita yang sudah kita kenal semuanya. Orang-orang pertama yang mendengar kabar baik tentang penggenapan janji-janji Allah dengan lahirnya Yesus adalah beberapa gembala di perbukitan Yudea (Luk. 2:8-20), kemudian Simeon dan Hana di Bait Allah (Luk. 2:25-38). Tidak satu pun dari orang-orang itu merupakan orang penting dalam masyarakat pada umumnya. Cerita-cerita dalam pasal-pasal pertama Injil Lukas menekankan bahwa pejabat resmi - apakah dalam bidang politik atau agama - tidak mengenali Yesus. Hal ini terus terulang sepanjang kisah kehidupan Yesus. Jelaslah untuk dapat benar- benar mengerti karya-karya Allah dalam Kristus orang-orang terpenting penting pun harus menjadi seperti anak-anak kecil (Luk. 18:17).

1. Kapankah Yesus lahir?

Tidak mudah untuk menentukan dengan tepat kapan Yesus dilahirkan. Menurut perkiraan yang umum, Yesus lahir antara tahun 1 sM dan tahun 1 M. Tetapi hal ini ternyata tidak benar, karena kesalahan yang dibuat pada abad ke-6 M di dalam menghitung permulaan tarikh Masehi. Ada empat bukti yang perlu dipertimbangkan. Pertama, menurut Matius, "Yesus dilahirkan di kota Betlehem di negeri Yudea pada masa pemerintahan Raja Herodes" (Mat. 2:1, BIS) - yakni sebelum kematian Herodes Agung pada tahun 4 sM. Kedua, Lukas lebih berminat untuk menempatkan kisahnya dalam konteks yang lebih luas dari kekaisaran Roma; menurut laporannya, Yesus dilahirkan ketika sensus pertama dijalankan pada waktu Kirenius gubernur Siria (Luk. 2:2). Yosefus menceritakan bahwa seseorang yang bernama Kirenius memang dikirim ke Siria dan Yudea guna menyelenggarakan suatu sensus pada permulaan tarikh Masehi (Antiquities 18.1). Tetapi sensus ini merupakan bagian operasi pembersihan setelah Arkhelaus, anak lelaki Herodes Agung, dicopot dari jabatannya. Hal itu semestinya terjadi pada tahun 6 atau 7 M, dan tidak mungkin terjadi sebelum kematian Herodes Agung pada tahun 4 sM. Oleh karena itu, beberapa ahli menduga bahwa orang yang disebut "Kirenius" oleh Lukas sebenarnya Saturninus, perwira tinggi Romawi di Siria, yang mengadakan sensus pada tahun 6 sM. Tetapi kita tidak mempunyai bahan untuk menunjukkan bagaimana

Lukas tidak dapat membedakan kedua orang itu. Pada bagian lain Injilnya dan Kisah Para Rasul, ia sangat cermat serta sangat teliti dalam pemakaian nama- nama dan gelar-gelar pejabat Roma. Bagaimanapun juga, kita tidak mempunyai bukti nyata, bahwa Saturninus memang mengadakan sensus. Ketiga, Lukas juga membuat pernyataan-pernyataan yang lain tentang waktu terjadinya peristiwa-peristiwa penting dalam kehidupan Yesus. Ia, umpamanya, mengatakan bahwa Yesus berumur tiga puluh tahun ketika Ia dibaptis, yakni "Dalam tahun kelima belas dari pemerintahan Kaisar Tiberius" (Luk. 3:1). Tiberius menjadi penguasa kekaisaran Roma pada tahun 14 M,

sehingga tahun kelima belas adalah tahun 28 M. Tetapi sebenarnya Tiberius telah turut memerintah dengan pendahulunya, Agustus, sejak tahun 11 M. Jadi, walaupun ia baru menjadi kaisar setelah Agustus meninggal pada tahun 14 M, ia telah memegang kekuasaan tiga tahun sebelumnya. Mungkin sekali Lukas menghitung tahun kelima belas pemerintahan Tiberius sejak tahun 11 M, sehingga Yesus berumur tiga puluh tahun pada tahun 25-26 M. Dengan demikian, Ia lahir pada tahun 5 atau 4 sM, jadi sebelum Herodes Agung meninggal. Keempat, beberapa ahli berusaha lebih spesifik lagi dengan menghitung terjadinya suatu konjungsi planet-planet sekitar tahun 6 sM dan menganggap peristiwa astronomi ini dapat menerangkan bintang terang yang disebut dalam Injil Matius. Tetapi argumen

seperti ini jelas merupakan spekulasi. Dari hal di atas kita dapat lihat bahwa ada dua bukti yang menunjuk bahwa Yesus lahir sekitar tahun 4 sM, sedangkan informasi lain yang diberikan oleh Lukas tentang sensus pada masa Kirenius kelihatannya tidak cocok dengan cara penentuan waktu ini. Ada

tiga kemungkinan untuk menjelaskan persoalan ini. Pertama, keterangan Lukas disalah-artikan. Sejumlah ahli mengutarakan bahwa masalah yang kami kemukakan pada hakekatnya tidak ada. Menurut mereka, dari segi tata bahasa, Lukas 2:2 dapat diterjemahkan, "Sensus ini dijalankan sebelum sensus yang diadakan ketika Kirenius menjadi gubernur negeri Siria," berbeda dengan terjemahan yang lazim. "Sensus yang pertama ini dijalankan waktu Kirenius menjadi gubernur negeri Siria" (BIS; bnd. TB). Pengertian seperti ini memang mungkin, walaupun bukanlah makna utama pernyataan itu. Lagi pula, untuk itu harus ada perubahan terhadap teks, walaupun secara tersirat. Beberapa ahli Perjanjian Baru yang terkemuka mendukung penjelasan demikian, tetapi penjelasan tersebut tidak diterima secara luas. Kedua, Lukas keliru. Kebanyakan ahli malahan cenderung menganggap informasi yang diberikan dalam Lukas 2:2 sebagai kekeliruan. Ini merupakan cara yang mudah memecahkan masalah, tetapi tetap mengandung kesulitan-kesulitan. Seperti yang dikemukakan di atas, di bagian- bagian lain Injilnya dan dalam Kisah Para Rasul, bila Lukas membicarakan orang-orang dan peristiwa-peristiwa dalam kekaisaran Roma, ia memperlihatkan dirinya sebagai seorang ahli sejarah yang benar-benar dapat diandalkan. Oleh karena itu kelihatannya tidak mungkin ia memberi keterangan yang begitu spesifik di sini kalau ia tidak mempunyai alasan yang kuat untuk itu. Lagi pula, pernyataannya tentang waktu Yesus dibaptis oleh Yohanes cocok dengan asumsi bahwa Yesus lahir pada masa pemerintahan Herodes Agung, kira-kira sepuluh tahun sebelum pemerintahan Kirenius yang disebut oleh Yosefus. Hampir tidak mungkin, seorang sejarawan yang cerdas akan membuat dua pernyataan yang saling bertentangan pada konteks yang berdekatan dalam kisahnya. Kalau kita menganggap Lukas memakai sumber-sumbernya dengan cermat dan menulis secara saksama serta mengerti apa yang ditulisnya, maka sulit mengatakan bahwa ia memberi keterangan yang keliru mengenai sensus di bawah Kirenius. Ketiga, Lukas tidak memberikan cerita yang lengkap. Suatu penjelasan yang lebih baik dapat ditemukan bila kita mengingat bagaimana sebenarnya kehidupan berlangsung di kekaisaran Roma. Memerintah Yudea dari Roma pada tahun 7 M tidaklah sama keadaannya bila dilakukan pada hari ini. Sekarang ini kita mempunyai komunikasi langsung ke seluruh penjuru dunia. Perserikatan Bangsa-bangsa di New York dapat mengambil suatu keputusan yang mempengaruhi sebuah negara di belahan dunia yang lain dan keputusannya itu dapat, disampaikan kepada negara itu dalam waktu beberapa menit saja. Tetapi di Roma purba keadaannya

berbeda. Walaupun dalam kondisi yang ideal, sebuah dekrit yang ditandatangani kaisar di Roma dapat memakan waktu

berbulan-bulan lamanya untuk mencapai provinsi yang jauh seperti Yudea - dan selalu ada kemungkinan bahwa pembawa pesan mengalami musibah di laut bila kapalnya karam, sehingga perintah kaisar tertunda lebih lama atau malahan hilang sama sekali. Pada zaman setelah Yesus, umpamanya, kaisar Kaligula mengirim perintah agar patungnya sendiri ditempatkan di Bait Allah di

Yerusalem. Gubernur setempat lebih bijaksana dari kaisar dan menyadari bahwa hal itu akan ditentang keras oleh orang-orang Yahudi. Sebab itu ia menulis dan minta kepada kaisar untuk meninjaunya kembali. Tetapi Kaligula mendesak agar rencana itu dilaksanakan, dan menulis kepada gubernur untuk mengerjakannya. Kapal yang membawa perintah tersebut memerlukan waktu tiga bulan berlayar dari Roma ke Yudea. Sementara itu Kaligula dibunuh, dan sebuah kapal yang berangkat belakangan dari Roma membawa berita kematiannya dan tiba di Yudea 27 hari lebih dahulu dari kapal pertama sehingga perintahnya tidak dilaksanakan. Dalam menentukan waktu pelaksanaan sensus yang dilakukan oleh Kirenius dengan tepat, kita harus mengingat kesulitan-kesulitan komunikasi dan pemerintahan pada waktu itu. Lagi pula, sudah diketahui secara umum bahwa sensus-sensus Roma (yang diadakan untuk maksud perpajakan) sering ditentang di banyak wilayah kerajaan. Salah satu sensus seperti itu, umpamanya, yang diadakan di Gaul sangat ditentang rakyat sehingga diperlukan 40 tahun guna menyelesaikannya! Selain itu, ada lagi persoalan-persoalan

komunikasi. Sehingga, boleh jadi sensus yang diselesaikan oleh Kirenius pada tahun 6 atau 7 M telah didasarkan pada informasi yang dikumpulkan jauh sebelumnya. Kaisar Agustus sangat gemar mengumpulkan angka-angka statistik; karena itu mungkin sekali ia meminta Herodes Agung untuk

menjalankan suatu sensus. Kirenius dikirim pada tahun 6 M untuk membereskan pekerjaan yang belum diselesaikan oleh Arkhelaus, dan mungkin sekali ia memakai informasi yang dikumpulkan sebelumnya dan tidak memulai pekerjaan yang rumit itu dari awal sekali. Kalau ini benar, tidak ada alasan kuat untuk menganggap informasi Lukas tentang sensus tersebut bertentangan

dengan keterangan lainnya yang mendukung perkiraan bahwa Yesus lahir pada tahun 5 sM. Bagaimanapun juga, ia lebih menaruh minat untuk menceritakan kisah kelahiran Yesus daripada menjelaskan kerumitan dunia politik Yudea pada waktu itu.

2. Yesus beranjak dewasa.

Kita hanya tahu sedikit sekali tentang kehidupan Yesus sebagai anak- anak. Rumahnya yang terbuat dari tanah liat merupakan bangunan yang terdiri hanya dari satu ruangan, dengan atap datar. Mungkin Yesus ikut membantu Yusuf dalam pekerjaannya. Mereka membuat alat-alat pertanian, perabot rumah dan mungkin juga bekerja untuk bangunan- bangunan. Setiap desa kecil seperti Nazaret mempunyai tukang kayunya sendiri, yang mungkin sekali juga melakukan berbagai tugas lain di samping pekerjaannya sebagai ahli bangunan kayu. Gambar-gambar yang kadang- kadang kita lihat tentang Yesus sebagai remaja, yang sedang membuat kuk untuk sapi, tidaklah melukiskan semua yang dilakukan- Nya. Tentu Ia juga terampil di dalam pekerjaan memplester tembok maupun menyerut kayu. Walaupun rumah-Nya relatif sederhana, kelihatannya Yesus memperoleh pendidikan yang baik. Ia dianggap orang yang cocok untuk membaca Perjanjian Lama dalam bahasa Ibrani di sinagoge di Nazaret (Luk. 4:16- 20), padahal tidak semua orang seumur-Nya dapat membaca bahasa Ibrani, walaupun mereka mungkin dapat berbicara di dalam bahasa itu. Anak-anak lelaki Yahudi biasanya dididik di sinagoge setempat, dan Yesus tampaknya termasuk anak yang cerdas dalam kelas-Nya.

