Wednesday, June 13, 2007

SOTERIOLOGI

Soteriologi

PENDAHULUAN

Apakah arti soteriologi itu?
Kata soteriologi dari dua kata Yunani yaitu: Soteria dan logos. Soteria berarti keselamatan dan logos berarti perkataan, firman atau kalam Jadi secara singkat istilah ini berarti kata-kata mengenai keselamatan.
Pertanyaan kita selanjutnya adalah: Kalau kata soteriologi adalah kata-kata, ajaran atau doktrin tentang keselamatan, timbul pertanyaan :’keselamatan apa?’ Ada keselamatan lalu lintas, ada keselamatan melahirkan, keselamatan jalan kaki (slamet gua ngga nginjak gituan) dan lain-lain sebagainya.
Untuk menjawab pertanyaan ini kita perlu bertanya pada Alkitab terlebih dahulu.

KESELAMATAN DI DALAM ALKITAB

Perjanjian Lama
Dalam PL kata keselamatan berasal dari bahasa Ibrani ‘yasha’ (nama Yosua (ibrani) dan Yesus (Aram) = penyelamat
Yasha mempunyai arti: lebar, leluasa, kebebasan dari tekanan, pembebasan.
Sepanjang PL kata ini dipergunakan dalam banyak arti.
1. kita temukan bahwa kata ini dipakai dalam arti keselamatan dari bahaya-bahaya atau penderitaan, jajahan dan tekanan secara hurufia/sesungguhnya.
Contoh:
a. Kel.14:13 Tetapi berkatalah Musa kepada bangsa itu: "Janganlah takut, berdirilah tetap dan lihatlah keselamatan dari TUHAN, yang akan diberikan-Nya hari ini kepadamu; sebab orang Mesir yang kamu lihat hari ini, tidak akan kamu lihat lagi untuk selama-lamanya.
a.dalam tiga contoh ayat ini kata ‘yasha’/keselamatan dipakai dalam arti selamat dari penjajahan Mesir.
Kel. 14:30 Demikianlah pada hari itu TUHAN menyelamatkan orang Israel dari tangan orang Mesir. Dan orang Israel melihat orang Mesir mati terhantar di pantai laut.
Kel. 15:2 TUHAN itu kekuatanku dan mazmurku, Ia telah menjadi keselamatanku. Ia Allahku, kupuji Dia, Ia Allah bapaku, kuluhurkan Dia.
b. Ul. 20:4 sebab TUHAN, Allahmu, Dialah yang berjalan menyertai kamu untuk berperang bagimu melawan musuhmu, dengan maksud memberikan kemenangan kepadamu. Kesealamatan dari kekalahan
c. Hak.3:31 Sesudah dia, bangkitlah Samgar bin Anat; ia menewaskan orang Filistin dengan tongkat penghalau lembu, enam ratus orang banyaknya. Demikianlah ia juga menyelamatkan orang Israel. Keselamatan dari tindasan
d. Maz. 34:6 Tujukanlah pandanganmu kepada-Nya, maka mukamu akan berseri-seri, dan tidak akan malu tersipu-sipu. Keselamatan dari kesesakan
e. Maz.106:10 Demikian diselamatkan-Nya mereka dari tangan pembenci, ditebus-Nya mereka dari tangan musuh; Keselamatan dari tangan musuh
f. Yes. 46:13 Keselamatan yang dari pada-Ku tidak jauh lagi, sebab Aku telah mendekatkannya dan kelepasan yang Kuberikan tidak bertangguh lagi; Aku akan memberikan kelepasan di Sion dan keagungan-Ku kepada Israel." Keselamatan dari pembuangan dari Babel.
2. Kita mendapatkan bahwa kata ini dipakai dalam bentuk kiasan
Contoh: Hos.1:7 Tetapi Aku akan menyayangi kaum Yehuda dan menyelamatkan mereka demi TUHAN, Allah mereka. Aku akan menyelamatkan mereka bukan dengan panah atau pedang, dengan alat perang atau dengan kuda dan orang-orang berkuda." Keselamatan dari kerusakan moral.
3. Kata ini dipakai dalam arti atau sebagai berkat umum bagi umat Allah
Contoh: Maz.28:9 Selamatkanlah kiranya umat-Mu dan berkatilah milik-Mu sendiri, gembalakanlah mereka dan dukunglah mereka untuk selama-lamanya.
Berkat inilah yang menjadi inti kesaksian PL.

Yudaisme
Di dalam Yudaisme (agama orang Yahudi) keselamatan bagi mereka diartikan sebagai yang kelak akan dikaryakan oleh Mesias jika Ia datang nanti. Keselamatan ini meliputi keselamatan politik , bangsa dan agama.
Pengharapan ini dilatarbelakangi oleh keadaan orang Yahudi pada waktu itu (dan pada masa PB) yang menjadi jajahan Romawi, sehingga mereka sangat mengharapkan pembebasan dari tindasan penjajah itu secara fisik.

Perjanjian Baru
Arti-arti di atas juga masih kita jumpai di dalam Perjanjian Baru
1. Keselamatan dari macam-macam bahaya atau tekanan, atau kesulitan
Contoh: Kis.7:25 Pada sangkanya saudara-saudaranya akan mengerti, bahwa Allah memakai dia untuk menyelamatkan mereka, tetapi mereka tidak mengerti. Selamat dari aniaya orang Mesir.; Kis.27:31 Karena itu Paulus berkata kepada perwira dan prajurit-prajuritnya: "Jika mereka tidak tinggal di kapal, kamu tidak mungkin selamat." Selamat dari bahaya kapal kandas; Ibr.11:7 Karena iman, maka Nuh -- dengan petunjuk Allah tentang sesuatu yang belum kelihatan -- dengan taat mempersiapkan bahtera untuk menyelamatkan keluarganya; dan karena iman itu ia menghukum dunia, dan ia ditentukan untuk menerima kebenaran, sesuai dengan imannya. Selamat dari air bah
2. Keselamatan dalam arti medis atau kesehatan
Contoh: Mark. 5:34 Maka kata-Nya kepada perempuan itu: "Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau. Pergilah dengan selamat dan sembuhlah dari penyakitmu!" Keselamatan dari penyakit.; Yak. 5:15 Dan doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang sakit itu dan Tuhan akan membangunkan dia; dan jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya itu akan diampuni. (Tuhan Yesus sendiri pernah menunjuk diriNya tabib (Mark.2:17).
3. Namun di atas semuanya kata keselamatan (Ibr. ‘Yasha’, Yunani ‘soteria’) paling sering digunakan untuk pembebasan atau penjagaan dari seluruh bahaya-bahaya rohanian atau berkat-berkat rohani.
Contoh:
II Kor.7:10 Sebab dukacita menurut kehendak Allah menghasilkan pertobatan yang membawa keselamatan dan yang tidak akan disesalkan, tetapi dukacita yang dari dunia ini menghasilkan kematian. Keselamatan sebagai ganti kebinasaan.;
I Tes. 5:9 Karena Allah tidak menetapkan kita untuk ditimpa murka, tetapi untuk beroleh keselamatan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita,;
Tit.2:11 Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata. Keselamatan karena kasih karunia;
Ibr. 5:9 dan sesudah Ia mencapai kesempurnaan-Nya, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya. Keselamatan yang abadi/kekal.
Kis. 4:12 Dan keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan." Keselamatan yang berasal hanya dari Kristus. Luk.19:10 Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang."
Ef. 2:8 Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, Keselamatan yang diterima dengan iman.
Kis. 16:30 Ia mengantar mereka ke luar, sambil berkata: "Tuan-tuan, apakah yang harus aku perbuat, supaya aku selamat?" Mengaku percaya dan bertobat.
Secara singkat ayat-ayat ini bisa kita definisikan secara teologis apa itu keselamatan, yaitu karya anugerah Allah yang melaluinya Ia membebaskan orang-orang berdosa, yang beriman dan percaya pada Injil, dari dosa dan akibatnya; membawa mereka masuk dalam hubungan yang baru dan benar dengan diriNya; serta menganugerahkan kepada mereka kekayaan kasih dan anugerahNya.

TUGAS SOTERIOLOGI
Berdasarkan pembahasan kita maka jelaslah yang kita maksudkan dengan keselamatan yang dipelajari dalam soteriologi adalah keselamatan pada point 3 di atas.
Jika kita melihat pada uraian kita tadi tampak pada kita bahwa keselamatan itu mempunyai banyak unsur, misalnya (Yesus mati bagi kita), komponen (Pertobatan, iman, dll), jaminan (keselamatan itu kekal), fungsi (membebaskan kita dari dosa dan murka Allah) dan mempunya tuntutan (memegang dan bertumbuh), dst.
Semuanya itu membutuhkan pemahaman, penganalisaan, dan pensistematisan sehingga dengan demikian kita mengerti makna keselamatan itu bagi iman Kristen kita.
Inilah yang dikerjakan oleh soteriologi. Dengan kata lain, soteriologi itu menganalisa, menggali, mensistematiskan seluruh ajaran keselamatan yang telah diwahyukan dalam Alkitab dan menemukan maknanya bagi kehidupan kekristenan kita.