Nazaret merupakan kota yang menantang bagi seorang anak lelaki cerdas yang sedang beranjak dewasa. Memang benar Nazaret bukan kota penting. Ia tidak pernah disebut di bagian lain Alkitab, maupun dalam tulisan lain pada zaman itu. Tetapi mungkin sekali hal itu disebabkan karena orang-orang Yahudi yang sangat taat merasa bahwa rakyat Galilea - termasuk penduduk-penduduk

Nazaret - terlalu banyak berhubungan dengan orang-orang bukan Yahudi. Galilea sendiri sering disebut "Galilea, wilayah bangsa-bangsa lain" (Mat. 4:15), karena lebih banyak orang bukan Yahudi ketimbang orang Yahudi sendiri menetap di sana. Sebaliknya rakyat di provinsi Yudea di sebelah selatan telah terisolasi dari semua pihak lain kecuali dari masyarakat mereka sendiri, sehingga mereka menjadi tertutup dan mementingkan diri sendiri, dan juga merasa benar sendiri serta bersikap munafik. Tetapi Galilea sangat berbeda. Jalan-jalan raya yang membawa pedagang- pedagang dari timur dan pasukan Roma dari barat melintasi Galilea. Di Nazaret, Yesus bertemu dan bergaul dengan banyak orang bukan Yahudi. Tentu Ia memikirkan dan berbicara mengenai gagasan-gagasan Yunani dan Romawi, di samping warisan agama bangsa-Nya sendiri. Salah satu keuntungan istimewa bila dibesarkan di Galilea adalah bahwa Yesus dapat berbicara tiga bahasa. Seperti yang disebutkan di atas, Ia dapat berbicara dan membaca bahasa Ibrani, meskipun bahasa Ibrani bukan lagi bahasa yang biasa dipakai rakyat Yahudi. Sejak beberapa abad sebelum zaman Yesus, orang-orang Yahudi telah memakai bahasa lain yang mirip dengan bahasa Ibrani, yang disebut bahasa Aram. Bahasa itulah yang dipakai Yesus di rumah dan ketika bergaul dengan temanteman- Nya. Karena ada begitu banyak orang bukan Yahudi di Galilea, Ia mungkin sekali berbicara bahasa Yunani juga, yakni bahasa pengantar yang dipakai di seluruh kekaisaran Roma. Kecuali yang dapat kita simpulkan berdasarkan pengetahuan kita tentang corak masyarakat di mana Yesus dibesarkan, Perjanjian Baru hampir tidak menceritakan apa-apa tentang kehidupan-Nya sebelum Ia berumur tiga puluh tahun. Penulis-penulis Kristen pada abad ke-2 M merasa ada sesuatu yang tidak benar dan tidak wajar mengenai hal ini, sehingga mereka berusaha melengkapi apa yang dirasakan sebagai suatu kekurangan dalam Perjanjian Baru. Kita mempunyai sejumlah kisah tentang masa kanak-kanak Yesus, cerita-cerita dengan judul judul seperti Injil tentang Kelahiran Maria, Sejarah Yusuf si Tukang Kayu, atau Injil Tomas

tentang Masa Kanak-kanak Yesus. Tidak perlu menanggapi secara serius cerita-cerita tentang masa kanak-kanak Yesus yang kita temukan dalam "Injil-injil" tersebut. Semuanya hanyalah legenda yang sering berkembang tentang tokoh penting, bila orang-orang yang benar-benar mengenalnya sudah meninggal. Tetapi ada beberapa tulisan dari abad ke- 2 yang mungkin mengandung beberapa

ucapan Yesus yang asli, yakni tulisan-tulisan seperti Injil Tomas dan Injil Filipus. Hal ini akan ditinjau secara terinci dalam salah satu pasal berikut. Lukas hanya menggambarkan masa kanak-kanak Yesus dengan berkata, Ia "bertambah besar dan menjadi kuat" (Luk. 2:40) seperti anak-anak lain. Tetapi Lukas juga menambahkan bahwa Yesus "bertambah hikmat- Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia" (Luk. 2:52). Kemudian ia menceritakan hanya satu kisah saja untuk menggambarkan apa yang dimaksudkannya dengan kata-kata tersebut (Luk. 2:41-52).

Dalam kisah itu diceritakan bagaimana Yesus tertinggal di Yerusalem ketika Ia berumur dua belas tahun. Ia pergi ke sana dalam suatu ziarah agama bersama Maria dan Yusuf, untuk ikut serta dalam salah satu pesta besar agama Yahudi. Ketika orang tua-Nya akhirnya menemukan-Nya di Bait Allah, Ia bertanya kepada mereka, "Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?" (Luk. 2:49). Pada usia itu pun, Yesus bertumbuh tidak hanya secara fisik dan mental, tetapi juga secara spiritual. Ia mempunyai kesadaran yang luar biasa tentang kehadiran Allah dalam hidup-Nya. Allah adalah Bapa-Nya dan hubungan itu lebih penting bagi-Nya daripada apa pun juga.

Peristiwa berikutnya yang kita dengar tentang Yesus adalah waktu Ia sudah berumur kira-kira tiga puluh tahun. Saudara sepupu-Nya, Yohanes Pembaptis, telah memulai suatu gerakan agama dan mendapat banyak pengikut. Yohanes hidup secara sederhana di padang gurun Yudea. Pakaiannya terbuat dari bulu unta, dan dia hanya makan makanan yang dihasilkan padang gurun, yakni "belalang dan madu hutan" (Mrk. 1:6). Yohanes bukanlah satu-satunya nabi yang berkeliling pada waktu itu. Banyak orang berbicara mengenai kedatangan penyelamat yang dijanjikan Allah untuk membangun suatu masyarakat yang baru. Di padang gurun yang sama, agak ke arah selatan terdapat

persekutuan di Qumran berbicara mengenai hal-hal yang serupa. Pada kemudian hari banyak penghasut dan nabi mencari ketenaran bagi mereka sendiri di tempat yang sama.

Tetapi Yohanes berbeda karena ia tidak berusaha mencari ketenaran bagi dirinya sendiri. Di Palestina cukup banyak orang sinting, yang masing- masing menyatakan diri sebagai penyelamat yang dijanjikan Allah. Mereka merasa mendapat tugas untuk membasmi ketidakadilan sosial dan politik di masa itu dan mendapat kuasa untuk membangun umat yang baru. Tetapi Yohanes tidak membuat

pernyataan-pernyataan seperti itu. Ia hanya mengatakan bahwa ia adalah "utusan" atau "suara" (Mrk. 1:2-3) untuk membawa kabar baik bahwa umat baru segera akan dibentuk. Orang-orang Yahudi yang sedang menanti-nantikan umat baru dari Allah mengetahui dari Perjanjian Lama kedatangan seorang

utusan, yang sama seperti Nabi Elia dari Perjanjian Lama (Mal. 4:5). Para penulis kitab- kitab Injil dengan tegas menyatakan bahwa orang itu Yohanes Pembaptis. Cerita-cerita mereka mengenai cara hidupnya dan pemberitaannya mirip dengan kisah-kisah tentang Elia dalam Kitab Raja-raja di Perjanjian Lama (1Raj. 17 - 19). Perjanjian Baru dan penulis Yahudi, Yosefus (Antiquities 18.5.2), kedua-duanya menggambarkan pekerjaan Yohanes sebagai seruan kepada orang-orang Yahudi agar membenahi hidup mereka supaya mereka layak secara moral untuk bertemu dengan orang

yang akan membangun umat baru. Para nabi Perjanjian Lama, sering melihat bahwa walaupun orang Yahudi adalah umat Allah, mereka tidak dalam keadaan yang layak untuk bertemu dengan Allah mereka. Jika Allah hendak berkarya dalam kehidupan mereka, kedatangan-Nya harus dimulai dengan penghakiman - dan penghakiman-Nya akan sangat berat bagi mereka yang diberi hak-hak istimewa yang paling besar.

Pemberitaan Yohanes tepat sama seperti itu. Ia berseru kepada orang-orang Yahudi agar bersedia mengubah cara hidup mereka, supaya mereka layak bertemu dengan Allah. Orang-orang yang bersedia memenuhi panggilan tersebut memperlihatkan kesediaan mereka dengan cara "dibaptis". Kata Yunani yang darinya kita mendapat kata "baptis", berarti "mencelup". Kata itu sering dipakai,

umpamanya, sehubungan dengan pemberian warna pada kain sewaktu kain tersebut dicelupkan ke dalam bak. Arti "baptisan" dalam agama sama seperti itu, hanya dalam hal ini manusialah yang dicelupkan, dan mereka dicelupkan bukan dalam zat pewarna melainkan dalam air jernih. Yohanes agaknya memanfaatkan Sungai Yordan sebagai sumber air yang dekat. Kebanyakan orang Yahudi tahu apa baptisan itu. Mungkin hal itu dipakai sebagai cara untuk menandai masuknya orang-orang

bukan Yahudi ke dalam agama Yahudi. Baptisan memang dilakukan dengan maksud tersebut pada kemudian hari. Juga ada banyak bukti dari Naskah-naskah Laut Mati bahwa kaum Eseni memakai baptisan secara teratur sebagai cara untuk memelihara kemurnian moral dan agama mereka. Salah satu ciri yang menonjol dari puing-puing biara di Qumran adalah sistem saluran air dan tangki air

yang sangat rumit, yang menyediakan air yang cukup bagi umat di padang gurun agar mereka dapat menjalankan upacara-upacara baptisan mereka. Tentunya, upacara-upacara yang dilakukan seperti kaum Eseni tidak sama seperti baptisan orang bukan-Yahudi yang masuk agama Yahudi. Baptisan dan upacara pembasuhan diulangi terus menerus di Qumran. Tetapi baptisan orang-orang

yang masuk agama Yahudi merupakan peristiwa satu kali yang berlaku seterusnya. Sukar ditentukan apakah latar belakang baptisan Yohanes adalah pembasuhan berulang kali, sama seperti yang dilakukan kaum Eseni, atau baptisan satu kali bagi orang-orang bukan-Yahudi yang bertobat. Sifat radikal pemberitaan Yohanes, dan pertentangan yang dibangkitkannya lebih mudah dimengerti jika ia berseru kepada orang Yahudi agar ambil bagian dalam sesuatu yang dirancang bukan bagi umat pilihan Allah melainkan bagi orang kafir. Yohanes mengerti, jika orang Yahudi mau ambil bagian

dalam umat baru yang akan datang itu, mereka pun harus mulai baru sama sekali, seakan-akan seperti mereka (orang kafir bukan Yahudi) yang mengenal Allah untuk pertama kalinya.

Namun Yohanes tidak melihat seluruh implikasi umat baru itu. Ia seakan-akan berdiri di antara janji-janji Allah dalam Perjanjian Lama dan penggenapan janji-janji itu yang segera akan terlaksana. Ia melihat kedatangan Mesias dalam rangka penghakiman dan penghukuman. Ia melukiskan penyelamat yang dijanjikan Allah sebagai seseorang yang akan menebang pohon buah-buahan yang

tidak menghasilkan buah dan membakar sekam dari gandum (Luk. 3:7-17). Harus diakui, ia melihat dengan lebih jelas daripada bahwa Allah akan menghakimi umat-Nya sendiri - dan yang pertama-tama dihakimi-Nya ialah kaum Farisi. Dalam pada itu, ia tidak memahami sepenuhnya sifat sebenarnya umat yang akan dibangun Allah itu. Sebab, umat Allah yang baru

tidak berdasarkan kutukan dan penghakiman melainkan berdasarkan kasih, pengampunan dan perhatian pribadi bagi setiap orang. Ini merupakan hal yang paling sulit dimengerti oleh orang-orang Yahudi. Pada kemudian hari pun, pengikut-pengikut Yesus tidak mengerti sepenuhnya ketika Yesus mengatakan bahwa umat tersebut terbentuk melalui pelayanan dan penderitaan (Mrk. 8:13-33).

Karya-karya Allah belum jelas sifatnya, sampai kelak setelah kematian dan kebangkitan Yesus.

3. Yesus dibaptis.

Yesus datang kepada Yohanes dan minta dibaptis. Mula-mula Yohanes tidak mengizinkan Yesus ambil bagian dalam lambing pertobatan ini. Kalau Yesus memang mempunyai hubungan istimewa dengan Allah, seperti yang diyakini Yohanes, mengapa Ia perlu bertobat? Tetapi Yesus meyakinkan Yohanes bahwa Ia harus turut dibaptis. Yesus berkata, "dengan demikian kita melakukan

semua yang dikehendaki Allah" (Mat. 3:15, BIS).

Apa yang dimaksudkan Yesus dengan kata-kata tersebut? Secara sederhana dapat dikatakan, Yesus merasa harus mengidentifikasikan diri-Nya dengan orang berdosa yang mau bertobat, yang akan menjadi pengikut-Nya yang pertama. Tanpa maksud menjauhkan diri-Nya dari orang lain, hubungan khusus yang dimiliki-Nya dengan Allah merupakan alasan kuat bagi-Nya untuk melibatkan diri sepenuhnya dalam kehidupan orang biasa. Tetapi ada beberapa orang berpendapat bahwa Yesus menganggap baptisan- Nya sebagai langkah pertama pada jalan menuju salib, yang dilihat-Nya sebagai puncak dan tujuan seluruh hidup-Nya. Dan memang benar kemudian Ia menyebut kematian-Nya sebagai "baptisan", dan di dalamnya Ia benar- benar secara nyata melakukan kehendak Allah (Mrk. 10:38). Tentu dalam pengalaman-Nya sewaktu dibaptis, Yesus mulai mengerti untuk pertama kalinya hakikat hubungan istimewa-Nya dengan Allah. Menurut Markus, Yesus mendengar kata-kata, "Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan"

(Mrk. 1:11). Ini merupakan gabungan pernyataan yang terdapat dalam dua nats Perjanjian Lama. Di satu pihak ada gema Mazmur 2:7, "Anak-Ku engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini". Dalam konteks aslinya, pernyataan ini mengacu kepada raja-raja Yehuda di masa lampau. Pada zaman Yesus pernyataan itu dianggap secara umum sebagai nubuat tentang kedatangan Mesias. Pada pihak yang lain, ada juga acuan yang jelas terhadap sajak tentang hamba yang menderita dalam Kitab Yesaya, hambanya dilukiskan sebagai "orang pilihan-Ku; yang kepadanya Aku berkenan" (Yes. 42:1). Gagasan tentang hamba Tuhan ini tidak pernah dihubungkan dengan pengharapan akan seorang Mesias sebelum zaman Yesus. Sebab itu agaknya pada baptisan-Nya Yesus belajar tentang dua hal:

Ia diyakinkan kembali tentang hubungan-Nya yang istimewa dengan Allah, sebagai orang yang dipilih secara khusus untuk membentuk umat Allah yang baru; dan

1.Ia diperingatkan bahwa peranan penyelamat yang dijanjikan Allah berbeda sekali dengan apa yang diharapkan oleh kebanyakan orang.

2.Itu berarti menerima penderitaan dan pelayanan sebagai bagian yang penting dari hidup-Nya. Ini adalah hal yang sangat sulit, seperti yang akan segera dialami oleh Yesus. Tetapi Ia menghadapi masalah itu dengan kuasa Allah sendiri; Ia diingatkan akan penyertaan Allah ketika Roh Kudus secara simbolis turun ke atas-Nya dalam bentuk seekor merpati.