ASPEK-ASPEK KESELAMATAN
Jika kita melihat keselamatan dari segi waktu, maka kita dapatkan bahwa keselamatan itu mempunyai fase yang berbeda-beda.
1. Masa lampau (II Tim.1:9 → Dialah yang menyelamatkan kita dan memanggil kita dengan panggilan kudus, bukan berdasarkan perbuatan kita, melainkan berdasarkan maksud dan kasih karunia-Nya sendiri, yang telah dikaruniakan kepada kita dalam Kristus Yesus sebelum permulaan zaman)
Pada saat kita menerima Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat kita, maka kita dilepaskan Allah dari dosa dan akibatnya satu kali untuk selamanya (Rom.5:9, Ef.1:7). Kita menerima pembenaran Allah dan masuk ke dalam hubungan baru serta diberi hak menjadi anak Allah (Rom.8:24, Ef.2:5, Tit.3:5-8).
2. Masa kini/sekarang (Yak.1:21 → Sebab itu buanglah segala sesuatu yang kotor dan kejahatan yang begitu banyak itu dan terimalah dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu).
Sekarang kita dapat mengalami kuasa kelepasan dari kuasa dosa, pencobaan Iblis dan daya tarik dunia (Gal.5:16, Yak.4:7, Yak.1:27). Dan kita secara terus menerus dikuduskan, bertumbuh dalam segala yang baik, bertumbuh semakin serupa dengan Kristus. Bahkan kita sudah boleh merasakan berkat-berkat, karunia-karunia dari sorga (Ibr.6:3-5). Semua itu karena kita telah ada dalam kerajaan sorga.
3. Masa yang akan datang (Rom.13:11 → Hal ini harus kamu lakukan, karena kamu mengetahui keadaan waktu sekarang, yaitu bahwa saatnya telah tiba bagi kamu untuk bangun dari tidur. Sebab sekarang keselamatan sudah lebih dekat bagi kita dari pada waktu kita menjadi percaya)
Pada masa yang akan datang kita menerima penebusan tubuh kita, menerima kesempurnaan dan kemuliaan (Flp.3:20-21), yaitu pada saat Kristus datang kembali (Gal.1:4)

MANUSIA MUTLAK MEMBUTUHKAN KESELAMATAN
Kita sudah membicarakan apakah itu soteriologi, pentingnya belajar doktrin ini serta aspek-aspeknya dalam keselamatan. Sekarang kita membicarakan bahwa keselamatan itu merupakan kebutuhan yang mutlak.
Umumnya kita mendengar baik dari mimbar-mimbar gereja maupun dari pembicaraan sehari-hari bahwa setiap manusia membutuhkan keselamatan. Tetapi kenyataan kita lihat bahwa manusia cenderung mengabaikan hal-hal rohani dan cenderung lebih memikirkan hal-hal yang materi dan kesenangan daging, lebih sengan mencari duit dari pada Tuhan, lebih suka makan rujak dari pada baca Alkitab.
Dengan kenyataan demikian dapatlah kita katakan bahwa kebutuhan mutlak akan keselamatan itu justru ditandai ketidakperdulian dari manusia. Kenapa demikian? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita harus menelusuri dari awal sejarah manusia dari Adam dan Hawa.
Dalam Kejadian 1 dan 2 kita membaca bahwa manusia diciptakan dengan baik oleh Allah. Keadaannya suci, tanpa dosa dan bebas. Namun keberadaan dan kedudukan manusia seperti itu, bukanlah keberadaan dan kedudukan terakhir (ultimate) melainkan suatu keberadaan yang dapat berubah, dan hal itu dapat didasarkan kepada kehendak bebas manusia itu sendiri, taat atau tidak taat. Sampai pada Kejadian 3 kita dapatkan bahwa manusia memilih untuk tidak taat dan melanggar perintah Allah. Akibatnya manusia yang dapat berubah itu, berubah menjadi buruk. Dari suci menjadi najis, dari yang tidak berdosa menjadi pendosa bahkan menjadi budak dosa (Rom. 7:22-23, Rom. 3:9 band. Maz. 14:1-3).
Proses di atas bisa kita simpulkan sebagai berikut :
a. Manusia diciptakan dalam keadaan suci, tetapi dia ada di tengah-tengah antara yang baik dan yang jahat. Kita diagramkan sebagai berikut:








b. Manusia yang suci, tanpa dosa dan bebas memilih yang jahat, dan memilih tidak taat kepada perintah Allah. Berarti manusia meninggalkan kedudukannya yang suci, tanpa dosa dan bebas dan masuk ke dalam kedududkan yang najis dan menjadi pendosa. Kita lihat diagramkan sebagai berikut.












Setelah proses di atas terjadi, maka Adam dan Hawa memiliki keberadaan yang telah berubah dari semula, yaitu dari yang suci menjadi najisn, dari bebas menjadi tawanan dosa. Paulus menyatakan dalam Rom.5:12 → Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa.
Alkitab memberikan rincian dengan jelas bagaimana kedudukan manusia atau keberadaan manusia yang sudah berubah itu.
Semua orang dilahirkan sebagai pendosa (Rom.5:19 → Jadi sama seperti oleh ketidaktaatan satu orang semua orang telah menjadi orang berdosa, demikian pula oleh ketaatan satu orang semua orang menjadi orang benar)
Semua orang adalah budak dosa (Yoh.8:34→Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa.; Rom.3:9→ Jadi bagaimana? Adakah kita mempunyai kelebihan dari pada orang lain? Sama sekali tidak. Sebab di atas telah kita tuduh baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, bahwa mereka semua ada di bawah kuasa dosa,; 6:16-17), setan (Kis.26:18; Kol.1:3; I Yoh 5:19). Hidup manusia sepenuhnya dikuasai oleh penguasa yang jahat (Ef. 2:1-3 → Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu. Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka. Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain.)
Semua orang mati secara rohani dihadapan Allah (Ef.2:12:1→ Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu.; 4:18; Rom.1:21-23; 3:11; I Kor.2:9,14). Dipihak lain manusia hidup terhadap dosa, setan dan dunia (Ef.2:2-3).
Semua manusia terhilang dari hadapan Allah (Luk.19:10; Rom.3:9-18; II Kor.4:3). Ini berarti manusia tidak lagi seperti sebagaimana ia diciptakan.
Semua orang berdosa melalui perbuatannya (Ef.2:3; Rom.1:21-23). Butir ini membutuhkan penjelasan yang lebih terperinci.
Seperti yang sudah kita bahas bahwa manusia adalah pendosa adanya, maka dari segi keberadaannya itu (butir 1-5) terlahirlah perbuatan-perbuatan dosa. Sama seperti pohon apel membuahkan apel, demikianlah manusia sebagai pohon dosa menghasilkan buah dosa. Manusia dalam keberadaannya sebagai pendosa akan selalu membuahkan dosa.
Semua orang berhutang kepada Allah atas dosa-dosanya (Kej.2:17; Yez.18:4; Rom.6:23).
Semua manusia ada di bawah kutuk dan hukuman Allah (Yoh.3:18). Butir 1-7 di atas mengantar manusia pada kondisi bersalah dan dimurkai oleh Allah sehingga manusia harus dihukum di api neraka. Jika kita amati alasan hukuman itu, maka kita temukan (berdasarkan butir 1-7):
a. Manusia harus dihukum harus dihukum karena keberadaan atau kondisinya (butir 1-5; Rom.5:18).
b. Manusia harus dihukum karena perbuatan dosanya sendiri (Rom.3:9-19). Penghakiman yang datang itu berkenaan dengan tanggungjawab manusia akan hidupnya serta berkenaan dengan hukuman apa yang akan diterimanya (Why.20:11:15; Rom.5:18).




Manusia tidak berdaya untuk memperbaiki kondisinya atau memenuhi kebutuhan rohaninya sendiri (Rom.5:6). Manusia membutuhkan penyelamat : Yesus Kristus.












Setelah mengikuti penjelasan yang cukup panjang lebar, maka kita dapat mejawab pertanyaan berikut ini: “mengapa manusia yang membutuhkan keselamatan itu justru tidak merasa kebutuhannya yang sangat pokok?” Semua ini dikarenakan manusia sudah mati rohani, pendosa dan terhilang dari hadapan Allah. Itulah sebabnya pula mengapa seseorang sebelum diselamatkan, ia harus disadarkan dulu (dengan pertolongan Roh Kudus) akan kebutuhan rohaninya di hadapan Allah (band. Yoh.4:15-19; 6:34-36).
Sementara manusia mungkin merasakan kebutuhan-kebutuhan lain yang lebih mendesak seperti kebutuhan-kebutuhan materi yang menjadikan manusia itu tidak tertarik memikirkan kebutuhan yang utama yaitu keselamatan. Kebutuhan yang utama yaitu keselamatan hanya dapat diberikan oleh Tuhan Yesus.
Hanya pada saat manusia diterangi akan dosanya berdasarkan kuasa Allah sendiri, barulah ia dapat melihat Tuhan Yesus sebagai pemenuh kebutuhannya itu. Dan setelah itu barulah ia dapat melihat juga bahwa Tuhan Yesus bukan hanya memenuhi kebutuhan pokoknya akan kelepasan dari dosa, tetapi sebagai pemenuh kebutuhan-kebutuhannya yang lain.

MANFAAT KESELAMATAN
Di atas telah dibahas bagaimana kondisi semua manusia yang berada di luar keselamatan. Pembahasan tersebut beserta dengan amanat agung Tuhan Yesus kepada kita, membuat kita seharusnya bukan saja taat tapi berbeban untuk menginjili mereka (Luk.24:47). Sekarang kita coba membahas manfaat yang diperoleh seseorang dari keselamatan.
1. Perubahan kondisi orang berdosa menjadi orang kudus (I Kor.1:2; 6:9-11).
Ia tidak lagi dikategorikan sebagai pendosa meskipun ia masih berdosa dalam perbuatannya. Ia dikuduskan bagi Kristus dan ia kudus adanya.
2. Ia bukan lagi budak dosa, setan dan dunia, tetapi hamba Yesus Kristus dan kebenaran (Rom.6:16-18). Kewajibannya adalah hidup bagi Kristus dan melakukan kehendaknya.
3. Ia tidak lagi mati rohani terhadap Allah, tetapi ia hidup. Ia sekarang menjadi anggota rumah tangga Allah dan warga kerajaanNya (Yoh.1:12).
4. Ia tidak lagi terhilang dari hadapan Allah karena ia adalah ciptaan baru dalam Kristus (II Kor.5:17; Ef.2:10; Ef.4:24).
5. Ia tidak lagi hidup dengan perbuatan-perbuatan dosa, tetapi berbuat baik (Ef.2:10; I Yoh.3:9).
6. Ia tidak lagi berhutang kepada Allah tentang dosa-dosanya karena ia telah menerima pengampunan (Ef.1:7; Kol.2:13). Hutangnya sudah terlunasi untuk selamanya.
7. Ia tidak lagi dibawah kutuk dan hukuman Allah, tetapi telah dibenarkan (Rom.5:1,9,18). Ia dibebaskan dari hukuman dan dinyatakan benar oleh Allah (Rom.8:1; II Kor.5:21).
8. Ia tidak lagi tidak berdaya, tetapi mempunyai Roh Kudus yang memberinya kekuatan untuk menjadi dan melakukan semua yang Allah tuntut darinya (Yoh.14:16-17; Flp.4:13; II Pet.1:3).

Betapa kita yang telah menerima keselamatan itu harus mengucap syukur kepada Allah karena perubahan yang ajaib yang diperbuatnya pada kita. Perubahan itu dinyatakan oleh semua orang yang berjalan dalam ketaatan kepada Allah.



JALAN-JALAN SALAH MENUJU KESELAMATAN

Dalam Kejadian 3 kelihatan jelas bahwa perbuatan (melanggar hukum Allah) lah yang menghantar Adam dari keberadaannya yang baik kepada keberadaannya yang buruk, najis dan pendosa.













Adam sendiri sadar bahwa perbuatan pelanggarannya itulah yang telah membawanya kepada ketelanjangan, malu dan putus hubungan dengan Tuhan. Kesadaran ini membawanya untuk berpikir bahwa masalah besar yang dihadapinya itu semata-mata hanya karena ia telah mencoba menyelesaikan masalah tersebut dengan perbuatan lain yang menurutnya akan dapat menolong dari ketelanjangan menjadi tidak telanjang, dari malu menjadi tidak malu, dari putus hubungan dengan Allah menjadi tersambung. perbuatan ini dicantumkan dalam Kejadian 3:7 (“menyemat pohon ara dan membuat cawat”).
Konsep dosa adalah perbuatan dan dapat diselesaikan dengan perbuatan. Konsep inilah yang kemudian kita lihat dalam ajaran-ajaran non Kristen, seperti berikut:
1. Islam
Dalam agama Islam kita mendapatkan bahwa keselamatan atau hidup yang dapat diperkenankan allah, jika kita dengan tekun menjalankan 5 jalan perbuatan yang diwajibkan:
a. Melakukan sunat
b. Melakukan sholat 5 waktu
c. Melakukan amal
d. Melakukan perjalanan naik haji
e. Melakukan puasa
2. Budha
Dalam agama Budha kita mendapatkan bahwa Nirwana dicapai dengan 8 jalan perbuatan:
a. Pandangan yang benar
b. Niat yang benar
c. Bicara yang benar
d. Perilaku yang benar
e. Penghidupan yang benar
f. Usaha yang benar
g. Ingatan yang benar
h. Pemusatan pikiran yang benar
3. Konfusius
Dalam ajaran Konfusius ajaran perbuatan sangat menonjol. Karena memang ajaran ini sangat bersifat etis. Manusia harus begini dan begitu supaya hidupnya selaras dengan jalannya alam semesta.

Catatan:
Ada sebagian orang yang tidak mengambil jalan yang disodorkan oleh agama-agama non Kristen. Tetapi mengambil perbuatan-perbuatan kekristenan (perpuluhan, baptisan, mengajar sekolah minggu, ke gereja, menjadi majelis gereja, ikut paduan suara dsb.) Dan mereka dengan giat melakukan perbuatan-perbuatan itu dengan harapan mereka akan diterima oleh Allah.
Demikian kita melihat bahwa konsep dosa sebagai perbuatan dan bisa diselesaikan dengan perbuatan pula telah sangat merembes dalam pikiran agama manusia. Pikiran ini telah membawa manusia pada jalan-jalan yang salah menuju keselamatan. Mengapa demikian? Mari kita coba menelaah hal itu.
· Dosa semata-mata hanyalah masalah perbuatan pada saat Adam yang belum berdosa kemudia pelanggaran diperbuatnya, maka kita mendapatkan Adam sudah berubah menjadi pendosa adanya. Dan sebagai pendosa ia cenderung membuahkan perbuatan dosa (pohon apel membuahkan apel, pohon dosa membuahkan dosa dan manusia pendosa menghasilkan dosa). Jadi setelah Adam jatuh ke dalam dosa bukan lagi masalah perbuatan tetapi keberadaan. Dan keberadaan itu diterima oleh semua manusia.
· Karena dosa adalah masalah keberadaan manusia, maka tidak dapat diselesaikan dengan perbuatan. Tetapi harus melalui penciptaan baru keberadaan manusia itu dapat diubah. “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang. (II Kor. 5:17). Keberadaan manusia telah menjadi pohon dosa, yang selalu membuahkan dosa dalam hidupnya. Harus dimatikan pohon dosa tersebut dan diciptakan yang baru supaya menghasilkan buah yang baru dan bukan dosa.

PENYEDIAAN KESELAMATAN
Manusia tidak dapat dengan usaha perbuatan baiknya melepaskan dirinya dari belenggu dosa dan murka Allah. Untuk itu Allah sendiri dengan kasih karuniaNya menganugerahkan keselamatan dalam Yesus Kristus (Mat.1:21; Yoh.14:6; Kis.4:12; I Yoh.4:9-10). Untuk lebih mengerti penyediaan keselamatan melalui Kristus ini, marilah kita perhatikan masalah dibawah ini.
- Allah maha kudus dan adil
- Kekudusan Allah membenci dosa.
- Manusia berdosa adanya maka ia berada di bawah murka dan hukuman Allah.
- Allah adalah kasih
- Kasih Allah tidak memandang obyek
- Kasih Allah menerima manusia yang berdosa
Dari dua sifat Allah di atas nampak bertentangan, dari kekudusan dan keadilan, Allah tidak dapat menerima manusia, tetapi dari kasihNya Ia menerima manusia bagaimanapun adanya manusia itu.
Bagaimana hal ini mungkin? Karena sifat Allah yang satu tidak dapat digugurkan sifatNya yang lain. Allah setia pada diri dan sifatNya. Kekudusan tidak dapat mengesampingkan kasih, demikian juga sebaliknya. Bagaimanakah Allah dapat memenuhi tuntutan dari sifat-sifatNya sendiri? Bagaimana Allah yang adil dan kudus itu menghukum dan sekaligus menerima manusia berdosa? Kasih dan kebijaksanaan Allah menemukan jalannya. Oleh karena begitu besar kasih Allah sehingga Ia mengaruniakan AnakNya Yesus Kristus untuk menerima hukuman atas nama manusia (Rom.9:15; Ef.2:4-5; Yoh.3:16; I Kor.1:21; I Yoh.4:9; Yes.53:10; Yoh.1:29). Dan Yesus Kristus dengan rela memberikan hidupNya untuk pekerjaan penebusan hutang dosa manusia (Mat.10:28; I Kor.15:3-4; I Pet.2:24; Rom.5:8; Ibr.9:26).
Demikianlah kita melihat bahwa untuk pekerjaan penebusan, Kristus yang tidak berdosa dan dibuat menjadi dosa untuk menanggung hukuman dosa (II Kor.5:21). Melalui karya Kristus tuntutan kekudusan dan keadilan Allah terpenuhi. Melalui karya Kristus itu pula dinyatakan kedaulatan dan keadilan Allah menyelamatkan orang percaya (Yoh.3:16,18,36; Rom.3:21-26). Rasul Paulus menyebut seluruh karya Kristus ini sebagai “SALIB”, dan pemberitaan Injil disebutnya sebagai “PEMBERITAAN TENTANG SALIB” (I Kor.1:18,22-23; 2:1-2).