4. Yesus menentukan prioritas-Nya.

Kitab-kitab Injil mengisahkan bagaimana Yesus setelah pembaptisan-Nya ditantang untuk mengatur prioritas-Nya dengan benar sebagai penyelamat yang dijanjikan Allah, yakni Sang Mesias. Setiap cobaan yang Dia alami merupakan cobaan agar menghindari penderitaan dan pelayanan secara rendah hati yang merupakan kehendak Allah. Pertama, Yesus dicobai agar membentuk umat baru melalui tindakan di bidang ekonomi, dengan menjadikan roti dari batu (Luk. 4:1-4). Ada banyak orang lapar di dunia yang akan menyambut makanan dari sumber mana saja. Yesus sendiri waktu itu berpuasa

di padang gurun dan merasa lapar. Selain itu, Perjanjian Lama sering melukiskan umat baru sebagai zaman kemakmuran material yang melimpah, ketika orang lapar diberi makan dan kebutuhan setiap orang dipenuhi (Yes. 25:6- 8; 49:9-10; Yeh. 39:17-20). Jadi ada banyak alasan mengapa Yesus harus memperhatikan hal-hal seperti itu. Tetapi Ia tahu, ketenaran dan popularitas pelaku mujizat ekonomi berbeda dengan menderita dan melayani. Sabda Tuhan kepada umat Israel pada saat yang penting dalam sejarah mereka, menolong-Nya untuk mengatasi cobaan itu, "Manusia tidak hidup dari makanan saja" (Ul.8:3, BIS). Hal itu tidak berarti, Yesus kurang peka terhadap kebutuhan ekonomi di

kalangan rakyat. Sebaliknya Ia menyadari di satu pihak bahwa ini bukanlah kebutuhan mereka yang paling besar, dan di pihak lain, bukan maksud Allah agar hal itu menjadi penekanan utama pekerjaan-Nya. Dalam kenyataannya, Yesus pada kemudian hari memberi makan orang-orang lapar (Mrk. 6:30- 34). Tetapi Ia tahu, ini bukanlah tujuan utama hidup-Nya. Cobaan kedua ialah agar Ia terjun dari puncak Bait Allah ke pelataran di bawah yang penuh sesak, tanpa melukai diri-Nya sendiri

(Luk. 4:9-12). Adalah mudah untuk memperlihatkan diri sebagai Mesias dengan melakukan mujizat, karena hal ajaib dan luar biasa mempunyai daya tarik bagi bangsa yang sifatnya dikenal dengan baik oleh Yesus. Paulus, yang mengenal agama Yahudi lebih baik dari kebanyakan orang lain, mengatakan bahwa sifat orang Yahudi ialah "menghendaki tanda" (1Kor. 1:22). Malah pada abad kita yang maju dan serba ilmiah pun, banyak orang tertarik dengan hal-hal yang luar biasa dan spektakuler, dan siapa saja yang menyatakan bisa melakukan mujizat tidak sulit memperoleh pengikut-pengikut.

Di sini juga cobaan Yesus mengandung makna yang lebih dalam, sebab ada nubuat dalam Perjanjian Lama mengenai Mesias yang akan muncul secara tiba-tiba di Bait Allah (Mal. 3:1). Ada juga janji dalam Mazmur 91 yang mengatakan Allah akan melindungi mereka yang mempercayainya. Apakah ini bukan waktunya untuk mencobai Allah? Kalau Yesus benar- benar Mesias yang diutus

Allah, tentu Ia boleh mengharapkan bahwa Allah akan menepati janji-janji-Nya. Suatu pemikiran yang menarik. Tetapi jawaban terhadap hal itu datang dari zaman penting yang sama juga dalam pengalaman umat Israel, "Janganlah kamu mencobai Tuhan Allahmu" (Ul. 6:16). Konteks janji Allah dalam Mazmur 91 menegaskan bahwa itu hanya berlaku bagi orang- orang yang hidup dengan taat melayani kehendak Allah. Bagi Yesus, melakukan kehendak Allah berarti pelayanan dan penderitaan, dan bukan pemanfaatan janji-janji Allah secara semena-mena untuk kepentingan diri sendiri.

Jadi Yesus menolak godaan untuk dikenal sebagai penyelamat yang dijanjikan Allah melalui pertunjukan kuasa ajaib. Ia memang melakukan mujizat-mujizat. Tetapi seperti yang akan kita lihat nanti, Ia juga menjelaskan bahwa mujizat-mujizat itu merupakan tanda-tanda yang hidup dari pemberitaan-Nya itu; mujizat bukanlah berita itu sendiri.

Cobaan ketiga ialah agar Ia mau menjadi Mesias politis. Lukas menempatkannya sebagai cobaan kedua, tetapi Matius menempatkannya terakhir (Mat. 4:8-10). Lukas rupanya melakukan hal itu untuk menekankan pentingnya cobaan ini. Jelas, inilah cobaan yang terkuat. Sebab, orang Yahudi justru mengharapkan seorang Mesias seperti itu. Banyak di antara mereka juga percaya, mereka akan memerintah semua bangsa lain dalam zaman baru yang akan datang - dan Yesus digoda untuk menerima kewibawaan Iblis agar memperoleh kuasa atas dunia. Ide itu dijadikan lebih nyata melalui suatu penglihatan tentang kemegahan kerajaan-kerajaan dunia. Tetapi Yesus sekali lagi menyadari bahwa ini jauh berbeda dari jenis umat baru yang akan didirikan-Nya. Itu tidak berarti, Yesus tidak menghiraukan hasrat kuat bangsa-Nya untuk memperoleh kemerdekaan. Bagaimanapun juga, Ia

sendiri hidup di bawah kelaliman penguasa Romawi. Ia bekerja dengan tangan-Nya sendiri agar dapat mempunyai penghasilan yang cukup untuk membayar pajak kepada Roma. Ia tahu benar kemelaratan orang-orang sebangsa-Nya. Tetapi Ia menolak jabatan Mesias politis karena dua alasan. Pertama- tama, Ia menolak syarat-syarat yang diajukan Iblis kepada-Nya. Menurut cerita-cerita dalam Injil, Iblis menawarkan untuk membagi kekuasaannya dengan Yesus. Jika Yesus mengakui otoritas Iblis atas alam semesta cara keseluruhan, maka Ia akan diberikan kuasa politik secara terbatas sebagai gantinya.Hal itu tidak dapat diterima oleh Yesus. Komitmen-Nya sendiri, dan komitmen yang kemudian dituntut-Nya dari pengikut-pangikut-Nya, hanya ditujukan khusus kepada Allah sebagai Tuhan yang berdaulat. Mengakui kuasa Iblis di salah satu bidang kehidupan berarti menolak wibawa Allah. Di samping itu Yesus ditawarkan kemungkinan memerintah dengan "kuasa" dan "kemuliaan" suatu kerajaan yang sama seperti kekaisaran Roma. Tetapi, Ia tahu hal itu bukanlah tugas-Nya. Ia tahu, pemerintahan Allah dalam kehidupan manusia dan dalam masyarakat tidak pernah dapat dipaksakan dari luar. Inilah salah satu pelajaran yang dapat ditarik dari sejarah bangsanya. Mereka

memiliki semua peraturan dalam Perjanjian Lama, tetapi berulangkali mereka gagal melaksanakannya. Yesus melihat bahwa apa yang dibutuhkan manusia adalah penyerahan kehendak dan ketaatan mereka secara bebas kepada Allah. Dengan demikian mereka diberikan kebebasan moral untuk menciptakan kehidupan baru yang Allah kehendaki bagi mereka. Jadi cobaan ketiga ini pasti merupakan cobaan yang terkuat dan yang paling menggoda. Cobaan itu juga ditolak dengan tegas

sekali, "Enyahlah, Iblis!" (Mat. 4:10). Yesus tidak mau memaksakan suatu sistem kekuasaan baru di dunia untuk menggantikan sistem kekuasaan Romawi. Umat-Nya yang baru tidaklah merupakan pemerintahan yang lalim dan kejam seperti yang dibayangkan oleh banyak orang Yahudi, melainkan akan timbul dari tabiat batin yang sama sekali baru dari mereka yang menjadi anggota-anggota-Nya sewaktu mereka melayani dan beribadah hanya kepada Allah saja.

Nama Mata Kuliah : SURVEY PERJANJIAN BARU

Nama Pelajaran : Kitab-kitab Injil dan Kehidupan Tuhan Yesus

Referensi PPB-04b diambil dari:

Judul Buku : Memahami Perjanjian Baru

Pengarang : John Drane

Penerbit : BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1996

Halaman : 191 - 196

KITAB-KITAB INJIL DAN KEHIDUPAN TUHAN

YESUS

PENYUSUNAN INJIL-INJIL SINOPTIK

Injil Matius, Markus dan Lukas disebut "Injil-injil Sinoptik" sebab ada banyak persamaan di antaranya; cara para penulis menyusun logia menjadi kitab Injil merupakan inti "masalah sinoptik".

Kitab-kitab Injil ini pada hakikatnya merupakan tiga edisi yang berbeda dari bahan dasar yang sama. Banyak dari persamaannya dapat dijelaskan dengan dugaan para penulis mungkin telah memakai kumpulan-kumpulan ucapan yang sama dan sedang beredar di antara berbagai kelompok orang Kristen. Tetapi persamaan-persamaannya lebih rumit dari itu, sebab ada banyak tempat di mana

ketiga kitab Injil itu memakai bahasa, kosa kata dan susunan tata bahasa yang tepat sama, sehingga kebanyakan ahli yakin mereka memakai sumber-sumber tertulis yang sama pula. Ada dua teori utama yang menjelaskan persamaan-persamaan ini. Yang pertama menganggap Injil Matius ditulis lebih dahulu, sedangkan yang kedua menganggap Injil Markuslah sebagai kitab Injil yang pertama.

a. Injil Matius ditulis lebih dahulu?

Pada abad ke-4 M, Agustinus berpendapat bahwa Matius ditulis lebih dahulu, kemudian Markus membuat sebuah ringkasan daripadanya. Akhirnya Lukas menulis kitab Injilnya berdasarkan Matius dan Markus. Hingga awal abad ke-20, itulah pandangan yang dipegang secara luas. Tentu terdapat variasi-variasi dari pandangan tersebut. Salah satu di antaranya - "hipotesa Griesbach" (yang dikemukakan oleh seorang ahli Jerman bernama J. J. Griesbach, 1745 - 1812) - yang akhir-akhir ini telah menjadi pusat perhatian para ahli kontemporer. Griesbach setuju dengan Agustinus bahwa Matius merupakan kitab Injil pertama yang ditulis, tetapi ia beranggapan bahwa yang berikutnya adalah Lukas. Kemudian Markus memakai Matius dan Lukas sebagai dasar karyanya. Ada beberapa masalah dengan pandangan ini. Mengapakah seseorang mau meringkaskan Matius dan Lukas sehingga membuat sebuah kitab Injil seperti Markus? Dibandingkan dengan kedua kitab Injil yang lebih panjang, Injil Markus yang pendek itu tidak dapat dianggap komprehensif. Kelahiran Yesus dan masa kanak-kanak-Nya tidak disebut, hanya ada sedikit saja tentang ajaran-Nya yang paling distinktif, dan cerita tentang kebangkitan sangat singkat. Memang para penulis kitab Injil memilih bahan-bahan

mereka sesuai dengan perhatian dan kebutuhan pembaca mereka, jadi pada prinsipnya bisa saja Markus menghasilkan suatu bentuk ringkas dari Injil Matius dan Lukas. Tetapi melihat justru unsur-unsur yang sangat sentral tidak disinggung atau hanya sepintas lalu disinggung oleh Markus, hampir mustahil membayangkan suatu kelompok Kristen akan merasa puas dengan cerita Markus tentang Yesus jika mereka sudah memiliki Injil Matius dan Lukas. Orang-orang Kristen dulu cenderung mengutamakan Matius dan Lukas oleh karena alasan-alasan tersebut. Kalau Markus ditulis terakhir, dengan pengetahuan penuh tentang adanya dua kitab Injil lain, sulit sekali menjelaskan mengapa kitab Injil tersebut ditulis. Sebagian besar ragam bahasa yang dipakai Markus seakan-akan menunjuk pada suatu kesimpulan yang sama. Kalau Markus telah memakai cerita-cerita Matius dan Lukas dengan bahasa mereka yang halus, mengapakah ia begitu sering menulis dalam bahasa Yunani yang secara praktis tidak dapat dimengerti? Perumpamaan tentang biji sesawi merupakan contoh yang

baik di sini (Mrk. 4:30-32; Luk. 13:18-19; Mat. 13:31-32). Baik Matius maupun Lukas memakai ungkapan-ungkapan yang bagus, yang serupa satu sama lain. Tetapi sebaliknya Markus memakai kalimat bahasa Yunani yang ruwet tanpa kata kerja di dalamnya, yang tidak memberikan arti yang lengkap. Kalau ia menyalin dari Matius atau Lukas, maka kelihatannya ia benar-benar berusaha mengelak memakai kata-kata mereka - dan sulit sekali menemukan alasan yang baik untuk itu!

Hampir sama sulitnya untuk percaya bahwa Lukas telah membaca dan memakai Injil Matius. Kalau ia memang memakainya, maka ia menerapkan prosedur kesusasteraan yang agak aneh. Injil Matius mengandung salah satu karya agung terbesar dalam kitab-kitab Injil, yakni Khotbah di Bukit. Kalau Lukas memiliki Injil Matius sewaktu ia menulis, mengapakah ia memecah-mecahkannya dengan memakai sebagian di dalam tulisannya sendiri, Khotbah di Dataran, dan sisanya disebarkan dalam bagian-bagian kecil di seluruh kitab Injilnya?

b. Injil Markus ditulis lebih dahulu?

Ada banyak contoh lain tentang masalah yang sama di tempat-tempat lain dalam ketiga Injil Sinoptik. Itu sebabnya kebanyakan ahli modern lebih menyukai suatu penjelasan yang agak berbeda tentang hubungan kitab-kitab tersebut satu sama lain. Penjelasan yang lebih banyak diterima tentang persamaan antara Injil-injil Sinoptik adalah Matius dan Lukas memakai dua dokumen sumber sewaktu menyusun karangannya tentang kehidupan dan pengajaran Yesus. Inilah sumber-sumber yang kita kenal sekarang sebagai Injil Markus dan suatu dokumen hipotetis yang disebut "Q". Dapat dipastikan sedikitnya Lukas memakai berbagai sumber dalam menyusun Injilnya, sebab ia secara eksplisit mengatakan bahwa ia telah menyelidiki hasil pekerjaan orang-orang lain, serta memilih bagian-bagian dari tulisan mereka yang cocok dengan tujuan tulisannya sendiri. Melihat hubungan

sastra yang dekat dengan Markus dan Lukas, kelihatannya pasti bahwa penulis Injil Matius memakai metode yang sama dalam karyanya. Di dalam mencapai kesimpulan bahwa Matius dan Lukas memakai Injil Markus, para ahli Perjanjian Baru telah menganalisis teks ketiga Injil Sinoptik dengan memakai sedikitnya lima kriteria yang berbeda.