APLIKASI KESELAMATAN
Allah sudah menyediakan keselamatan di dalam Kristus. Pertanyaan kita selanjutnya adalah kepada siapakah keselamatan itu diberikan? Kepada semua orangkah atau kepada sebagian orang yaitu orang-orang pilihan Allah? Dan bagaimana prosedurnya hingga keselamatan itu sampai kepada orang yang diperuntukkan menerimanya?.
Keselamatan hanya untuk kaum pilihan.
Pada umumnya kita berpikir bahwa keselamatan itu diterima orang tergantung pada kehendak bebas seseorang untuk menerima atau menolak Injil. Betulkah demikian?
Seseorang dikatakan menolak atau menerima Injil berarti orang itu sudah pernah mendengar Injil. Tetapi pada kenyataannya tidak semua orang pernah mendengar Injil atau tidak semua orang mendapat kesempatan untuk mendengan Injil, ada yang berkali-kali tetapi ada yang sama sekali tidak pernah mendengar. Bagaimana kita dapat berkata bahwa seseorang menolak Injil padahal tidak pernah mendengar Injil?. Karena itu mereka yang tidak mendengar Injil itu tidak diselamatkan, sehingga kita tidak bisa mengatakan menolak Injil karena mereka belum mendengartkan.
Ada orang yang berpendapat bahwa tanpa mendengarkan Injil ia dapat diselamatkan berdasarkan tuntunan hati nuraninya. Jika manusia dapat diselamatkan berdasarkan tuntunan hati nurani, maka Kristus tidak perlu berinkarnasi karena manusia sudah mempunyai hati nurani sebelum Kristus datang dan menjadi manusia yang dilahirkan oleh seorang perawan Maria, mati di kayu salib dan bangkit pada hari yang ketiga. Karena itu alasan yang mengatakan bahwa seseorang tidak diselamatkan karena menolak Injil tidak dapat diterima.
Karena ada orang yang belum pernah mendengar Injil maka muncullah jawaban kedua bahwa penyebabnya orang tidak diselamatkan adalah belum mendengar Injil. Ada bermacam-macam alasan antara lain : Orang Kristen malas PI, Injil belum sampai karena tempatnya terpencil atau situasi politik tidak memungkinkan dll.
Jika jawaban kita sama seperti di atas, maka akan timbul pertanyaan: apakah Allah yang Mahakuasa itu tidak berkuasa menggerakkan hati orang Kristen yang malas, mengubah situasi politik atau membuka tempat terpencil itu? Memang Tuhan berkuasa, tetapi mengapa Tuhan tidak melakukan itu? Itu semua dikarenakan kedaulatan Allah. Dengan demikian seseorang tidak diselamatkan bukan karena belum mendengar Injil, sebab Tuhan sanggup mengutus orang yang menjadi utusanNya dan mengubah keadaan sehingga Injil bisa didengar, tetapi jika itu tidak dilakukan, adalah semata-mata kehendak Allah dalam kedaulatanNya. Maka keluarlah jawaban ketiga, seseorang selamat atau tidak adalah total kedaulatan Allah.
Allah tidak memberikan kesempatan yang sama bagi semua orang untuk mendengar Injil. Itu sebabnya ada orang yang mendengar Injil berkali-kali tetapi ada pula yang tidak pernah sama sekali. Mendengar Injil tidaklah sama dengan menerima Injil. Orang mendengar belum tentu ia mernerima. Jika seseorang diberi kesempatan untuk mendengar dan menerima, maka itu diberikan Allah kepadanya berdasarkan kedaulatannya. Semua itu adalah anugerah Allah semata-mata, di luar kelayakan manusia untuk menerimanya. Jika demikian halnya, maka yang menerima tidak patut bermegah diri dan yang tidak menerima tidak patut mencela Allah karena ia memang tidak layak menerimanya.
Manusia tidak berhak mencela Allah karena Allah berdaulat mutlak dalam hal memberikan sesuatu (dalam hal ini keselamatan) kepada siapa Ia mau memberikannya. Rasul Paulus menuliskan surat kepada jemaat di Roma, “Aku akan menaruh belaskasihan kepada siapa Aku mau bermurah hati” (Rom.9:15).
Dalam hal anugerah Allah tidak ada sangkut pautnya dengan keadilan Allah. Jika ada yang diberi dan ada yang tidak, tak dapat kita mengatakan bahwa Allah tidak adil. Menurut keadilan Allah semua manusia harus dihukum karena dosa-dosanya. Jika dari tengah-tengah manusia yang terhukum Allah memberi kesempatan kepada orang-orang yang ditentukan dalam kedaulatannya, maka itu adalah anugerah dan mereka yang tidak diberi anugerah itu dengan sendirinya akan binasa.
Proses keselamatan dari pemilihan sampai penerimaan keselamatan yang disediakan Allah bagi umat pilihanNya, mempunyai prosedur kerja yang jelas mulai dari Allah memilih sampai pada manusia pilihan menerimanya.
Pekerjaan Allah dalam memberikan keselamatan dan memilih sebelum dunia dijadikan.
Allah yang memilih (Mat.7:23; 22:14; 24:22,24; Mark.13:20,22,27; Luk.18:7; Kis.9:15; 22:14; 26:16; Rom.8:33; 9:11; 11:5, 7, 28; 16:13; Ef.1:4; Kol.3:12; I Tes.1:4; II Tes 2:13; II Tim.2:10; I Pet.1:2; 2:4, 6; I Pet.1:10; Why.17:24).
1. Di dalam Alkitab pilihan mempunyai beberapa arti.
Suatu bangsa sebagai pilihan misalnya seperti Israel
Pilihan untuk orang-orang tertentu untuk tugas-tugas tertentu misalnya rasul-rasul
Pilihan untuk orang-orang tertentu untuk menerima keselamatan dan juga disebut kaum pilihan (I Pet.2:9).
Dari ketiga arti di atas, tentu yang menjadi tujuan kita dalam kuliah ini adalah Allah memilih dalam arti yang ketiga. Dari sana kita dapat membuat definisi pemilihan Allah sebagai berikut: Pemilihan adalah tindakan kedaulatan Allah yang melaluinya Ia dengan bebas menentukan orang-orang tertentu untuk diselamatkanNya, sekaligus mengakibatkan mereka yang tidak dipilihnya tetap ada dalam kebinasaan.
2. Sifat pemilihan Allah
Pemilihan Allah bersifat berdaulat. Ini berarti Allah dengan bebas memilih siapa yang dikehendakinya menurut kerelaanNya (Ef.1:9-11). Ia tidak dipengaruhi oleh perbuatan dan kebaikan manusia (band. Rom.9:11, 15, 16).
Pemilihan Allah bersifat anugerah. Artinya pemilihan Allah diberikan kepada mereka yang sebenarnya tidak layak karena mereka adalah orang berdosa. (Rom. 11:5).
Pemilihan Allah bersifat kekal. Artinya pemilihan Allah merupakan bagian dari rencana kekekalan Allah (Ef. 1:4). Dengan demikian pemilihanNya ini tidak dapat diganggu gugat.
Pemilihan Allah ada dalam Kristus. Artinya semua maksud tujuan Allah bagi pilihanNya ada di dalam Kristus (Ef.3:11), termasuk di dalamnya dibuatNya kaum pilihan hidup (I Kor. 15:22). Berkat-berkat bagi mereka (Ef.1:3) dan pemilihan atas diri mereka (Ef.1:4). Semua dikerjakan di dalam Kristus.
Tuhan Yesus meliputi seluruh rencana kerja Allah bagi keselamatan dan nasip orang pilihan. Terpisah dari Kristus tidak ada sesuatupun yang dimiliki orang-orang pilihan ini (I Kor.1:30; II Kor.5:17; Ef.2:10).
3. Keberatan terhadap doktrin pilihan
Allah tidak adil
Dengan Allah memilih sebagian diselamatkan dan sebagian tidak diselamatkan, bukankah itu suatu tindakan yang tidak adil?
Jika kita melihat melalui keadilan Allah, maka tidak ada orang yang patut diselamatkan, sebab menurut keadilan Allah, semua orang patut menerima hukuman Allah, yaitu hukuman kekeal.
Manusia patut menerima sengsara akibat dosanya sendiri. Maka barang siapa yang luput dari anugerah Allah tidak patut mencela Allah. Pilihan Allah sama sekali bukan berarti kurang adil jika bagi mereka yang tidak terpilih, dan oleh sebab itu mereka tidak berhak mengatakan: “mengapa Allah tidak menyelamatkan aku”. Kebenaran ini dapat digambarkan dengan seseorang yang selama sepuluh hari tidak makan, sehingga ia hampir mati. Pada hari kesebelas ada orang yang berbelas kasihan dan mau menolongnya, memberikan kepadanya makanan. Orang yang ditolong itu berkata: “mengapa tidak dari dulu menolong saya!” atau “Mengapa menolong saya hanya sekali saja dan tidak seterusnya!” Sesungguhnya orang ini tidak berhak mengatakan demikian. Perlu diketahui bahwa ketidakpuasan manusia hanyalah menunjukkan keberdosaannya.
Allah diktaor
Jika Allah memilih tanpa alasan atau semauNya saja, bukankah Allah itu diktator?
Kita memang tidak mengetahui bagaimana cara pemilihan Allah itu. Apa sebabnya saya dipilih dan si anu tidak dipilih? Apa sebabnya saya dipilih dan dia tidak? Tetapi tidaklah wajar karena kita tidak tahu sebab pemilihan itu lantas kita mengatakan Allah memilih tanpa sebab dan diktator.
Kita harus tahu bahwa kenyataan itu tidak tergantung pada orang yang dipilihNya, tetapi sepenuhnya tergantung pada kehendak Allah sebagai pemilih. Kedaulatan yang dimiliki Allah tidak sama dengan diktator yang dipikirkan manusia. Kebenaran dan keadilan dalam sifat Allah menjadi pengikat sebagai kebebasan Allah sendiri. Tetapi tentunya pengikat ini bukanlah pengikat yang ada diluar Allah, tetapi di dalam diriNya sendiri.
Semua ketentuan dan semua pelaksanaan rencanaNya adalah melampaui marifat manusia yang terbatas.
Jadi hal itu tidak tergantung pada kehendak orang atau usaha orang, tetapi kepada kemurahan hati Allah. Sebab Kitab Suci berkata kepada Firaun: "Itulah sebabnya Aku membangkitkan engkau, yaitu supaya Aku memperlihatkan kuasa-Ku di dalam engkau, dan supaya nama-Ku dimasyhurkan di seluruh bumi." Jadi Ia menaruh belas kasihan kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan Ia menegarkan hati siapa yang dikehendaki-Nya. Sekarang kamu akan berkata kepadaku: "Jika demikian, apa lagi yang masih disalahkan-Nya? Sebab siapa yang menentang kehendak-Nya?" Siapakah kamu, hai manusia, maka kamu membantah Allah? Dapatkah yang dibentuk berkata kepada yang membentuknya: "Mengapakah engkau membentuk aku demikian?" Apakah tukang periuk tidak mempunyai hak atas tanah liatnya, untuk membuat dari gumpal yang sama suatu benda untuk dipakai guna tujuan yang mulia dan suatu benda lain untuk dipakai guna tujuan yang biasa? Jadi, kalau untuk menunjukkan murka-Nya dan menyatakan kuasa-Nya, Allah menaruh kesabaran yang besar terhadap benda-benda kemurkaan-Nya, yang telah disiapkan untuk kebinasaan -- justru untuk menyatakan kekayaan kemuliaan-Nya atas benda-benda belas kasihan-Nya yang telah dipersiapkan-Nya untuk kemuliaan, yaitu kita, yang telah dipanggil-Nya bukan hanya dari antara orang Yahudi, tetapi juga dari antara bangsa-bangsa lain,” (Rom. 9:16-24)
Bukankah ajaran atau teori pilihan ini secara tidak langsung mendorong orang Kristen untuk hidup di dalam dosa?
Bukankah keselamatan kita terima karena kita dipilih Allah dan keputusan itu tidak bisa diganggu gugat, serta bersifat kekal (tidak bisa hilang)? Kalau begitu orang Kristen boleh semaunya berdosa, toh dia sudah dipilh dan pilihan itu tidak bisa hilang.
Tidak demikian!!!. Setiap barang siapa yang dipilih Allah untuk menerima anugerah keselamatan, diajar, dicerahkan, dipukul dan digerakkan menuju kesempurnaa.
Sebab pemilihan, kelahiran baru, penyucian dan pemeliharaan orang percaya merupakan sistim atau langka-langkah mutlak bagi seseorang yang diselamatkan. Dengan demikian jika ada orang Kristen yang beranggapan ia boleh beriman dan dengan berbuat dosa sesukanya, maka keselamatan yang diakuinya itu patut dipertanyakan. Seseungguhnya orang yang mendapat anugerah pemilihan untuk diselamatkan oleh Allah, tentu Allah sendiri akan berkarya di dalam dirinya untuk membuahkan sesuatu yang baik yaitu buah-buah kehidupan dan bukan dosa yaitu buah-buah kebinasaan.
Teori pilihan menjadikan orang Kristen menjadi congkak.
Kristen menjadi congkak karena ia merasa lebih tinggi dari orang lain. Ia dipilih sedangkan orang lain tidak.
Jawabnya, hanya orang yang tidak mengetahui dengan jelas mengenai doktrin pilihan akan menjadi congkak. Sedang orang yang sungguh-sungguh mengerti, justru akan lebih merendahkan diri dari orang lain karena ia sungguh-sungguh menyadari bahwa ia tidak layak untuk dipilih, dan ia sama sekali tidak cukup syarat untuk memperoleh keselamatan itu. Orang yang merasa lebih layak untuk menerima keselamatan dari pada orang lain, justru keselamatan orang tersebut diragukan. Karena jika seseorang dipilih atau diselamatkan maka pengakuan orang tersebut akan merasa tidak layak karena dosa-dosanya.
"Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai. Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini; aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku. Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini. Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan." (Luk.18:10-14).
Teori pilihan menyebabkan orang Kristen malas PI
Bukankah keselamatan seseorang telah ditentukan oleh Allah melalui pilihanNya? Jika demikian halnya tidak perlu kita PI. karena jika seseorang diselamatkan berdasarkan pilihanNya, tidak usah di PI pun akan selamat.
Jawabnya adalah kita menginjili seseorang bukan karena supaya ia diselamatkan, tetapi karena hal itu merupakan perintah Tuhan Yesus sendiri. Lagi pula doktrin pilihan justru semakin mengingatkan orang Kristen untuk mengajarkan Injil, karena kalau ada orang dipilih berarti ada jaminan pekabaran kita akan berhasil.
Bukankah pendorong besar bagi kita untuk lebih giat untuk melaksanakan penginjilan? Karena jika Allah tidak memilih sia-sialah pekabaran Injil yang kita lakukan. Pada waktu Paulus kecewa dengan pekerjaan pekabarab injilnya, Allah meneguhkan dengan menunjukkan bahwa disana ada banyak orang pilihan Allah. Jadi Paulus tidak perlu harus kecewa sebab pasti akan berhasil (Kis.18:9-11).
Masih banyak orang pilihan yang belum dipindahkan dari gelap kepada terang. Dengan demikian usaha PI kita pasti tidak akan sia-sia.
Kalau Allah memilih berarti sekaligus Allah membuang mereka yang tidak pilihan.
Jawabnya, Allah memang memilih mereka yang akan menerima anugerah keselamatan. Tetapi Allah tidak membuang mereka yang tidak dipilih. Bukankah semua manusia telah terbuang adanya dan Allah memilih mereka yang dipilih untuk diselamatkan dari tengah-tengah keterbuangan. Kita diselamatkan dari kebinasaan.
Jadi yang tidak dipilih tetap berada pada tempat mereka sebagai manusia yang terbuang, dan bukan Allah yang membuang mereka, karena mereka memang dari mulanya telah berada disitu.
Bagaimana nasip mereka yang bukan pilihan dan juga yang tidak sempat mendengar Injil?
Seperti telah kita bahas di atas bahwa mereka tidak diselamatkan bukan karena ia belum mendengar Injil. Tetapi karena kedaulatan Allah. Kalau Allah memilih pasti ia akan memiliki kesempatan untuk mendengar Injil. Tetapi kalau ia bukan pilihan, sekalipun ia telah mendengar Injil, jangan harap ia akan percaya. Karena manusia lebih senang mencari jalannya sendiri, yaitu jalan yang menuju kebinasaan.
Sebagai contoh, Yudas murid Tuhan Yesus, meskipun ia mendengar Injil berkali-kali, toh ia tidak bertobat. Ini menyatakan kepada kita bahwa tanpa pertolongan Allah tidak ada manusia yang mau bertobat. Dan pertolongan hanya diberikan kepada mereka yang terpilih. Itu sebabnya tidak usah kita terlalu kecewa jika ada orang di dalam Gereja yang duniawi, karena mungkin ia belum bertobat.