Pemakaian kata-kata

Suatu cara sederhana untuk menentukan hubungan sastra teks-teks yang berbeda adalah dengan membandingkan kata-kata yang dipakai dalam teks-teks tersebut. Lebih dari setengah kosakata yang dipakai Markus terdapat dalam Matius dan Lukas, dan keduanya mempunyai bagian-bagian yang sama tepat, yang tidak terdapat dalam Injil Markus. Jadi kelihatannya ada suatu sumber

yang diketahui oleh mereka semua, dan suatu sumber lainnya yang hanya dipakai oleh Matius dan Lukas.

Urutan

Jikalau urutan peristiwa dalam suatu cerita yang terdapat dalam lebih dari satu kitab Injil juga sesuai dengan bagian-bagian yang mempunyai kata-kata yang sama, kita dapat maju selangkah dengan berasumsi adanya sumber yang sama, yang urutan maupun kata-katanya telah direkam oleh ketiga penulis. Dan memang ada banyak bukti tentang hal ini. Matius, Markus dan Lukas mengikuti urutan peristiwa yang sama dalam garis besarnya. Mereka mulai dengan pelayanan Yohanes Pembaptis, kemudian melanjutkannya dengan kisah baptisan dan cobaan Yesus. Setelah itu diceritakan tentang pelayanan yang meliputi pembuatan mujizat dan pengajaran di Galilea, yang mulai membangkitkan pertentangan dari para pemimpin Yahudi. Lalu Yesus mengadakan perjalanan ke wilayah utara untuk memberikan pengajaran khusus bagi murid-murid-Nya. Akhirnya mereka pergi ke Yerusalem,

dan bagian akhir kitab-kitab Injil memberitakan tentang hari-hari terakhir Yesus, pengadilan-Nya, penyaliban, dan kebangkitan-Nya. Di dalam kerangka umum ini, peristiwa-peristiwa khusus sering disampaikan dalam urutan yang sama. Ciri-ciri Injil Sinoptik ini dapat diterangkan sebaik-baiknya bila kita beranggapan Matius dan Lukas memakai Markus, dan bukan sebaliknya. Sebab sesuatu yang mencolok ialah bila Matius menyimpang dari urutan Markus, Lukas tetap mengikuti urutan

Markus tersebut; kalau Lukas menyimpang dari urutan Markus, Matius tetap mengikuti Markus. Hanya ada satu peristiwa yang oleh keduanya ditempatkan berlainan dari Markus, yaitu penetapan keduabelas murid (Mrk. 3:13- 19; Mat. 10:1-4; Luk. 6:12-16). Kadang-kadang Matius atau Lukas meninggalkan pola cerita Markus untuk menambah sesuatu yang baru, tetapi setelah penambahan tersebut, biasanya mereka kembali lagi mengikuti urutan Markus. Ini merupakan salah satu argumen terkuat yang mendukung anggapan bahwa Matius dan Lukas memakai Markus, dan tidak sebaliknya.

Isi

Analisis isi cerita juga mengungkapkan pemakaian sumber-sumber yang berlainan. Jika seorang penulis mencatat cerita yang sama dengan kata-kata dan urutan yang sama dengan seorang penulis yang lain, maka kita dapat menyimpulkan keduanya memakai sumber yang sama, atau salah satu telah mengutip dari yang lainnya. Itulah yang terjadi dalam Injil-injil Sinoptik; dari 661 ayat dalam Markus, 606 ayat ditemukan dalam Matius dalam bentuk yang hampir sama, dan kira-kira setengahnya terdapat juga dalam Lukas.

Gaya bahasa

Ini suatu kriteria yang sangat sulit dipakai secara memuaskan. Gaya bahasa seorang penulis dapat bergantung pada begitu banyak hal: situasi di mana ia menulis, kelompok pembaca yang hendak dicapai, apakah ia memakai seorang sekretaris atau tidak, dan sebagainya. Jelas ada perbedaan gaya bahasa yang nyata antara Markus dan kedua Injil sinoptik lainnya, dan secara keseluruhan Injil Markus ditulis dengan bahasa Yunani yang lebih rendah mutunya. Umpamanya, ia sering melukiskan suatu peristiwa dengan memakai kata kerja bentuk masa kini walau hal-hal tersebut terjadi di masa lampau, sedangkan Matius dan Lukas selalu memakai kata kerja bentuk waktu lampau, yang tentunya lebih tepat. Ini merupakan salah satu argumen yang lemah, sebab hal itu didasarkan atas

asumsi para penulis memakai sumber-sumber tersebut dengan cara yang agak kaku, hanya dengan menyalin kata demi kata dari naskah yang ada di hadapan mereka. Tetapi tidak banyak penulis yang mengikuti suatu sumber begitu dekatnya sehingga gaya bahasa sumber tersebut mengaburkan gaya bahasa mereka sendiri. Jika Markus agak lemah dalam penguasaan bahasa Yunani, maka tata bahasanya pun akan lemah, sekalipun dia hanya menyalin dari sumber tertentu. Kita mempunyai dasar lebih kuat kalau kita mengamati bahwa Markus mencatat delapan ucapan Yesus dalam bahasa Aram. Lukas sama sekali tidak mengikutinya, sedangkan hanya ada satu contoh dalam Injil Matius. Lebih mungkin Matius dan Lukas menghilangkan ucapan-ucapan bahasa Aram tersebut, ketimbang Markus yang secara sengaja menambahkan ucapan-ucapan bahasa Aram dalam Injilnya.

Gagasan dan teologi

Jika dapat ditunjukkan salah satu cerita kitab Injil mengandung teologi yang lebih berkembang daripada kitab Injil lainnya, maka kita dapat menganggap kitab tersebut ditulis belakangan. Kelihatannya ini pengujian yang sederhana, namun tidaklah mudah menerapkannya dalam praktek. Sering sulit memastikan apa yang kelihatan sebagai suatu perbedaan dalam. sikap, memang

benar-benar merupakan perbedaan. Lagi pula siapa yang akan menentukan "teologi apa yang berkembang" itu, dan bagaimana kita dapat yakin teologi tersebut berkembang belakangan ketimbang suatu pandangan "primitif"? Jika kita ingat teologi yang sangat berkembang dari Paulus sudah ada pada waktu kitab-kitab Injil ditulis, maka kita dapat melihat bahwa definisi mengenai

perbedaan-perbedaan seperti itu, dan hubungan kronologisnya satu sama lain, merupakan suatu hal yang sangat subjektif. Tentu ada sejumlah penekanan yang berbeda dalam kitab-kitab Injil, tetapi sulit mengetahui dengan pasti pengaruhnya terhadap penyusunan kitab-kitab Injil. Misalnya, Matius dan Lukas tampaknya telah mengubah atau menghilangkan pernyataan tertentu dalam Injil Markus yang dianggap kurang menghormati Yesus. Pernyataan Markus yang blak-blakan bahwa di Nazaret Yesus

"tidak dapat mengadakan satu mujizat pun" (Mrk. 6:5), dalam Matius berbunyi, "tidak banyak mujizat diadakan-Nya di situ" (Mat. 13:58), dan Lukas menghilangkannya sama sekali. Begitu juga pertanyaan Yesus dalam Markus, "Mengapa kau katakan Aku baik?" (Mrk. 10:18) muncul dalam Matius sebagai, "Apakah sebabnya engkau bertanya kepada-Ku tentang apa yang baik?" (Mat.

19:17). Tidak semua kriteria di atas sama pentingnya. Ada kesulitan menentukan nilai dari sedikitnya dua di antaranya. Tetapi jika ditinjau bersama, hasil kumulatif dari keterangan yang ada paling mudah dijelaskan jika kita menganggap Matius dan Lukas memakai cerita Markus, dan Matius bukan kitab Injil asli yang diringkaskan oleh Markus dan sumber yang dipakai Lukas untuk kutipan-kutipan selektif.

Nama Mata Kuliah :SURVEY PERJANJIAN BARU

Nama Pelajaran : Kitab-kitab Injil dan Kehidupan Tuhan Yesus

Referensi diambil dari:

Judul Buku : Memahami Injil-injil dan Kisah Para Rasul

Pengarang : Joel B. Green

Penerbit : Persekutuan Pembaca Alkitab, Jakarta, 2005

Halaman : 19 - 25

KITAB-KITAB INJIL DAN KEHIDUPAN TUHAN YESUS

SATU BERITA INJIL - EMPAT INJIL

Seorang rekan saya yang menjadi penginjil telah menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk membangun persahabatan yang sungguh-sungguh akrab dengan sepasang suami istri berkebangsaan Jepang. Pasangan suami istri itu tinggal tidak jauh dari rumahnya. Dalam percakapan mereka pada suatu hari, rekan saya itu mendorong mereka agar memberi perhatian lebih saksama pada akar-akar historis dari iman Kristen dengan cara membaca Perjanjian Baru. Setelah beberapa hari membaca keempat Injil, si istri kemudian membuat rekan saya itu terkejut karena mengajukan pertanyaan berikut, "Mengapa Yesus harus mati empat kali?" Bagi orang-orang yang besar di dalam lingkungan gereja ataupun mereka yang cukup akrab dengan Alkitab, pertanyaan ini terdengar agak konyol. Akan tetapi, pertanyaan ini segera membangkitkan suatu isu yang genting bagi para pembaca Injil-Injil.

Mengapa harus ada empat catatan? Kenapa ada empat versi yang berbeda? Mengapa ada empat perspektif yang masing-masing memiliki kekhasan? Mengapa tidak dibuatkan satu saja catatan yang berotoritas? Ini tentu saja adalah salah satu isu paling genting yang harus dihadapi para pembaca empat kitab pertama dari Perjanjian Baru ini: Ada empat Injil-Injil, dan masing-masing tidak

selalu sepakat dengan yang lain dalam berbagai hal.

MENGAPA EMPAT INJIL?

Mengapa empat Injil? Segera muncul dua jawaban yang saling kait- mengait. Di satu pihak, tidak seorang pun mampu menangkap keseluruhan signifikansi dari orang lain, dan prinsip ini berlaku terutama bagi sosok dengan bobot dan orisinalitas seperti Yesus. Walaupun potret Yesus yang disediakan Lukas dapat menolong para pembacanya, ia tentu saja tidak mampu menangkap seluruh

hal-hal yang penting. Karena alasan inilah kita dapat bersyukur karena kita tidak hanya memiliki satu melainkan empat potret Yesus. Di pihak lain, bahkan sejak zaman para rasul masing-masing komunitas Kristen membutuhkan catatan tentang pelayanan Yesus serta signifikansinya yang dikisahkan dalam cara yang secara khusus memenuhi kebutuhan mereka. Injil-injil adalah

dokumen-dokumen yang memiliki tujuan tertentu. Dengan kata lain, kita dapat menyimpulkan bahwa Injil-injil, seperti surat-surat

Paulus, adalah "tulisan-tulisan untuk menangani suatu keadaan tertentu." Maksudnya, sebagaimana Paulus menuliskan surat pertamanya kepada orang-orang Kristen di Korintus untuk menghadapi masalah-masalah spesifik yang terjadi di sana (misalnya, lihat 1Kor. 1:11; 5:1; 7:1), demikian juga para penulis Injil menuliskan Injilnya untuk menghadapi kebutuhan-kebutuhan tertentu. Karena itu, wajar bila Injil Yohanes menampilkan rasa yang berbeda bila dibandingkan dengan Injil Matius; Yohanes hendak menyapa suatu khalayak pembaca yang berbeda pula. Sebenarnya, ada banyak "injil" yang ditulis pada abad-abad pertama keberadaaan gereja. Lukas sendiri menyadari adanya beberapa

upaya untuk menyampaikan kisah Yesus yang telah dilakukan sebelum upayanya ini (Luk. 1:1). Karena itu, tidak perlu kita ragukan lagi kalau ada (semacam) injil-injil yang telah beredar pada dekade-dekade awal dari sejarah Kekristenan. Kita juga menyadari bahwa selama beberapa abad orang-orang terus terdorong untuk menuliskan injil-injil. Sebagian dari hasil upaya-upaya

tersebut telah dikenal oleh para sarjana biblika dalam bentuk yang utuh sejak dulu; karya-karya lainnya yang dikutip oleh penulis-penulis masa lalu kini hanya dikenal namanya saja; namun, masih ada beberapa karya lain yang baru-baru ini ditemukan di antara penemuan-penemuan arkeologis di Nag Hammadi. Kemungkinan besar injil-injil dalam kelompok yang disebut terakhir tadi (kadang-kadang disebut sebagai "injil-injil apokrifa") dituliskan lama setelah Injil-Injil Perjanjian Baru ditulis. Isi dari injil-injil ini kadang menyajikan bahan-bahan yang sangat menghibur dan mengikutsertakan kisah-kisah fantastis tentang Yesus serta perkataan- perkataan penuh teka-teki dan esoteris yang

dianggap berasal dari Yesus. Seperti yang telah kita ketahui, hanya empat Injil - Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes – yang kemudian memiliki status otoritas yang diterima secara luas. Munculnya injil-injil lain yang kurang didasari oleh sejarah dan memiliki kecenderungan untuk melakukan penafsiran yang spekulatif ini bisa saja menjadi pendorong bagi pengakuan akan Injil-Injil dalam Perjanjian Baru sebagai catatan- catatan yang berotoritas. Walaupun demikian, beberapa orang masih merasa tidak nyaman karena harus menghadapi kesaksian berganda tentang kisah Yesus yang seperti ini, bahkan pada masa-masa awal tersebut. Terasa adanya suatu ketegangan tertentu bila catatan-catatan yang berbeda itu ditempatkan berdampingan. Untuk memecahkan masalah ini, maka disusunlah edisi "harmonisasi Injil-injil" yang pertama. Penyusun buku ini, Tatianus, berusaha untuk menyuling narasi-narasi yang bervariasi dalam Injil- injil itu ke dalam satu catatan yang berotoritas. Pada akhirnya, buah dari usaha ini pun dirasakan tidak memuaskan oleh gereja purba waktu itu.

Kelihatannya judul-judul yang dibubuhkan kepada Injil-Injil tersebut memberikan sudut pandang terbaik bagi kita untuk memahami solusi purba bagi masalah empat Injil ini. Pada awalnya, Injil-Injil ini diedarkan tanpa dibubuhi baris judul. Judul-judul baru dibutuhkan setelah keempat Injil ini dikumpulkan bersama. Bila diterjemahkan secara harfiah, tulisan-tulisan ini diberi judul

"Menurut Matius", "Menurut Markus", dst. Kata-kata ini tidak sekadar mengandung makna bahwa Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes adalah penulis kitab-kitab itu. Sebaliknya, kata "menurut" di sini menyiratkan suatu konformitas yang sangat mendasar kepada satu kisah - maksudnya, kepada satu berita injil - yang disampaikan oleh keempat penulis Injil. Hanya ada satu berita injil,

tetapi berita injil itu telah disampaikan melalui empat penulis. 3 Karena itu, dengan memberikan judul demikian kepada keempat kitab tersebut, gereja purba sedang memberi kesaksian tentang kesatuan dari fokus dan bahasan keempat Injil itu. Pada saat yang sama mereka sekaligus memberi ruang bagi hadirnya keragaman dalam penyampaian kisah Injil.

EMPAT INJIL: OTORITAS YANG DIPIKUL BERSAMA

Apakah implikasi hal ini bagi pemahaman kita atas Injil-injil pada saat ini? Ada dua hal. Pertama, kita harus menyadari bahwa ketika gereja mula-mula memilih keempat Injil tersebut dan menempatkan mereka berdampingan, gereja mula-mula sedang menyatakan bahwa di antara keempat Injil-injil tidak ada Injil yang "paling baik" atau "lebih benar" daripada tiga Injil yang lain. Tentu saja, ketika kita mengakui peran aktif dari gereja purba di dalam proses kanonisasi Injil-injil, kita tidak menganggap hal ini sebagai suatu upaya manusiawi semata. Sebaliknya, kita percaya bahwa Roh Kudus menuntun keseluruhan proses ini. Lalu apa anti dari kesimpulan bahwa keempat Injil-injil itu memiliki status yang sama? Pada intinya, itu berarti keempat Injil-injil merupakan saksi-saksi yang sama-sama valid atas berita injil yang tunggal itu, walaupun masing-masing memang memberikan kesaksian tentang berita injil itu dalam caranya yang khas. Masing-masing harus dibiarkan untuk bertumpu pada kakinya sendiri. Karena itu, Injil Yohanes tidak boleh kita anggap sebagai kunci untuk memahami berita dari Injil Markus. Sebagai karya-karya sastra, Injil-injil tetap memiliki integritasnya masing-masing. Akan tetapi, implikasi lain yang juga muncul adalah: tidak satu pun dari keempat Injil itu yang layak untuk menjadi saksi berotoritas atas berita injil bila hadir sendirian tanpa Injil yang lain. Karena Injil-injil disampaikan dari perspektif- perspektif yang berbeda, maka keempat Injil itu saling melengkapi satu dengan yang lain; keempatnya saling menyeimbangkan; masing-masing menyajikan aspek yang berbeda dari hakikat berita injil yang tunggal itu, yaitu signifikansi dari kehidupan, kematian, dan kebangkitan Yesus. Kita membutuhkan keempat-empatnya dan tidak satu pun dari

empat Injil itu dapat kita perlakukan sebagai saksi tunggal tentang signifikansi Yesus. Kita dapat mengilustrasikan poin terakhir ini sambil mengacu kepada salah satu bagian dari Ucapan Berbahagia yang disampaikan dalam dua bentuk yang berbeda oleh Matius dan Lukas: "Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang punya Kerajaan Surga." (Mat. 5:3).

"Berbahagialah, hai kamu yang miskin, karena kamulah yang punya Kerajaan Allah." (Luk. 6:20).

Yang menjadi pusat perhatian kita bukanlah perbedaan antara bentuk orang ketiga ("merekalah") yang digunakan Matius dan bentuk orang kedua ("kamulah") yang digunakan Lukas. Juga bukan tentang perbedaan antara istilah Kerajaan Surga yang digunakan Matius dengan Kerajaan Allah yang digunakan Lukas (sebenarnya, "Kerajaan Surga" dan "Kerajaan Allah" merupakan sinonim). Lima masalah yang lebih mendasar dalam ayat- ayat paralel ini terpusat pada kontras antara sapaan yang dalam Injil Matius kelihatannya ditujukan kepada "orang yang miskin secara rohani" dengan sapaan kepada "orang yang miskin secara materiil" di dalam Injil Lukas. Bila kita mengakui kedua Injil ini sebagai saksi- saksi yang sama-sama berotoritas atas satu berita injil yang sama, maka kita harus melawan semua upaya yang hendak menonjolkan versi yang satu melebihi versi lainnya. Kita

perlu mendengarkan kedua-duanya. Bila kita menonjolkan yang satu melawan yang lain, maka hasilnya justru akan merugikan kita. Karena itu, sementara kita menghargai serta memberi salut atas bangkitnya kembali kesadaran di antara banyak orang Injili mengenai kebenaran alkitabiah tentang sikap Allah bagi orang yang tertindas dan juga tanggung jawab kita demi kepentingan mereka, kita harus berusaha untuk mengapresiasi keseluruhan kisah itu. Dengan alasan yang kuat, kalangan Injili yang mulai mengembangkan kesadaran sosial telah memalingkan perhatian mereka kepada Injil Lukas. Sikap ini mereka lakukan dalam upaya mendasarkan segala keprihatinan yang mereka rasakan pada inti dari berita injil.6 Dari berbagai sisi, tampak bahwa Injil Lukas memang sangat cocok untuk upaya ini. Injil ini memang memberi penekanan pada Yesus sebagai Juruselamat bagi semua orang,

bahkan (dan terutama) bagi mereka yang tertindas. Walaupun demikian, Lukas hanyalah salah satu dari empat Injil yang ada. Bila kita mengesampingkan Injil Matius, Markus, ataupun Injil Yohanes dalam upaya untuk menjangkau inti dari pemberitaan Yesus, maka kita sama saja sedang menolak fakta bahwa yang hadir di hadapan kita adalah Injil yang memiliki empat wajah! Karena itu,

tidak satu pun dari keempat Injil itu yang dapat kita perlakukan sebagai saksi berita injil yang komplit, sehingga tidak perlu dilengkapi oleh tiga Injil lainnya.Selain itu, bila kita memperhatikan signifikansi dari istilah miskin pada masa-masa sebelum dan sesudah pelayanan Yesus di bumi, kita akan melihat tidak adanya kontradiksi antara ucapan berbahagia versi Matius dengan versi Lukas tersebut. Oleh karena kondisi-kondisi sosial dan politis yang timbul akibat pendudukan asing pada masa tersebut (yang akan kita perhatikan pada pasal berikut), kesetiaan kepada Allah dapat berdampak pada kemiskinan materiil, dan bahkan inilah yang kerap terjadi! Karena itu, kedua istilah ini, "miskin" (kemiskinan yang bersifat sosioekonomis) serta "miskin dalam roh" (kerendahan hati yang penuh

kesalehan) sama-sama mencakup dimensi-dimensi kehidupan yang bersifat religius serta sosial. Ketika Matius dan Lukas menyampaikan perkataan Yesus ini, keduanya sedang menunjuk kepada satu realitas yang sama sambil memberi penekanan pada aspek-aspeknya yang berbeda.

LATAR BELAKANG RASUL PAULUS DAN SURAT-SURAT RASUL PAULUS

Nama Mata Kuliah : SURVEI PERJANJIAN BARU

Nama Pelajaran : Latar Belakang Rasul Paulus Dan Surat-Surat Rasul Paulus

LATAR BELAKANG RASUL PAULUS DAN

SURAT-SURAT RASUL PAULUS

Daftar Isi

A.Latar Belakang Pelayanan Rasul Paulus

1. Kehidupan Paulus Sesudah Pertobatan

2. Perjalanan Misi Paulus yang Pertama

3. Perjalanan Misi Paulus Kedua

4. Perjalanan Misi Paulus Ketiga

B.Surat-surat Kiriman Rasul Paulus

1. Hubungan Kisah Para Rasul dengan Kitab-kitab Injil dan Surat- surat Kiriman

2. Pengantar untuk Surat-surat Kiriman Rasul Paulus

C. Panggilan Paulus untuk Menginjili Orang-orang Non-Yahudi

D. Strategi Paulus dalam Mengabarkan Injil

A. LATAR BELAKANG PELAYANAN RASUL PAULUS

1.Kehidupan Paulus Sesudah Pertobatan

Berkotbah di Damaskus (9:20), Pergi ke Arabia (Gal 1:17), Kembali ke Damaskus (Gal 1:17), Mengunjungi Yerusalem (Gal 1:18), Dicurigai oleh gereja (Kis 9:27), Berteman dengan Barnabas (9:27), Orang Yahudi menganiayanya (9:29), Visi untuk pergi menginjili (22:17-18), Pergi ke Tarsus (9:30), Barnabas membawanya ke Antiokia (11:25-26), Bekerja di Antiokia

(11:26).

2.Perjalanan Misi Paulus yang Pertama

Bekerja di Siprus, Salamis, Papos (13:5-11), Namanya diganti (13:9, 13), Ke Perga - Markus ditinggalkan (13:13), Khotbah di Antiokia (13:14-41), Di Ikonium (13:51), Di Listra - Paulus dirajam batu (14:8- 19), Derbe - Kota terakhir yang dikunjungi (14:20), Perjalanan pulang (14:21-26)

3.Perjalanan Misi Paulus Kedua

Di Listra & Sisilia (15:41), Listra - Timotius bergabung (16:1-3), Di Pergia dan Galatia (16:6), Visi ke Troas (16:9), Di Filipi, Lidia & penjaga penjara (16:13-34), Gereja Tesalonika ditemukan (17:4), Orang- orang percaya di Berea (17:11-12), Khotbah di Areopagus di Atena (17:16-33), Visi Korintus - gereja ditemukan (18:1-8), Di Efesus - kunjungan singkat (18:19-20), Kembali ke Antiokia (18:22)

4. Perjalanan Misi Paulus Ketiga

Mengunjungi Galatia & Pirgia (18:23), Efesus (19), Di Makedonia & Grece (20:1-2), Kotbah di Troas (20:6-12), Perpisahan dengan penatua Efesus (20:17-35), Di Tyre (21:1-4), Kaesaria (21:8)

B. SURAT-SURAT KIRIMAN RASUL PAULUS

Hubungan Kisah Para Rasul dengan Kitab-kitab Injil dan Surat-surat Kiriman

Kitab Kisah Para Rasul adalah jembatan antara Kitab-kitab Injil dan Surat-surat Kiriman.

Untuk Kitab-kitab Injil: menjadi jembatan antara pelayanan yang dilakukan oleh Tuhan Yesus dan penggenapan nubuat Yesus tentang akan didirikan-Nya Gereja (Mat. 16:18).

Untuk Surat-surat Kiriman: menjadi jembatan dalam memberi latar belakang Surat-surat Kiriman, yaitu:.

a. Surat Galatia : Antiokia, Ikonium, Listra, Derbe. (Kis 13:14-14:28)

]b. Surat Filipi: Filipi (Kis 16:11-40)

c. Surat 1 dan 2 Tesalonika: Tesalonika (Kis 17:1-9)

d. Surat 1 dan 2 Korintus: Korintus (Kis 18:1-16)

e. Surat Efesus: Efesus (Kis 19:1-41; 20:17-35)

Pengantar untuk Surat-surat Kiriman Rasul Paulus

Kewibawaan Surat Kiriman Rasul Paulus

Surat-surat itu sekarang jumlahnya 13 Surat, sesungguhnya lebih tapi hilang. Dari kesaksiannya Rasul Paulus mempunyai keyakinan yang kuat akan panggilan Allah dalam hidupnya (Rm 1:6). Ia juga mempunyai kepercayaan yang kuat akan otoritas Firman yang Allah berikan melalui Paulus kepada gereja-gereja (Jemaat) Kristen saat itu.

Motif Penulisan

Jangkauan daerah pelayanan yang luas tidak memungkinkan Paulus mengunjungi mereka satu per satu. Tetapi jemaat masih muda itu perlu dinasehati, didorong, dihibur dan dikuatkan. Ditambah lagi saat itu jemaat-jemaat ini belum mempunyai salinan kitab-kitab Perjanjian Lama (masih enggunakan tradisi lisan). Oleh karena itu, surat menjadi alat yang sangat penting bagi Paulus untuk erkomunikasi. Catt.: Jumlah perjalanan yang ditempuh Paulus dalam km adalah 7800 km darat (harus ditempuh dengan jalan kaki) dan 900 km lewat laut. Contoh: Dari Korintus ke Athen dibutuhkan 3 hari perjalanan kaki. Dari Tesalonika dibutuhkan 13 hari perjalanan kaki Dari Efesus ke Troas

dibutuhkan 10 hari perjalanan kaki.

Susunan/struktur Surat

Sama seperti model-model surat jaman itu, biasanya surat disusun dalam struktur sbb.:

Nama penulis (mis: Paulus ..)

Nama penerima (Kepada jemaat Allah di ...

Salam pembukaan (kasih karunia dan damai sejahtera dari ..)

Doa harapan dan ucapan syukur (aku mengucap syukur kepada Allah ...)

Isi surat (tubuh surat)

Salam penutup/perpisahan (kasih karunia ....)

Gaya bahasa

Dikenal gaya pikiran dalam surat Paulus melompat-lompat, sintaksnya patah-patah. Selain itu juga sulit dimengerti karena sarat dengan konsep-konsep dengan bahasa filsafat).

Pemahaman Kontekstual

Untuk memahami Surat-surat Kiriman Rasul Paulus perlu dipelajari hal-hal sbb.:

n Harus mengenal Pembaca/Penerima Surat Kiriman tsb. dan kebutuhan mereka.

n Surat-surat Kiriman tidak ditulis untuk tujuan indoktrinasi tapi karena ada masalah.

n Masing-masing Surat harus dibaca/dimengerti berdasarkan konteksnya.