Allah Mempredestinasikan
Kis.4:28; Rom.8:29; I Kor.2:7; Ef.1:5,11
Sebelum dunia dijadikan, Allah bukan saja telah memilih siapa yang akan dianugerahi keselamatan, tetapi Ia juga telah menetapkan apa yang akan Ia lakukan terhadap orang-orang pilihanNya itu.
Disini kita dapat mendefinisikan predestinasi Allah sebagai: Tindakan kedaulatan Allah yang di dalamnya Ia menentukan, dalam kekekalan (sebelum dunia dijadikan), apa yang akan Ia lakukan terhadap orang-orang pilihanNya itu.
Sesuai dengan definisi di atas, maka pertanyaan kita sekarang adalah: apakah yang Allah putuskan untuk Ia lakukan terhadap kaum pilihanNya itu?
Jawab:
1. Ia mempredestinasikan mereka menjadi anak-anakNya (adopsi, Ef.1:5)
Penentua ini merupakan penentuan akan jadi apa orang pilihan itu. Dengan kelahiran baru kita menjadi anak-anak Allah dan dibawa masuk ke dalam keluarga Allah, melalui adopsi kita diberi status sebagai anak-anak yang dewasa. Ini berarti kita memiliki seluruh hak dan kewajiban yang berasal dari status ini.
2. Ia mempredestinasikan mereka menjadi serupa dengan Kristus (Rom.8:9).
Penentuan ini merupakan penentuan akan menjadi seperti apakah anak-anak Allah itu. Allah menuntut kita harus menjadi serupa dengan Yesus Kristus (Ibr.2:10-12). Kita bukan menjadi Kristus dalam arti menjadi Tuhan seperti Dia, sehingga kita boleh disembah melainkan kita dijadikan dalam gambar kemanusiaanNya yang semakin mulia (II Kor.3:18).
Hal ini diseababkan Kristus adalah kepala dan teladan dari kemanusiaan yang baru, yang mana kita menjadi bagianNya (I Kor.15:45-49). Keserupaan kita diubah pada saat kristus datang pada Kristus datang kedua kalinya (I Kor.15:50-51; Flp.3:20-21; I Yoh.2:3). Keserupaan ini juga meliputi keserupaan moral kita dengan Kristus (Ef.1:4; 5:27; I Kor.1:18)
3. Ia mempredestinasikan mereka untuk memuji kemuliaanNya (Ef.1:11-12).
Penentuan ini merupakan penentuan apa yang menjadi tujuan akhir kebenaran kita. Kemuliaan Allah terdiri dari beberapa manifestasi tabiat-tabiatNya (baca Maz.19:2; Yoh.2:11; 17:4). Kita memuliakan nama Allah manakala kita bersedia untuk Allah memanifestasikan karakterNya di dalam kita serta melaksanakan karyaNya melalui kita (Flp.1:20; 4:13). Allah menetapkan keberadaan kita semata-mata harus memuliakan Dia (Ef.1:18; 2:10; 3:10).






MASA HIDUP ORANG PILIHAN
I. Allah memanggil
Mat.20:16; 22:14; Kis.11:29; Rom.1:6-7; 8:29,30; 9:7, 11, 24; 11:29; I Kor.1:2, 9,24,26; Gal.1:6,15; 5:8,13; Ef.1:18; 4:1,4; Flp.3:14; Kol.3;15; I Tes.2:12; 5:24; II Tes.1:11; 2:14; I Tim.6:12; II Tim.1:19; Ibr.3:1; 9:16; 11:18; I Pet.1:15; 2:9,21; 3:1; 5:10; II Pet.1:3,10; Yud.1; Why.17:14.
Panggilan Allah adalah tindakan Allah dimana orang-orang berdosa diundang melalui berita Injil untuk menerima keselamatan dalam Tuhan Yesus.
Dua macam panggilan
Dalam Alkitab kita melihat ada dua macam panggilan Allah yaitu panggilan umum dan panggilan khusus.
Panggilan umum
- Panggilan Allah melalui berita Injil kepada semua orang (orang pilihan/tidak) Mat.22:14; band. Mat.11:28, Mark.16:15; Yes.45:22; 55:6-7; Yez33:11.
- Tidak efisien karena tidak menghasilkan petobat.
Panggilan khusus
- Panggilan Allah melalui pemberitaan Injil kepada kaum pilihan saja.
- Roh Kudus bekerja dalam hati kaum pilihan
- Efisien pasti berhasil (disebut efective calling). I Kor.1:2, 9, 24; Rom.1:17; 8:28,30; I Tes.2:12; II Tim.1:9; II Pet.1:10.
Panggilan khusus pada orang pilihan bukanlah sekedar perintah untuk menerima Yesus sebagai juruselamat. Tetapi meliputi seluruh pekerjaan Allah sebelum keselamatan itu sendiri diterima samapai keselamatan itu dimiliki oleh umat pilihanNya. Pekerjaan Allah prakeselamatan itu diterima untuk membawa orang pilihanNya kepada keselamatan dalam Tuhan Yesus mencakup aktivitas-aktivitas berikut ini:
Pertama, Allah memberikan kebutaan oleh ilah zaman ini (II Kor.4:3-6) dan memberikan pengertian tentang Injil (Kis.16:14; 8:30; II Kor.4:6).
Kedua, Allah menginsyafkan orang pilihan akan dosa-dosa mereka (Yoh.16:8-11) dan
Ketiga, Allah mengaruniakan pertobatan. (Kis.5:31; 11:18; II Tim.2:25) dan iman (II Pet.1:1). Allah menarik pilihanNya kepadaNya (Yoh.6:37, 44, 65). Karena semua pekerjaan ini berada di bawah taraf kesadaran manusia, maka keinginan dan keputusan seseorang untuk menerima Kristus seolah-olah atau dirasakan sebagai melulu tindakan kita sendiri.
Langkah pertama dan kedua nampaknya dilaksanakan juga pada orang-orang bukan pilihan sebagai bagian dari panggilan umum Allah. Langkah ketiga hanya kepada orang-orang pilihanlah Allah mengaruniakan hal tersebut.
Beberapa masalah yang timbul dalam hal panggilan:
Apakah panggilan umum Allah itu murni dan tulus?
Jika Allah tidak menyelamatkan orang yang tidak dipilih, untuk apa panggilan diberikan? Apakah itu bukan sekedar main-main?
Apakah panggilan khusus bersifat paksaan? Apakah orang pilihan dipaksa oleh Allah untuk menerima keselamatan walaupun tidak mau?
Apakah panggilan khusus Allah bisa atau dapat ditolak?
Jawaban:
Panggilan umum Allah jelas sungguh-sungguh dan bukan main-main.
Dalam I Tim.2:4 dan II Pet.3:9 dikatakan bahwa Allah menginginkan semua orang diselamatkan. Untuk seseorang diselamatkan ia membutuhkan Injil, yang memang disediakan bagi seluruh dunia itu (I Yoh.2:2). Karena itulah Allah memberikan panggilanNya juga – yaitu panggilan umum – dengan sungguh-sungguh pada orang yang bukan pilihan sekalipun (meskipun Allah tahu panggilan itu akan ditolak).





Dipihak lain panggilan saja jelas tidak menyelamatkan. Keselamatan terjadi jika panggilan itu diterima (Yoh.3:16; Kis.10:43; 17:30)






Dan justru sayangnya manusia menolak panggilan umum Allah ini (Yes.53:6). Dengan demikian kita tidak dapat menimpakan kesalahan pada Allah yang memberikan panggilan (justru harusnya berterimakasih, karena Allah masih mau panggil). Kesalahan ada pada pihak manusia sendiri yang dengan kehendaknya sendiri menolak panggilan itu. Selain jawaban di atas masih ada jawaban penting lainnya yang harus kita kemukakan disini yaitu: dengan panggilan umum maka manusia dihadapkan dengan fakta Kristus yang riil, sehingga bagi orang yang bukan pilihan ketidakselamatan adalah merupakan fakta yang riil akibat penolakan mereka. Dengan demikian pada saat pengadilan di akhir zaman ia tidak dapat mengatakan Allah tidak adil atas penghukuman yang diterimanya sebab belum diberi kesempatan untuk mendengar dan memutuskan untuk menerima atau menolak.
Selain itu panggilan umum membuktikan bahwa manusia tanpa pertolongan dari Allah tidak mungkin mau menerima Injil. Artinya bagi kita yang telah menerima Injil betapa seharusnya berterima kasih kepada Tuhan yang telah memberikan kepada kita kemampuan untuk menerima keselamatanNya itu. Sebab tidak ada yang dapat mengaku Yesus adalah Tuhan selain oleh Roh Kudus (I Kor.12:3).
Panggilan khusus tidak bersifat paksaan dimana kehendak bebas manusia tidak berlaku.
Kehendak bebas manusia setelah jatuh dalam dosa tentu berbeda dengan sebelum kejatuhannya. Martin Luther memberikan penjelasan dengan baik sekali. Dilukiskan kebebasan manusia itu seperti kelereng yang menggelinding bebas kemana ia mau, tetapi setelah masuk ke dalam lubang, maka ia terperogok dan tidak bisa lagi bergerak seperti semula. Demikianlah manusia itu sebelum jatuh ke dalam dosa, ia memiliki kemampuan untuk merealisasikan kehendaknya kepada yang baik dan yang buruk. Tetapi setelah manusia itu jatuh ke dalam dosa maka ia terperogok dan tidak bisa berbuat sesuatu yang baik sedikitpun – sekalipun ada kehendak – kecuali berbuat dosa karena ia telah ditawan oleh dosa. Alkitab mencatat manusia tertawan oleh hukum dosa (Rom. 7:22-23), semua ada di bawah kuasa dosa (Rom. 3:9 band. Maz. 14:1-3). Oleh sebab itu, bukan dipaksa tetapi disadarkan dan dengan pertolongan Roh Kudus yaitu Allah sesndiri untuk memungkinkan orang-orang pilihan tersebut mengambil keputusan untuk masuk ke dalam kebenaran. Yohanes dalam Injilnya berkata : “Tidak ada seorang pun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman.”(Yoh.6:44). Ditarik bukan dengan paksa tetapi ditarik karena tertarik.
Panggilan khusus tidak mungkin ditolak
Jika kita mengerti jawaban pertanyaan kedua tadi, maka jelas dengan pertolongan Tuhan menormalkan, mencerahkan serta mencelikan orang-orang pilihan dari kebutaan, sehingga memungkinkan orang-orang pilihan itu untuk menerima dan memilih Kristus yang adalah kebenaran.

II. Allah membenarkan (Rom.8:30)
Pekerjaan kedua yang Allah kerjakan dalam masa hidup orang pilihanNya adalah: PEMBENARAN.
Dengan diterimanya Injil Yesus Kristus, orang-orang percaya mengalami karya keselamatan Allah. Orang percaya dibenarkan dihadapan Allah, ia dibebaskan dari kuasa hukum dosa. Meskipun orang percaya adalah orang berdosa, dan tetap dapat melakukan dosa tetapi ia dibenarkan dihadapan Allah sebagai orang kudus (I Kor.1:12).

MASA DEPAN ORANG PILIHAN
Paulus menuliskan bahwa siapa yang dibenarkan oleh Allah, juga akan dimuliakan ((Rom.8:30). Pemuliaan adalah berkenaan dengan kesempurnaan pengalaman keselamatan kita pada saat Allah membebaskan tubuh kita dari kebinasaan, dan dari sifat-sifat dosa, serta mengubah hidup kita untuk cocok pada kondisi dan siatuasi sorgawi (baca I Kor.15:50-53). Semua ini akan terjadi pada saat Tuhan Yesus datang kembali untuk kita (Flp.3:20-21; I Tes.4:13-17). Demikianlah kita dapatkan bahwa seluruh karya keselamatan dari penyediaan sampai diterima dengan iman oleh orang pilihan, semuanya adalah pekerjaan Allah semata-mata (Ef.2:10; I Kor.1:26-31).
Karena kerusakan keberadaan manusia, menjadikan ia tidak mampu berbuat sesuatupun untuk menolong dirinya. Dengan demikian hanya Allah yang dapat menolongnya (Luk.18:24-27). Kita bersyukur kepadaNya, karena Allah berkenan menolong kita yang sesungguhnya tidak berkenan dihadapan Tuhan.

Pertentangan Pandangan Antara Monergistik Dengan Sinergistik
Serta Tanggapan Kita
Dalam pembahasan yang sudah lampau, kita telah membicarakan mengenai aplikasi keselamatan. Aplikasi keselamatan yang kita pelajari ini biasanya disebut sebagai monergistik view (pandangan monergistik), yaitu pandangan yang beranggapan bahwa orang berdosa atau orang yang belum diselamatkan adalah orang yang totalitas dirusak oleh dosa, sehingga tidak ada satu bagianpun yang baik. Dosa merasuki seluruh kondisi manusia, karenanya ia tidak dapat berbuat sesuatu apapu untuk mendatangkan keselamatan baginya, termasuk untuk beriman kepada Tuhan Yesus. Oleh sebab itu keselamatan hanyalah karya Allah semata-mata, termasuk pemberian iman untuk dapat percaya kepada karya penebusan Kristus.
Pandangan ini biasanya dihubungkan dengan ajaran Calvin, walaupun sebenarnya Calvin hanyalah orang yang merumuskan dengan lebih lengkap mengenai doktrin pilihan ini yang telah diterima baik oleh Katolik maupun Protestan sejak masa Agustinus (abad 15) dan seterusnya.
Pandangan Monergistik ini ditentang oleh pandangan Sinergistik. Pandangan ini beranggapan bahwa keselamatan adalah hasil kerja sama antara Allah dan manusia. maksudnya dengan dibantu anugerah Allah, orang berdosa dapat bekerja sama dengan Allah untuk mendatangkan keselamatan baginya, atau menolak keselamatan itu.
Dengan demikian pandangan ini melihat tergantung pada bagaimana jawaban akhir manusia terhadap keselamatan yang ditawarkan itu, dan karena keselamatan tergantung pada manusianya, maka walaupun ia sudah percaya, ia tetap bisa saja gagal untukmemelihara, menjaga dan mempertahankan keselamatannya, sehingga keselamatan itu bisa hilang kembali. Pandangan ini dianut oleh Armenius dan John Wesley.
Untuk lebih jelas melihat pertentangan kedua pandangan ini, marilah kita melihat bagaimana perjalanan doktrin ini muali dari Agustinus sampai kepada John Wesley dan akhirnya sedikit tentang Karl Barth (bapak Neo ortodoks).

Agustinus
Pada abad ke 5, Agustinus (354-530) mengajarkan bahwa manusia, setelah Adam jatuh ke dalam dosa, telah menjadi umat kebinasaan, artinya: mereka telah kehilangan persekutuan dengan Allah, dan berada di bawah kutuk Allah. Manusia juga telah menjadi budak dosa dan tidak dapat berbuat baik lagi (dalam standard Allah). Semua ini membawa manusia pada maut yang kekal. Akan tetapi Tuhan Allah, karena kasih karuniaNya yang memilih sejumlah orang tertentu untuk diselamatkan, sedang sisanya dibiarkan dalam kebinasaannya.
Jadi, nasib kekal manusia telah ditentukan sebelum ia dilahirkan. Tidak ada seorangpun yang dapat menentangnya/menggagalkan pilihan Allah ini. Siapa saja yang dipilih tentu selamat, sekalipun sebelum pertobatannya ia melakukan dosa yang sebesar-besarnya. Sebab bagaimanapun orang yang dipilih pasti akan bertobat dan atau datang kepada Tuhan.

Pelagius
Pelagius menentang pandangan monergistik Agustinus. Ia mengajarkan setelah menusia jatuh ke dalam dosa, tabiat manusia tetap baik. Tidak ada dosa asal/turunan itu. Manusia dilahirkan seperti kertas putih yang belum ditulisi, sama halnya dengan Adam sebelum jatuh dalam dosa. Manusia juga mempunyai kehendak bebas, yaitu kemampuan dalam menentukan untuk berdosa atau tidak berdosa. Bagi Pelagius, dosa adalah semata-mata karena salah pilih dari manusia yang memiliki kehendak bebas itu. Jadi singkatnya, dosa adalah total karena kesalahan manusia untuk memilih yang ditentukan oleh kehendaknya yang bebas, bukan karena keberadaan manusia sebagai pendosa.
Demikian juga dengan keselamatan dalam Yesus Kristus adalah keputusan kehendak manusia yang bebas. Jika kita memutuskan untuk memilih Kristus dan hidup dalam kehidupan yang baik dan saleh, maka kita bebas untuk melakukannya, dan juga bebas untuk tidak melakukannya, terserah bagaimana pelihan kehendak bebas kita.
Disini kita dapat melihat pertentangan yang cukup tajam dengan pandangan Agustinus. Kita ada di dalam keberadaan sebagai manusia berdosa, sehingga kita tidak memiliki kemampuan untuk memilih Allah, kecuali Allah yang datang kepada kita dengan kasih dan anugerahNya dengan jalan yang disediakanNya sendiri yaitu Tuhan Yesus yang datang ke dunia. Ajaran Pelagius ini ditolak oleh gereja di dalam konsili di Kartago (418) dan di Efesus (431).