C. PANGGILAN PAULUS UNTUK MENGINJILI ORANG-ORANG NON-YAHUDI

Dari hasil pelayanan Paulus keberbagai tempat terlihat bahwa Tuhan juga berkenan memanggil orang-orang bukan Yahudi (bangsa kafir) untuk masuk dalam persekutuan dengan Kristus. Dan penerimaan itu adalah tanpa syarat, artinya tanpa harus membuat mereka menjadi orang Yahudi dan mengikuti tradisi Yahudi (mis. sunat). Paulus dengan berani memberikan dasar Firman Tuhan

agar orang-orang Kristen (baik Yahudi atau non-Yahudi) memahami pengajaran Alkitabiah dengan benar, bahwa keselamatan adalah semata-mata karena anugerah melalui iman bukan perbuatan.

D. STRATEGI PAULUS DALAM MENGABARKAN INJIL

Paulus adalah contoh seorang misionaris yang berhasil sepanjang sejarah kekristenan. Hasil pelayanannya meliputi seluruh wilayah Laut Tengah (meliputi 3 benua). Rahasia keberhasilan pelayanannya adalah:

Pada pemberitaan yang disertai dengan kuasa Roh Kudus.

Bukan kuasa manusia tapi kuasa yang datang dari atas.

1. Paulus adalah pemikir ulung dalam menyusun strategi pelayanannya.

Ketidak tergantungan pada fasilitas.

Mengingat terbatasnya fasilitas yang tersedia saat itu, Paulus betul-betul termasuk seorang yang luar biasa. Misalnya, tidak tersedianya peta wilayah (dunia), seluruh perjalanan darat harus ditempuh dengan berjalan kaki dll.

Kemampuan berkomunikasi

Paulus selalu siap menghadapi setiap kemungkinan; dengan siapa pun dan di mana pun berada Paulus

Kemampuan intelektual

Paulus selain cerdas, juga rajin belajar. Segala macam topik pembicaraan Paulus selalu menguasai.

Tahan menderita dan tidak mudah putus asa.

Latar Belakang Paulus

Walter M. Dunnett melukiskan latar belakang Paulus sbb.: "Paulus adalah seorang Yahudi tulen. Inilah faktor utama untuk bisa mengerti perangai dan kegiatannya. Dia dilahirkan dalam keluarga Yahudi di kota Tarsus, propinsi Kilikia, dan karenanya selama bertahun-tahun dia terkenal sebagai Saulus dari Tarsus. Menurut pengakuannya sendiri, dia seorang Farisi, demikian juga ayahnya (Kis. 23:6), berbicara bahasa Aram ("orang Ibrani asli"), dan diajar membuat tenda pada masa mudanya (Kis. 18:3). Dia berasal dari suku Benjamin (Fil 3:5). Menurut sejarahnya, suku Benjamin itu orang-orang yang berjiwa pejuang, dan agaknya, Paulus menyatakan semangat yang amat besar dalam semua usahanya, terutama sekali dalam penganiayaan terhadap gereja (Gal. 1:13). Pada usia muda dia pergi ke Yerusalem, dan menurut kesaksiannya yang tertulis dalam Kisah Para Rasul dia belajar di bawah pimpinan Rabi Gamaliel I yang terkenal, guru yang utama pada sekolah Hilel (Kis. 22:3). Dari kata-katanya sendiri di surat Galatia, kita tahu bahwa Saulus "jauh lebih maju" dari banyak temannya,

karena ia "sangat rajin memelihara adat istiadat nenek moyangku" (Gal. 1:14). Permulaan usaha Saulus untuk membasmi Gereja bertepatan dengan pembunuhan Stefanus (Kis. 7:58-8:3). Dia tidak saja

menganiaya... "laki-laki dan perempuan" di Yerusalem, tetapi dengan surat kuasa Imam Besar (Yusuf Kayafas), dia pergi ke kota-kota lain untuk melaksanakan tugasnya (Kis. 26:10-11). Pada perjalanan dinas seperti itulah Saulus dari Tarsus berjumpa dengan Yesus dan bertobat secara luar biasa."

Latar Belakang Teologia Paulus

Seorang Farisi Tulen, yang taat pada Hukum Taurat, hal ini jelas ditunjukkan dalam kesaksian hidupnya dan juga ketrampilannya dalam menafsir (cara penafsiran Yahudi).Paulus mengadopsi cara berpikir Yunani dalam menyampaikan Injil kepada orang-orang non Yahudi. Budaya Yunani

adalah budaya yang diagung-agungkan jaman itu, oleh karena itu mengerti budaya Yunani merupakan satu cara memenangkan mereka.

PERTANYAAN

NamaMata Kuliah: SURVEY PERJANJIAN BARU

Nama Pelajaran : Pelayanan Rasul Paulus dan Surat-surat Rasul Paulus

PELAYANAN RASUL PAULUS DAN

SURAT-SURAT RASUL PAULUS

INSTRUKSI

Harap setiap peserta mengikuti petunjuk mengerjakan tugas sbb.:

1. Bacalah Bahan Pelajaran dan semua Referensi Pelajaran 05 dengan teliti.

2. Bacalah Pertanyaan (A) dan (B) di bawah ini, lalu jawablah dengan jelas dan tepat.

Apabila Anda mendapatkan kesulitan sehubungan dengan isi Bahan Pelajaran, silakan menghubungi Pembimbing di: ptr.pasca@gmail.com

PERTANYAAN (A):

1. Kitab Kisah Para Rasul adalah jembatan antara kitab-kitab......... dan surat-surat ...............

2. Surat-surat Kiriman Rasul Paulus berjumlah .......... surat.

3. Rasul Paulus mendapat panggilan khusus dari Tuhan untuk menginjili orang-orang ...............

4.Diperkirakan jumlah perjalanan pelayanan yang ditempuh Paulus adalah sepanjang ......... km lewat darat (berjalan) dan........km lewat laut (dengan kapal).

5. Rahasia keberhasilan pelayanan Rasul Paulus adalah pada pemberitaan yang disertai dengan kuasa .............

6. Paulus keturunan bangsa ................, suku ............

7. Paulus dilahirkan di kota ............., propinsi ............

8. Palus belajar di bawah pimpinan ..........., seorang rabi yang terkenal di sekolah ...........

9.Kisah Paulus dalam Alkitab dimulai ketika Paulus hadir dan menyaksikan peristiwa pembunuhan ............., seorang pelayan Tuhan yang pertama mati syahid.

10.Kepandaian Rasul Paulus dalam mengadopsi cara berpikir .......... telah menjadi salah satu kesuksesan untuk memenangkan orang-orang non-Yahudi.

PERTANYAAN (B):

1. Mengapa Paulus perlu menulis surat kepada jemaat-jemaat yang dilayaninya?

2. Apakah kunci keberhasilan pelayanan Rasul Paulus?

SEJARAH GEREJA MULA-MULA

NamaMata Kuliah : PENGANTAR PERJANJIAN BARU

Nama Pelajaran : Sejarah Gereja Mula-mula

SEJARAH GEREJA MULA-MULA

Daftar Isi

A.Latar Belakang

B.Permulaan Gereja

1. Gereja Di Palestina

2. Gereja di luar Palestina

C. Pertumbuhan dan Tantangan

D. Agama Negara

E. Penganiayaan terhadap orang Kristen.

F. Hasil dari penganiayaan.

A. LATAR BELAKANG

Sebelum Yesus naik ke surga, Ia memberikan perintah kepada para murid-Nya untuk pergi ke Yerusalem dan menunggu di sana sampai Roh Kudus dicurahkan ke atas mereka. Dengan kuasa yang diberikan Roh Kudus itu Yesus berjanji akan memperlengkapi murid-murid-Nya untuk menjadi saksi-saksi, bukan hanya di Yerusalem tapi juga di ke ujung-ujung bumi (Kis. 1:1-11). Janji itu

digenapi oleh Kristus dan perintah itu ditaati oleh murid-murid-Nya.

B. PERMULAAN GEREJA

Kata "gereja" atau "jemaat" dalam bahasa Yunani adalah ekklesia; dari kata kaleo, artinya "aku memanggil/memerintahkan". Secara umum ekklesia diartikan sebagai perkumpulan orang-orang. Tetapi dalam konteks Perjanjian Baru kata ini mengandung arti khusus, yaitu pertemuan orang-orang Kristen sebagai jemaat untuk menyembah kepada Kristus. Amanat Agung yang diberikan Kristus sebelum kenaikan ke surga (Mat. 28:19-20) betul-betul dengan setia dijalankan oleh

murid-murid-Nya. Sebagai hasilnya lahirlah gereja/jemaat baru baik di Yerusalem, Yudea, Samaria dan juga di perbagai tempat di dunia (ujung-ujung dunia).

Gereja Di Palestina

Gereja pertama lahir di Yerusalem (Kis. 1:8) . Petrus dan beberapa murid-murid Tuhan Yesus yang lain membawa Injil ke Yudea (Kis. ps. 1-7). Filipus dan murid-murid yang lain pergi ke Samaria dan sekitarnya (ps. 8).

Gereja di luar Palestina

a. Petrus membawa Injil ke Roma.

b. Paulus ke Asia Kecil dan Eropa (Kis. ps. 10-28).

c. Apolos ke Mesir (Kis. ps. 18).

d. Filipus ke Etiopia (Kis. ps. 8).

e. Sebelum tahun 100 M, Injil sudah tersebar ke Siria, Persia, Afrika (Kis. 9).

f. Lalu ke ujung-ujung bumi (Siria, Persia, Gaul, Afrika Utara, Asia & Eropa).

C. PERTUMBUHAN DAN TANTANGAN

Gereja/jemaat yang baru berdiri mengalami pertumbuhan yang luar biasa. Kuasa Roh Kudus sangat nyata hadir di tengah jemaat.Namun demikian tantangan dan kesulitan juga mewarnai pertumbuhan jemaat mula-mula itu. Tapi luar biasa, justru karena keadaan yang sulit itu gereja semakin berkembang.

Agama Negara

Kaisar Agustus mempunyai kekuasaan yang sangat besar. Salah satu peraturan yang muncul pada masa pemerintahannya adalah menyembah kepada Kaisar sebagai dewa mereka, walaupun mereka masih diijinkan melakukan penyembahan kepada dewa-dewa/kepercayaan asal mereka sendiri.

Namun demikian ada kekecualian untuk orang-orang Yahudi yang mempunyai agama Yudaisme yang menjunjung tinggi monotheisme, mereka tidak diharuskan untuk menyembah kepada Kaisar. Hal ini terjadi karena mereka takut kalau orang Yahudi memberontak. Kehadiran agama Kristen saat itu, pada mulanya dianggap sebagai salah satu sekte agama Yudaisme, itu sebabnya orang-orang Kristen pertama tidak diharuskan untuk menyembah kepada Kaisar. Tetapi setelah orang- orang Yahudi secara terbuka memusuhi orang Kristen (puncak peristiwa penyalipan Kristus) barulah pemerintah Romawi melihat kekristenan tidak lagi sebagai sekte Yudaisme tetapi agama baru. Sejak saat itu keharusan menyembah kepada Kaisar pun akhirnya diberlakukan untuk orang-orang Kristen. Kepada mereka yang tidak patuh pada peraturan ini mendapat hukuman dan penganiayaan yang sangat berat.

Penganiayaan terhadap orang Kristen.

Salah satu bukti kesetiaan orang Kristen kepada Kristus ditunjukkan dengan secara setia menjalankan pengajaran Alkitab dan menolak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan ajaran Alkitab. Karena sebab itulah orang-orang Kristen sering harus membayar harga yang mahal demi kepercayaan mereka kepada Kristus, antara lain adalah dengan penganiayaan . Beberapa penyebab penganiayaan:

a. Karena orang Kristen menolak untuk menyembah Kaisar.

b.Karena orang Kristen dituduh melakukan hal-hal yang menentang kemanusiaan, mis. menolak menjadi tentara,mengajarkan tentang kehancuran dunia, membiarkan perpecahan keluarga, dll.

c.Karena orang Kristen dituduh mempraktekkan immoralitas dan kanibalisme, misalnya melakukan cium kudus,bermabuk-mabukan, dosa inses, makan darah dan daging manusia.

Hasil dari penganiayaan.

Memang ada banyak orang Kristen yang mati dalam penganiayaan dan pembunuhan, namun demikian jumlah orang Kristen tidak semakin berkurang malah semakin bertambah banyak. Orang Kristen semakin berani. Sekalipun dianiaya mereka tetap mempertahankan iman mereka (mis. Surat Petrus).

Kekristenan semakin menyebar keluar dari Yerusalem, yaitu ke daerah-daerah sekitarnya, dan ke seluruh dunia.Orang-orang Kristen semakin memberi pengaruh dalam kehidupan masyarakat, sehingga mereka betu-betul menjadi saksi yang hidup.

PERTANYAAN

Nama Mata Kuliah: SURVEI PERJANJIAN BARU

Nama Pelajaran : Sejarah Gereja Mula-mula

SEJARAH GEREJA MULA-MULA

INSTRUKSI

Harap setiap peserta mengikuti petunjuk mengerjakan tugas sbb.:

1. Bacalah Bahan Pelajaran dan semua Referensi Pelajaran 06 dengan teliti.

2. Bacalah Pertanyaan (A) dan (B) di bawah ini, lalu jawablah dengan jelas dan tepat.

Apabila Anda mendapatkan kesulitan sehubungan dengan isi Bahan Pelajaran, silakan menghubungi Pembimbing di:ptr.pasca@gmail.com

Pertanyaan (A):

1.Sebelum Yesus naik ke surga, Ia memberikan perintah kepada para murid-Nya untuk menunggu di Yerusalem menantikan turunnya ............... yang akan memberi kuasa kepada mereka untuk memberitakan Injil.

2. Kata "gereja" atau "jemaat" dalam bahasa Yunani adalah ........., yang artinya ...............

3.Hasil dari menjalankan Amanat Agung yang diperintahkan Tuhan Yesus kepada murid-murid-Nya sebelum naik ke surgaadalah berdirinya ...........

4. Gereja pertama lahir di.............

5. Adanya kesulitan dan masalah di dalam dan di luar gereja justru memacu ............... gereja yang semakin pesat.

6.Salah satu penyebab penganiayaan pada orang-orang Kristen saat itu adalah penolakan untuk .............. pada Kaisar sebagaidewa.

7.Pemerintah Romawi mulai melihat kekristenan sebagai agama yang baru (bukan salah satu sekte agama Yahudi) pada saat...............

8.Pemerintah Romawi mengharuskan semua masyarakat untuk menyembah kaisar kecuali orang-orang Yahudi, karena.............