Semi Pelagianisme
Sekalipun ajaran Pelagius ditolak, namun persoalannya tidak selesai begitu saja. Satu abad kemudia timbul ajaran Semi Pelagianisme, yang mengajarkan bahwa setelah manusia jatuh ke dalam dosa tabiatnya tidak lagi bersih, tetapi manusia tidak mati rohani seperti yang diajarkan Agustinus, juga bukan seperti yang diajarkan Pelagius, melainkan manusia itu sakit. Oleh sebab itu dengan kekuatannya sendiri manusia tidak mungkin dapat selamat. Manusia memerlukan kasih karunia Allah. Kehendak manusia yang lemah karena dosa dikuatkan oleh kasih karunia Allah, sehingga manusia dapat bekerja sama dengan Allah untuk berusaha mendapatkan keselamatan. Jadi keselamatan tetap bergantung pada manusia itu sendiri, bukan dari Allah.

John Calvin
Pada zaman reformasi John Calvin, kembali menegakkan doktrin pilihan. Teorinya sering disebut sebagai teori TULIP atau The Five pints of Calvinism.
T = Total depravity/anability (rusak total/tidak mampu total).
Seluruh umat manusia, karena dosa Adam, tanpa kecuali berada dalam keadaan rusak moral yang menyeluruh. Juga orang yang budiman tidak memiliki kebajikan, yang menjadikan dia layak memperoleh hadiah keselamatan. Sebab dalam pandangan Allah suatu perbuatan manusia ditentukan oleh dorongan-dorongan atau motif-motif yang menjiwainya.
Hidup yang paling baik dari orang kafir masih dirusak oleh kebanggaannya atas diri sendiri. Keadaan manusia yang sedemikian itu berada dibawah kutuk Allah. Maka manusia yang rusak total moralnya itu tidak mampu untuk menghindari hukuman Allah apalagi untuk selamat.
Kalau demikian berdasarkan apakah seseorang diselamatkan? Karena tidak ada suatu kebaikan apapun dari manusia yang layak dihadapan Allah.
Jika demikian maka:
U = Unconditional Elektion (Pemilihan tanpa syarat)
Istilah memilih berarti tidak mengambil semua.
Dalam II Tim.1:9, rasul Paulus mengatakan: “Dialah yang menyelamatkan kita dan memanggil kita dengan panggilan kudus, bukan berdasarkan perbuatan kita, melainkan berdasarkan maksud dan kasih karunia-Nya sendiri, yang telah dikaruniakan kepada kita dalam Kristus Yesus sebelum permulaan zaman”
Ayat ini menunjukkan akan campur tangan Allah untuk menyelamatkan manusia. Jikalau karya penciptaan Allah menyatakan hikmat dan kekuasaan Allah, maka karya keselamatnNya menyatakan kemuliaan kasih karuniaNya.
Kasih karunia ini tidak ditujukan kepada semua manusia. Ia bermaksud menyelamatkan siapa yang Ia mau selamatkan dan pilihan itu bukan berdasarkan karena sesuatu yang baik yang terdapat pada mereka. Pilihan itu bukan karena manusia baik, tetapi sebaliknya karena dipilih sehingga menjadi baik. Pemilihan itu berdasarkan hikmat dan kedaulatan Allah yang mahatinggi itu.
Pemilihan itu bukan cuma dengan panggilan saja, tetapi dengan mengirimkan Kristus untuk menyelamatkan umat pilihanNya itu.
Disini menunjukkan:
L = Limited Atonoment, particular Atonoment (Penebusan terbatas)
Penebusan Kristus hanya berlaku atas orang pilihan, karena merekalah yang akan menerima dengan iman karya penebusan itu. Hal ini tidak berarti bahwa kuasa penebusan Kristus itu terbatas, melainkan dibatasi hanya kepada orang-orang yang kepada mereka diperuntukkan. (sufficent for all, but efficient for election only).
I = Irresistable grace (Anugerah yang tak dapat ditolak).
Penetapan Allah untuk memberikan anugerahNya mempunyai akibat yaitu panggilanNya mendatangkan kehendak dari orang itu, sehingga walaupun orang itu terus menolak, Allah dengan segala kebijaksanaanNya akan menarik orang itu untuk datang kepadaNya. Singkatnya barang siapa diberi karunia keselamatan pasti akan datang dan menerima karunia Allah itu dan panggilanNya (Yoh.6:37→Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang. Ayt. 44→Tidak ada seorang pun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman. ayt.65→Lalu Ia berkata: "Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada seorang pun dapat datang kepada-Ku, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya.")
Dengan demikian panggilan Allah tidaklah bertentangan dengan kehendak bebas manusia, yang dengan kehendaknya sendiri datang kepada Allah dan menerima panggilanNya.
P = Perseverence of the Saints (ketekunan orang percaya)
Yang bertekun sampai akhir akan diselamatkan. Ketekunan orang percaya adalah karena pemeliharaan Allah.
Seseorang yang telah diselamatkan mungkin saja akan jatus dalam dosa, tetapi ia pasti bangkit lagi dari dalamnya, sebab itu orang yang telah menerima hidup kekal tidak mungkin binasa lagi. Satu kali diselamatkan tetap diselamatkan.

Armenius
Pada abad ke 17 bangkit armenius menentang ajaran Calvin. Ia mengajarakan bahwa setelah manusia jatuh dalam dosa masih mempunyai kemampuan untuk memilih yang baik dan yang jahat, menerima karunia Allah atau menolaknya. Manusia memang cenderung kepada dosa tetapi itu tidak berarti manusia tidak mempunyai kemampuan untuk memilih yang baik atau yang jahat.
Dalam kebebasannya sendiri, manusia boleh atau dapat menolak keselamatan atau menerimanya. Jika ia menolak ia binasa, sebaliknya jika ia menerima maka ia selamat. Semuanya bergantung pada manusia sendiri. Memang kasih karunia Allah belum dapat menghasilkan apa-apa bagi keselamatan manusia. jadi keselamatan adalah pahala atau perbuatan manusia.
Teory pilihan atau predestinasi, diterangkan armenius demikian: bahwa dari kekal Allah sudah tahu siapa yang nanti akan menerima dan siapa nanti yang akan menolakNya. Bagi mereka yang nanti akan mau menerimanya itulah yang dipilah Allah.
Dikarenakan keselamatan adalah hasil pilihan bebas manusia, maka manusia dengan bebas pula jika orang yang sudah diselamatkan dapat murtad dan kehilangan keselamatannya. Ajaran ini diterangkan oleh Gomarus dan ditolak gereja dalam sinode di Dordrecht (1618-1619).

John Wesley
John Wesley, bapa gereja Metodis, menerima ajaran Armenius, tapi mengubah sana-sini. Manurutnya kejatuhan manusia ke dalam dosa membawa akibat seluruh manusia ada dalam kondisi yang rusak secara menyeluruh. Tetapi kerusakan ini, yang telah disisihkan oleh pembenaran yang datang melalui kebenaran Kristus.
Kematian Kristus memuaskan seluruh dosa-dosa dunia ini (I Yoh.2:2→Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia.). Semua manusia memiliki kemampuan untuk percaya, bagi mereka yang percaya dan bertekun sampai akhir akan diberkati dengan hidup yang kekal. Allah telah memilih dari kekekalan orang-orang yang Ia tahu ketika hidup di dunia ini akan percaya dan bertekun dan hidup kudus.