9.Salah satu bukti kesetiaan orang Kristen kepada Kristus ditunjukkan dengan cara menolak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan ..............

10.Salah satu hasil penganiayaan justru menyebabkan berkembangnya gereja, karena orang-orang Kristen di Yerusalem menjadi semakin tersebar keluar dari Yerusalem, ke .............., dan ke ......... ..... dan ke ujung-ujung bumi.

Pertanyaan (B):

1. Kapan dan bagaimana gereja lahir?

2. Tantangan apakah yang dihadapi gereja mula-mula?

Nama Mata Kuliah:SURVEY PERJANJIAN BARU

Nama Pelajaran : Sejarah Gereja Mula-Mula

Referensi diambil dari:

Judul Buku : Memahami Perjanjian Baru

Pengarang : John Drane

Penerbit : BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1996

Halaman : 256 - 259

SEJARAH GEREJA MULA-MULA

LAHIRNYA JEMAAT KRISTEN

Sewaktu mereka berkumpul di balik pintu terkunci di Yerusalem pada hari-hari pertama setelah kebangkitan Yesus, para murid mengetahui bahwa lebih mudah berbicara tentang mengubah dunia daripada pergi keluar dan melakukannya. Tetapi tidak lama kemudian, sesuatu terjadi yang bukan hanya mengubah jalan pikiran mereka, tetapi yang juga memberanikan mereka untuk menyampaikan iman mereka dengan cara yang menggoncangkan seluruh dunia Romawi. Hanya lima puluh hari setelah kematian Yesus, Petrus berdiri di depan suatu kerumunan orang banyak di Yerusalem, dan dengan berani menyatakan kerajaan Allah telah datang, dan Yesuslah Raja dan Mesiasnya. Pada waktu itu Yerusalem penuh dengan peziarah-peziarah yang datang dari seluruh penjuru kekaisaran Roma untuk merayakan Pesta Pentakosta - dan ketika Petrus berbicara, mereka tidak hanya mengerti pemberitaannya tetapi juga, dalam jumlah yang luar biasa besarnya, memberikan respons

terhadapnya. Ketika Petrus menyatakan mereka harus menjadi murid-murid Yesus dengan bertobat dari dosa dan menerima hidup baru yang diberikan Allah, tiga ribu orang menerima seruannya dan menyerahkan diri mereka kepada Yesus (Kis. 2:14-42). Apa yang sesungguhnya telah terjadi sehingga murid-murid Yesus mengalami transformasi dalam hidup mereka? Jawabannya terdapat dalam pembukaan pidato Petrus. Sebab ketika ia berdiri dan berbicara kepada orang banyak itu, Petrus mengingatkan mereka tentang suatu nats Perjanjian Lama yang menggambarkan bahwa datangnya abad baru adalah masa di mana Roh Allah akan bekerja dengan cara baru dalam hidup orang-orang. Sewaktu nabi-nabi Perjanjian Lama memandang ke masa depan, beberapa dari mereka menyadari bahwa masalah manusia tidak pernah akan selesai hingga suatu hubungan baru dijalin antara manusia dan Allah. Dosa dan ketidaktaatan manusia telah mengakibatkan kekacauan, tetapi dalam abad baru Allah tidak hanya menuntut ketaatan - Ia akan memberi mereka kekuatan moral yang baru dan kemampuan untuk menjadi manusia seperti yang dimaksudkan Allah (Yer. 31:31-34). Dalam nubuat Yoel (2:28-32), kekuatan baru untuk hidup ini dihubungkan dengan pemberian Roh Allah -

dan Petrus mengambil perikop tersebut sebagai natsnya, serta menyatakan nats tersebut sedang dipenuhi dalam pengalaman murid-murid Yesus. Melalui kematian dan kebangkitan Yesus, orang-orang sekarang dapat mempunyai hubungan baru dengan Allah sendiri. Dari pengalamannya sendiri, Petrus tahu bahwa hal itu benar. Bagi Petrus dan murid-murid lainnya, hari itu sama seperti hari-hari sebelumnya. Tetapi ketika mereka menghadapi tugas yang begitu besar dan yang tidak mungkin dilaksanakan - yang dipercayakan Yesus kepada mereka, tanpa disangka-sangka suatu kuasa

yang memberi hidup masuk ke dalam kehidupan mereka. Kuasa itu merupakan suatu dinamika moral dan spiritual yang memperlengkapi para murid supaya memberi kesaksian tentang iman yang baru. Kuasa itu adalah kuasa Roh Kudus dan akan menjadikan mereka seperti Yesus. Tidaklah mudah menggambarkan dalam kata-kata apa yang mereka alami. Tetapi sebagai akibatnya, kepercayaan mereka yang ragu-ragu dan tidak pasti kepada Yesus dan janji-janji-Nya secara luar biasa diteguhkan.

Sejak saat itu dan seterusnya, mereka yakin janji-janji Allah dalam Perjanjian Lama dipenuhi dalam hidup mereka sendiri – dan mereka sangat yakin bahwa Yesus yang hidup ada dan hadir bersama mereka secara unik. Jemaat telah lahir. Seluruh kehidupan para murid mengalami perombakan sedemikian rupa, sehingga tidak diperlukan argumen lain untuk meyakinkan mereka bahwa pengalaman mereka sehari-hari merupakan akibat langsung dari kuasa dan kehadiran Yesus di dalam

hidup mereka. Petrus, Yohanes dan yang lain- lainnya memiliki kuasa guna melakukan tindakan-tindakap hebat dalam nama Yesus (Kis. 2:43; 3:1-10) - dan tentunya Petrus diberikan kemampuan secara tak disangka-sangka untuk berbicara dengan kuasa kepada orang banyak yang berkumpul di Yerusalem. Sebagai akibat semuanya ini, para rasul dan orang-orang Kristen baru begitu dikuasai oleh cinta-kasih kepada Yesus yang hidup dan kerinduan untuk melayani-Nya, sehingga kebutuhan-kebutuhan kehidupan sehari-hari terlupakan. Orang-orang Kristen selalu

"bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa" (Kis. 2:42). Mereka malahan menjual harta mereka dan mengumpulkan hasil penjualan sehingga mereka dapat hidup sebagai suatu persekutuan sejati dari pengikut-pengikut Yesus. Mencari uang bukan lagi merupakan haI yang terpenting dalam hidup. Satu-satunya hal yang penting adalah memuji Allah, dan membawa berita yang-mengubah hidup kepada orang-orang lain (Kis. 2:44,47; 4:32,35).

Jemaat bertumbuh.

Pada hari-hari pertama kehidupan jemaat di Yerusalem, persahabatan terbuka dan gaya hidup sederhana dalam jemaat purba pasti terlihat sebagai menyingsingnya suatu zaman yang baru. Tetapi tidak perlu waktu lama sebelum persoalan-persoalan lain yang lebih rumit muncul, untuk emperingatkan Petrus dan lain-lainnya bahwa kerajaan Allah belum tiba dalam segala kepenuhannya.

Persekutuan yang baru tergalang merupakan bukti bahwa umat baru sudah ada. Tetapi seturut berlalunya waktu, ketegangan antara masa sekarang dan masa depan yang begitu fundamental dalam pengajaran Yesus mempunyai dampak yang mengganggu kelanjutan hidup persekutuan kristen yang sedang berkembang. Selama masa hidup Yesus, gerakan mesianik baru yang dibangun-Nya itu pada umumnya hanyalah merupakan bidat setempat dalam agama Yahudi Palestina. Semua murid merupakan orang Yahudi. Walaupun logika pemberitaan dan teladan perilaku Yesus sendiri menunjukkan bahwa orang-orang bukan-Yahudi tidak dikecualikan dari keanggotaan persekutuan, hubungan orang-orang Yahudi dan bukan-Yahudi tidaklah merupakan persoalan besar pada waktu itu. Orang-orang bukan-Yahudi yang bertemu dengan Yesus adalah pribadi-pribadi tersendiri (Mrk. 7:24-30; Luk. 7:1-10). Jumlah mereka tidak besar, dan bagaimanapun juga banyak dari mereka mungkin sekali menghadiri upacara-upacara agama di sinagoge, meskipun mereka belum memeluk agama Yahudi. Tetapi tidak lama kemudian, para pengikut Yesus dipaksa untuk mencurahkan perhatian besar terhadap seluruh persoalan hubungan antara orang-orang percaya Yahudi dan bukan-Yahudi. Walaupun mereka tidak menyadarinya, peristiwa-peristiwa pada hari Pentakosta yang direkam pada bagian Kisah Para Rasul merupakan suatu peristiwa yang menentukan dalam kehidupan jemaat

muda usia itu (Kis. 2). Sebab ketika banyak di Petrus berdiri dan menerangkan ajaran Kristen kepada orang kosmolitan, Yerusalem, ia berhadapan dengan sidang pendengar yang terdiri dari "orang-orang Yahudi yang saleh dari segala bangsa di bawah kolong langit" (Kis. 2:5). Tentu saja mereka semua menaruh perhatian terhadap agama Yahudi, kalau tidak mereka tidak akan mengadakan perjalanan ke Yerusalem guna menghadiri perayaan keagamaan. Tetapi tidak semua orang bukan-Yahudi di antara

mereka sudah menjadi penganut penuh agama Yahudi yang menerima seluruh hukum Yahudi - sedangkan mereka yang berasal dari keluarga Yahudi pun diberbagai tempat dari kekaisaran Roma, mempunyai latar belakang dan pandangan yang agak berlainan dengan orang Yahudi yang dilahirkan dan dibesarkan di Palestina sendiri. Mayoritas dari orang banyak yang mendengar khotbah

Petrus pada hari Pentakosta mungkin sekali merupakan orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani, yang telah berziarah ke Yerusalem dalam rangka pesta agama Yahudi yang besar itu. Banyak dari mereka yang baru untuk pertama kalinya mengunjungi Yerusalem. Walaupun tempat tinggal mereka sangat jauh, mereka selalu menggandrungi Yerusalem serta Bait Allah. Yang merupakan tempat suci pusat agama mereka, sama halnya bagi orang Yahudi yang tinggal di Palestina. Petrus dan murid-murid lainnya tidak ragu-ragu bahwa kabar baik tentang Yesus harus disampaikan juga kepada orang-orang tersebut. Memang, banyak persamaan di antara mereka. Para murid sendiri merupakan pendukung setia dari upacara-upacara ibadah di sinagoge. Mereka juga memelihara pesta-pesta agama Yahudi Yang besar, dan kadang-kadang mereka malahan berkhotbah di pelataran Bait Allah (Kis.

3:1-16). Hal ini merupakan sesuatu yang Yesus sendiri tidak dapat lakukan tanpa kekhawatiran akan akibat-akibatnya, dan walaupun Petrus dan Yohanes kemudian ditangkap dan dituduh di hadapan mahkamah agama Yahudi, mereka segera dibebaskan,dan satu-satunya pembatasan yang dikenakan ke atas mereka adalah supaya "sama sekali jangan berbicara atau mengajar lagi dalam nama Yesus" (Kis. 4:18). Terlepas dari iman mereka kepada Yesus yang terasa aneh, tindak-tanduk mereka pada umumnya dapat diterima oleh para penguasa Yahudi.

NamaMata Kuliah : SURVEI PERJANJIAN BARU

Nama Pelajaran : Gereja di Antiokhia

Referensi diambil dari:

Judul Buku : Survei Perjanjian Baru

Pengarang : Merrill C. Tenney

Penerbit : Gandum Mas, Malang, 2000

Halaman : 110 - 116

SEJARAH GEREJA MULA-MULA

GEREJA DI ANTIOKHIA

Kota Antiokhia dibangun oleh Seleukus Nicator dalam tahun 300 Sm. Di bawah pemerintahan raja-raja Seleuk yang pertama ia berkembang dengan pesat. Pada mulanya kota ini sepenuhnya dihuni oleh orang-orang Yunani, namun kemudian orang-orang Siria menetap di luar tembok kota dan akhirnya menyatu dengan kota sejalan dengan perkembangan kota itu. Unsur penduduk yang ketiga adalah orang-orang Yahudi, banyak di antaranya yang merupakan keturunan dari penghuni kota pertama yang didatangkan dari Babilon. Mereka mempunyai hak-hak yang sama dengan orang Yunani dan tetap menjalankan ibadat mereka di sinagoge-sinagoge. Di bawah pemerintahan Romawi, Antiokhia menjadi makmur. Karena merupakan pintu gerbang militer dan perniagaan ke Timur, ia menjadi kota yang terbesar setelah Roma dan Aleksandria. Tahun berdirinya gereja di Antiokhia tidak dinyatakan dengan jelas. Nampaknya ia berdiri tidak lama setelah kematian Stefanus, mungkin sekitar tahun 33 hingga 40. Untuk mendapatkan ukuran dan reputasi yang cukup berarti hingga dapat menarik perhatian gereja di Yerusalem (11:22) tentu dibutuhkan beberapa waktu. Gereja di Yerusalem mengutus Barnabas untuk mengunjungi Antiokhia, di mana ia bekerja entah selama berapa lama, dan kemudian pergi ke Tarsus untuk meminta Paulus agar menjadi pembantunya (11:22-26). Mereka bekerja bersama-sama selama; sekurang-kurangnya satu tahun setelah itu (11:26) sebelum

Agabus meramalkan bahaya kelaparan yang akan menimpa dunia "pada zaman Claudius" (11:28). Makna yang tersirat dalam ayat ini adalah bahwa; ramalan ini diberikan sebelum Claudius naik takhta pada tahun 41, dan bahwa bahaya kelaparan terjadi sesudah itu. Data kronologis lainnya diperoleh dari penyebutan tentang Herodes Agripa I (12:1), yang meninggal dunia pada tahun 44.

Mungkin pelayanan di Antiokhia dimulai sekitar tahun 33 hingga 35. Bila dana bantuan kelaparan dikumpulkan sekitar tahun 44, Barnabas pasti telah mulai menjalin hubungannya dengan Antiokhia sekitar tahun 41, yang berarti bahwa Paulus mulai menjalankan tugasnya di sana pada tahun 42.

Meskipun kronologi ini tidak dapat dikatakan pasti, ia cukup sesuai dengan perkembangan kegiatan Paulus yang diketahui. Bila ia menjadi percaya dalam tahun 31 atau katakanlah 32, dan menghabiskan waktu tiga tahun di kawasan Damsyik (Galatia 1:18), ia akan tiba di Yerusalem sebelum tahun 35. Bila ia menghabiskan waktu selama satu atau dua tahun di Yerusalem sebelum kembali ke Tarsus (Kisah 9:28-30), maka ketika Bamabas datang untuk menyertainya dalam tugas barunya ia tentu sudah berkhotbah selama lima tahun di Tarsus dan Kilikia. Nampaknya ada suatu kesenjangan waktu yang cukup besar di sini, tetapi banyak kesenjangan lain dalam karangan Lukas mengenai perkara yang sama pentingnya hingga keadaan ini tidak menjadi sesuatu yang luar biasa. Gereja di Antiokhia cukup penting, karena ia memiliki beberapa segi yang menonjol. Pertama, ia adalah induk dari gereja bagi bangsa-bangsa lain. Rumah di keluarga Kornelius tidak dapat disebut gereja dalam arti yang sama dengan kelompok umat di Antiokhia, karena ia adalah suatu kelompok keluarga pribadi bukan suatu jemaat umum. Dari gereja Antiokhia berangkatlah misi resmi yang pertama ke dunia yang belum tersentuh Injil. Di Antiokhia dimulailah perdebatan yang pertama tentang status umat

Kristen dari bangsa-bangsa lain. Ia merupakan pusat tempat berkumpulnya para pemimpin gereja. Secara bergantian, Petrus, Barnabas, Titus, Yohanes Markus, Yudas Barsabas, Silas, dan bila naskah Barat benar, penulis dari buku ini sendiri, semuanya dihubungkan dengan gereja di Antiokhia. Patut untuk diperhatikan bahwa dapat dikatakan mereka semuanya terlibat dalam misi kepada bangsa-bangsa lain dan disebut-sebut dalam Surat Kiriman Paulus maupun di dalam Kisah Para Rasul.

Kitab-kitab Injil mungkin berasal dari Antiokhia. Kemungkinan hubungan di antara Markus dan Lukas maupun kenyataan

pertemuan mereka di Roma barangkali dapat menjawab beberapa masalah yang sering diperdebatkan dalam masalah Sinoptis. Ignatius, uskup di Antiokhia pada akhir abad yang pertama, nampaknya nyaris hanya mengutip dari Matius, ketika ia berbicara mengenai Injil, seolah-olah Injil Matius adalah satu-satunya Injil Sinoptis yang diketahuinya. Streeter mempertahankan pendapatnya secara panjang lebar bahwa Injil Matius berasal dari Antiokhia, karena ia digunakan oleh Ignatius dan di dalam

Didakhe (Ajaran Dua Belas Rasul, keduanya menurutnya adalah dokumen-dokumen orang Siria. Bila ketiga Injil Sinoptis menanamkan dasarnya pada suasana yang hidup dalam khotbah lisan gereja di Antiokhia, pelayanan firman mereka kepada dunia dapat dikatakan merupakan warisan dari gereja ini kepada bangsa-bangsa lain yang percaya dari masa yang lalu maupun masa sekarang.

Gereja di Antiokhia juga tersohor karena guru-gurunya. Di antara mereka yang disebut di dalam Kisah Para Rasul 13:1, hanya Barnabas dan Paulus yang baru dikenal dalam beberapa penyebutan belakangan, tetapi pelayanan mereka pasti telah membuat gereja ini terkenal sebagai pusat pengajaran. Jelas sekali bahwa Antiokhia telah mengalahkan Yerusalem sebagai pusat pengajaran

Kristen dan sebagai markas misi penginjilan. Mungkin perkembangan Antiokhia makin dipercepat oleh penindasan Herodes dalam tahun 44. Gereja di Yerusalem selalu dalam keadaan kekurangan dana, karena banyak anggota jemaat yang miskin yang harus selalu ditunjang oleh sumbangan-sumbangan. Bahaya kelaparan itu pasti makin melemahkan mereka, meskipun ada dana sumbangan dari Antiokhia (11:28-30). Penindasan di bawah Herodes mengakibatkan kematian Yakobus, anak Zebedeus (12:2), dan Petrus juga nyaris kehilangan nyawanya (12:17). Kisah selingan dalam 12:1-24 hanya memberikan gambaran sekilas tentang keadaan di Yerusalem, tetapi ia menunjukkan gereja

yang tetap setia bertahan meskipun tekanan begitu berat, yang terus berusaha mempertahankan keberadaannya sampai saat yang terakhir. Fakta yang paling kuat tentang gereja di Antiokhia adalah kesaksian ini. "Di Antiokhialah murid-murid itu untuk pertama kalinya disebut Kristen" (11:26). Sebelum itu orang-orang yang percaya kepada Kristus dianggap sebagai suatu sekte agama Yahudi, tetapi dengan masuknya bangsa-bangsa lain ke dalam kelompok mereka dan dengan makin berkembangnya sistem pengajaran yang sangat berbeda dengan hukum Musa, dunia mulai melihat perbedaan itu dan menyebut mereka dengan julukan yang lebih tepat. "Kristen" berarti "milik Kristus" seperti Herodian berarti "milik Herodes". Mungkin nama ini dimaksudkan sebagai suatu ejekan,

tetapi watak para Rasul dan kesaksian yang mereka sampaikan memberikan arti yang menyanjung.

MISI KEPADA BANGSA-BANGSA LAIN

Pada tahun 46 atau sekitarnya gereja di Antiokhia telah tumbuh menjadi suatu kelompok yang mantap dan aktif. Mereka memperdalam pengetahuannya tentang iman, reputasi mereka sudah tersohor di seluruh kota hingga mereka sudah dianggap sebagai suatu kelas tersendiri sebagai orang-orang Kristen, dan mereka mendukung suatu ekspedisi ke Yerusalem untuk menyampaikan sumbangan bagi mereka yang menderita karena kelaparan. Ketika mereka sedang menjalankan ibadah sebagaimana

biasanya, datanglah panggilan untuk meng-"khususkan Barnabas dan Saulus" (13:2) untuk melakukan suatu tugas khusus. Untuk menaati perintah Roh Kudus, gereja mengkhususkan kedua orang ini untuk menjalankan tugas yang baru dan mengutus mereka untuk menjalankan misinya.

Siprus

Tujuan pertama dari kegiatan mereka adalah Siprus, tempat asal Barnabas (4:36). Mungkin gereja mempunyai beberapa kepentingan di sana, karena "orang Siprus" (11:20) termasuk di antara mereka yang pertama-tama mengabarkan Injil di Antiokhia. Barnabas dan Saulus, disertai Yohanes Markus sebagai pembantu mereka, mengunjungi sinagoge-sinagoge dan memberitakan kabar baru di sana. Ketika berselisih dengan Elimas yang berusaha membelokkan iman gubernur, Paulus tampil ke depan. Karena ia tahu akan ilmu-ilmu setan yang dianut Elimas, Paulus mengecamnya di muka umum, dan mengutuknya. Gubernur terpesona melihat hukuman yang segera jatuh pada Elimas, dan "percaya" (13:12). Tidak ada catatan statistik tentang hasil penginjilan di Siprus, tetapi ada suatu perubahan penting yang terjadi. Dalam Kisah Para Rasul 13:2 kelompok mereka disebut "Barnabas dan Saulus," yang menempatkan Barnabas pada posisi yang lebih menonjol sebagai penginjil yang lebih senior, dan menyebut Paulus dengan nama Yahudinya. Dalam Kisah Para Rasul 13:13 peristilahan

yang dipakai berubah menjadi "Paulus dan kawan-kawannya," dengan menggunakan nama Yunani Paulus. Dari titik inilah di kisah ini Paulus menjadi tokoh yang paling menonjol. Pelayanan di Siprus mengungkapkan bakat kepemimpinan Paulus dan menempatkannya sebagai pemimpin misi dengan suara bulat.

Dalam periode yang sama ada dua peristiwa lain yang terjadi. Paulus meninggalkan Siprus dan pindah ke Asia Kecil, dan Yohanes Markus mengundurkan diri dari kelompok mereka serta kembali ke Yerusalem. Bagi Paulus ini adalah awal dari proyek penginjilan sedunia untuk mewartakan Injil ke wilayah-wilayah yang belum terjamah. Markus nampaknya seolah-olah telah menyimpang secara tidak benar dari suatu program yang sudah ditetapkan. Apakah ia merasa iri hati karena saudaranya, Barnabas, yang didudukkan di tempat kedua, atau ia merasa takut memasuki wilayah yang liar di pedalaman Asia Kecil, atau ia mempunyai perbedaan prinsip dengan Paulus, tidak pernah diceritakan. Yang jelas ia tidak mau melanjutkan perjalanannya lebih lanjut dan kembali pulang.

Antiokhia di Pisidia

Khotbah Paulus di dalam sinagoge di Antiokhia di Pisidia, dikutip secara panjang lebar oleh Lukas (Kisah 13:16-43). Secara umum gaya pidatonya menyerupai gaya Stefanus, karena ia menggunakan cara pendekatan dengan mengulang kembali sejarah hubungan Allah dengan bangsa Israel. Tema utamanya diperkenalkan dalam ayat 23: "dari keturunannyalah sesuai dengan yang telah

dijanjikannya, Allah telah membangkitkan Juruselamat bagi orang Israel, yaitu Yesus . . . " Pengembangan tema ini tidak jauh menyimpang dari khotbah-khotbah apostolik yang telah dikutip dalam pasal-pasal Kisah Para Rasul terdahulu, tetapi ketika Paulus tiba pada puncak pidatonya ia mengemukakan suatu unsur yang baru:

Jadi ketahuilah, hai saudara-saudara, oleh karena Dialah maka diberitakan kepada kamu pengampunan dosa. Dan di dalam Dialah setiap orang yang percaya memperoleh pembebasan dari segala dosa, yang tidak dapat kamu peroleh dari hukum Musa (Kisah 13:38-39). Meskipun Petrus telah memaklumkan kebangkitan dan pengampunan dari dosa melalui Kristus (2:32, 36, 38; 3:15, 19; 5:30-31; 10:40, 43), baru pertama kali itulah ada orang mengatakan dengan jelas bahwa setiap orang dapat dibenarkan di hadapan Allah hanya karena iman. Dibenarkan berarti dinyatakan benar, atau secara hukum dianggap benar. Jaminan akan keselamatan dapat diperoleh hanya dengan iman kepada . Allah, berarti hukum Taurat akan kehilangan artinya dan menjadi sia-sia. Ini adalah suatu terobosan yang baru dan berani dalam kebenaran tentang Kristus. Akibat dari pernyataan ini timbul dua macam reaksi. Di satu pihak ada tanggapan luar biasa atas pidato Paulus, karena "pada hari

Sabat berikutnya datanglah hampir seluruh kota itu berkumpul untuk mendengar firman Allah" (13:44). Di lain pihak, orang-orang Yahudi yang menentang mereka penuh dengan perasaan dengki hingga merasa iri hati dan memfitnah (13:45). Akhirnya Paulus menyatakan bahwa ia akan berpaling kepada bangsa-bangsa lain, yang sebagian daripadanya sudah menjadi percaya (13:48). Maka

gereja yang baru di Antiokhia di Pisidia tidak berpusat pada orang-orang Yahudi melainkan pada orang-orang bukan Yahudi.

Ikonium, Listra, dan Derbe

Keadaan yang sama terjadi di kota Ikonium, yang terletak agak ke sebelah tenggara dari Antiokhia. Jemaat Kristen yang subur dibangun di dalam sinagoge, tetapi pertentangan pendapat begitu hebat hingga para pengkhotbah diusir dari kota dan bersembunyi di kota-kota sekitarnya, yaitu Listra dan Derbe. Di Listra Paulus menghadiri orang-orang yang memuja berhala. Imam dewa Zeus yang datang dari luar kota (14:13), ketika melihat bagaimana Paulus menyembuhkan orang lumpuh mengira bahwa Paulus dan Barnabas adalah dewa-dewa yang turun ke bumi, dan mencoba untuk mempersembahkan kurban bagi mereka. Protes keras Paulus terhadap kesalahan ini, menimbulkan

gagasan baru bagi metode pendekatannya ke dalam alam pemikiran kafir, yang buta terhadap Perjanjian Lama. Ia dan Barnabas berbicara tentang Allah yang esa yang memberikan "hujan dari langit dan ... musim-musim subur" (14:17), suatu titik pertemuan yang dapat diterima oleh para petani sederhana di kawasan itu apakah mereka mempunyai pengetahuan formal tentang teologi atau

tidak. Pelayanan mereka di Listra terputus oleh serangan mendadak dari orang-orang Yahudi yang memusuhi mereka dari Antiokhia di Pisidia dan Ikonium, yang membujuk orang-orang yang kurang berpengetahuan dan mudah terpengaruh itu bahwa Paulus adalah seorang tukang propaganda yang berbahaya. Ia dilempari batu dan diseret ke luar kota seperti orang mati, tetapi ia sadar kembali

lalu meninggalkan kota itu menuju ke Derbe untuk mengajar di sana. Setelah menghimpun sejumlah orang percaya di kota itu, Paulus dan Barnabas menoleh kembali kepada jejak-jejak yang mereka tinggalkan, untuk memperkokoh dan membenahi gerejagereja yang telah mereka bangun. Mereka kembali ke Antiokhia Siria untuk melaporkan apa-apa yang telah diperbuat Allah bersama mereka, dan menunjukkan bagaimana " . . . ia telah membuka pintu bagi bangsa-bangsa lain kepada iman" (14:27).

Tidaklah berlebih-lebihan bila dikatakan bahwa laporan perjalanan ini sangat penting. Hal ini membawa Paulus ke garis depan sebagai seorang pemimpin gereja, dan menyejajarkannya dengan para rasul (band. Galatia 2:7-9). Ia juga memberikan andil bagi pendidikan Yohanes Markus, meskipun nampaknya ia sudah membuat suatu kegagalan besar. Hubungan awal dengan Timotius

mungkin terjadi selama perjalanan ini, karena Paulus berbicara tentang pengalamannya di kawasan ini ketika ia menulis kepada Timotius bertahun-tahun sesudahnya (2Timotius 3:11). Di atas segalanya, ia menandai suatu tolok ukur baru di dalam pemikiran teologis gereja, karena dari peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam perjalanan ini lahirlah ajaran Paulus tentang pembenaran karena iman.