Tanggapan kita
Dari uraian di atas nampaklah bagaimana hebatnya pertentangan dua konsep besar antara pandangan monergistik dengan sinergistik.
Pandangan monergistik mengatakan bahwa keselamatan secara total merupakan karya Allah, karena manusia telah ditawan oleh dosa dan tidak mempunyai kekuatan untuk memilih kebenaran apalagi melakukan kehendak Allah. Sedangkan pandangan sinergistik mengajarkan manusialah sebagai penentu final keselamatannya, hal ini berdasarkan pandangan bahwa manusia mampu dan masih punya unsur yang baik untuk memilih Allah, sehingga keselamatan harus diberikan sebagai pahala karena ketepatan pemilihannya.
Kita sulit menerima sinergistik karena beberapa alasan:
Pandangan sinergistik menempatkan manusia ketempat pertama dan utama, yaitu dalam soal keselamatan manusialah pusat penentu. Kalau manusia menolak keselamatan, maka semua karya keselamatan Allah tidak membawa manfaat apa-apa bagi menusia dengan demikian membawa kita pada keberatan kedua.
Pandangan sinergistik menjadikan manusia sebagai penentu berhasil atau gagalnya rencana keselamatan Allah.
Karena manusialah penentu final dari manfaat keselamatan yang Allah sediakan dalam Tuhan Yesus itu, berarti rencana Allah untuk menyelamatkan manusia ditentukan oleh keputusan manusia..
Dalam hal ini pandangan sinergistik menurunkan derajat Allah dan meninggikan derajat manusia, membawa kita pada keberatan yang ketiga.
Pandangan sinergistik terlalu meninggikan manusia yang berdosa. Pandangan ini beranggapan manusia sebagai penentu terakhir keselamatan dan rencana Allah dikarenakan menurut pandangan ini bahwa manusia masih dianggap baik, mampu dan bijak sehingga ia mampu memutusakan sendiri baik untuk memilih yang baik maupun yang jahat.
Pandangan ini dengan jelas diwakili oleh orang farisi dalam Luk.18:9-14 (baca). Dalam perumpamaan Lukas 18 itu Tuhan Yesus menunjukkan bagaimana orang Farisi itu merasa dirinya baik karena berkat yang diperolehnya merupakan kewajiban Allah untuk memberikannya. Hal ini menunjukkan kebutaan rohani manusia.
Pandangan sinergistik merupakan bukti kebutaan rohani manusia.
Manusia yang berdosa adalah manusia yang buta terhadap perkara Allah, karena telah rusak dalam dirinya sendiri. Itulah sebabnya menganggap diri masih baik untuk bekerja dan menentukan keselamatannya sendiri. Kenyataan itu membuktikan bahwa betapa butanya manusia itu sampai-sampai tidak mengenal diri sendiri.
Pandangan sinergistik tidaklah logis dalam penjelasannya tentang pilihan Allah. Bagi penganut pandangan sinergistik, Allah memilih seseorang berdasarkan pengetahuanNya akan siapa-siapa kelak akan menerima Kristus. Artinya:
a. Rencana pilihan Allah ditentukan oleh manusia, free will manusia menentukan free will Allah.
b. Jika karena manusia mau percaya kemudian baru dipilih Allah, jelas tidak lagi pilihan Allah. Allah hanya sekedar menuruti kemauan dan kehendak manusia, karena orang itu percaya dan menerima tawaran Allah.
Memang orang berdosa haruslah percaya Injil untuk dapat diselamatkan, tetapi jangan lupa bahwa tidak ada seorang pun, yang dapat mengaku: "Yesus adalah Tuhan", selain oleh Roh Kudus.(I Kor.12:3). Itu sebabnya keselamatan secara keseluruhan adalah karya Allah termasuk di dalamnya dorongan untuk percaya.
Dalam ‘aplikasi keselamatan’ kita melihat bahwa keselamatan adalah sepertinya kerja sama antara manusia dengan Allah, dimana Allah memberikan Juruselamat dan manusia harus menerima Juruselamat itu (Kis. 16:31). Tetapi kita harus menyadari bahwa manusia dapat meresponi karya keselamatan itu hanyalah dorongan Roh Kudus semata-mata. Manusia tidak bisa lagi membuat keputusan terakhir pada dirinya sendiri karena manusia tertawan oleh hukum dosa (Rom. 7:22-23) dan semua ada di bawah kuasa dosa (Rom. 3:9 band. Maz. 14:1-3). Tidak ada seorang pun yang berakal budi, tidak ada seorang pun yang mencari Allah. (Rom. 3:11). Tidak ada seorang pun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman.(Yoh. 6:44).
Hanya pada saat pilihan Allah yang kemudian akan dengan bebas memberikan respon menerima Kristus. Tetapi keputusan untuk menerima Kristus inipun bukan berdasarkan kebebasan manusia untuk memilih melainkan hasil dorongan Allah juga (Flp.2:12-13).
Ketaatan orang pilihan pada Injil dimulai dan disempurnakan melalui aktivitas Allah dalam diri orang-orang pilihanNya.
Seseorang berpandangan monergistik adalah:
Orang yang dengan penerangan Roh Kudus mengerti betapa keberdosaannya dan betapa lemahnya dia adanya, sehingga hanya belaskasihan sajalah yang bisa ia harapkan. Orang ini diwakili dalam pemungut cukai Lukas 18:9-14. Itulah sebabnya meskipun kita sudah diselamatkan, sebagai orang berdosa yang tidak layak menerima korban Kristus yang begitu agung, sering terbayang oleh kita saat-saat mengenang kasih Kristus.
Pandangan monergistik umumnya lebih mudah diterima orang-orang yang merasa hidupnya seperti pemungut cukai dalam Lukas 18, pendosa dan tidak punya apa-apa, hanya Allah yang dapat menolong, belas kasihan saja yang dapat diharapkan.
Sedangkan pandangan sinergistik umumnya dipegang oleh orang-orang yang merasa dirinya baik, mampu bahkan sebagai penentu akhir keselamatan, dan penentu akhir rencana Allah. Ia persis dengan orang Farisi dalam Lukas 18, yang congkak dan buta rohani.

Catatan:
Berikut ini kita catatkan sedikit tentang Karl Barth dalam hal pemilihan Allah.
Menurut Karl Barth sebelum dunia dijadikan, Allah telah mengambil keputusan untuk menyatakan kasihNya di dalam Kristus Yesus dengan berdiam di tengah umat manusia. setelah keputusan itu diambil, Allahpun kemudian memulai pelaksanaannya.
Pelaksanaan ini dalam segala tahap dan bentuknya merupakan karya berdasarkan kasih karuniaNya (karena pelaksanaan ini semata-mata merupakan pewujudan keputusan Allah dalam menyatakan kasihNya di dalam Kristus).
Pelaksanaan ini bukanlah hanya meliputi penciptaan dan penyelamatan saja melainkan mencakup juga dosa, maut Iblis dan neraka.
Mengenai dosa, maut, Iblis dan neraka, Karl Barth memberikan keterangan demikian:
Penyataan atau penyinaran kasih karunia Allah mengakibatkan adanya bayangan kasih (seperti sinar terang yang membawa bayangan). Oleh karena Allah secara positip menghendaki untuk menyinari kasihNya. Sebagaimana sinar dibendakan dengan bayangan yang dibawanya/dihasilkannya. Demikian penyinaran kasih karunia Allah menimbulkan bayangan (segi negatip) dari kasih karunia Allah, yaitu dosa dan Iblis.
Manusia sendiri sudah berdosa dan dikuasai Iblis, oleh sebab itu hanya dapat hidup dari kasih karunia Allah. Namun Allah yang kudus seharusnya menolak manusia yang tidak kudus itu. Akan tetapi penolakan Allah terhadap manusia ini sudah ditanggung oleh Kristus, karena Kristus telah menerima penolakan Allah di kayu salib.
Penolakan Kristus oleh Allah bagi manusia membawa manusia menjadi tidak tertolak dari Allah tetapi mewujudkan pilihan. Sebab di dalam Kristus itu, sebagai ganti manusia, Allah telah mewujudkan pilihan terhadap manusia.
Dengan demikian jelaslah bahwa Kristus adalah ‘Yang ditolak’ dan ‘Yang dipilih’. Demikian juga Injil itu menjadi suatu berita kegirangan, dimana gereja dapat memberitakan bahwa di dalam Kristus Allah telah memikul penolakan manusia dan telah memilih manusia.
Pandangan Barth menghindari pemilihan antara monergistik yang menekankan kedaulatan Allah dan sinergistik yang menekankan bahwa baik pemilihan atau penolakan keduanya terjadi di dalam Yesus Kristus. Di dalam Dialah Allah telah menolak dan memilih manusia.
Sejak Ia disalib tidak seorangpun yang ditolak Allah. Predestinasi bukanlah penolakan atau pemilihan manusia tertentu, melainkan suatu kehendak Allah bahwa di dalam Kristus Ia berkenan memilih manusia yang karena dosanya seharusnya ditolak.
Dengan kehendak inilah Allah bekerja secara bebas dan berdasarkan kasih karuniaNya. Allah bukan hanya sekali memilih, melainkan secara terus menerus memilih secara Aktual.
Pandangan Karl Barth ini sekilas kelihatannya memberi jalan keluar pada pandangan monergistik dan sinergistik, namun sebenarnya Karl Barth dengan ajarannya telah jatuh pada pandangan universalisme (semua manusia diterima oleh Allah, tanpa ada yang ditolak, semua akan kesurga tanpa ada yang keneraka).


PRINSIP YANG TERLIHAT DALAM KESELAMATAN.

Hanya ada dua prinsip yang berlaku dalam Allah menangani manusia – anugerah dan hukum. Sepanjang sejarah manusia, Allah menyelamatkan manusia dengan anugerahNya
Ef.2:8-9 →Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.
Rom.11:5-6 →Demikian juga pada waktu ini ada tinggal suatu sisa, menurut pilihan kasih karunia. Tetapi jika hal itu terjadi karena kasih karunia, maka bukan lagi karena perbuatan, sebab jika tidak demikian, maka kasih karunia itu bukan lagi kasih karunia.
Menurut prinsip ini, berarti Allah memperlakukan manusia secara menyenangkan, suatu cara yang sebenarnya tidak patut mereka terima. Satu-satunya prinsip lain yang Allah berlakukan adalah prinsip hukum (sering kali disebut juga sebagai prinsip perbuatan). Prinsip ini menuntut Allah memperlakukan manusia sesuai dengan apa yang patut manusia terima.
Tetapi semenjak manusia berdosa dan hanya layak menerima hukuman maut dan neraka, maka jika Allah memberlakukan prinsip hukum, celakalah manusia, dengan demikian tidak ada seorangpun yang dapat melepaskan dirinya dari hukuman kekal Allah. (Rom.3:20; Rom.8:3; Gal.2:16; Gal.3:10-12; Ibr.7:18-19)
Kebutaan rohani orang berdosa sangatlah jelas dalam ajaran agama-agama mereka yang mengajarkan bahwa manusia diselamatkan melalui perbuatan mereka.

Prinsip anugerah dan hukum berlawanan dalam cara kerjanya. (Rom. 1:6; Rom.4:4-5)
Perhatikan kontrasnya di bawah ini:
Prinsip anugerah
Prinsip hukum
Allah memperlakukan manusia secara menyenangkan, suatu cara yang sebenarnya tidak layak untuk diterima manusia.
Allah memperlakukan manusia dalam cara yang patut manusia terima.
Cara ini satu-satunya jalan untuk orang berdosa diselamatkan
Cara ini menghalangi manusia untuk diselamatkan.
Cara ini tidak mengenal jasa, perbuatan manusia yang karenanya ia harus diberi keselamatan.
Cara ini menuntut jasa, perbuatan atau kelayakan manusia sebagai penyebab ia beroleh keselamatan.
Respons iman manusia membuat Allah bekerja dengan kasih karunianNya, sesuai dengan janjiNya
Respons perbuatan manusia, mengharuskan Allah memenuhi kewajibanNya.
Keselamatan adalah seluruhnya karya Allah, Allah saja yang diberi pujian dan hormat.
Keselamatan adalah hasil usaha bersama manusia dan Allah, karenanya kedua-duanya menerima pujian.
Keselamatan menjadi tak pernah gagal karena pekerjaan Allah semata-mata.
Bersandar pada manusia . Mengerjakan pekerjaan yang menjadi bagiannya, keselamatan yang tak mempunyai kepastian.
Prinsip anugerah adalah satu-satunya prinsip yang efektif dalam menyelamatkan orang berdosa.
Prinsip ini tidak pernah dapat menolong orang berdosa.

Demikianlah kita melihat, baik dari segi pertentangan pandangan monergistik dengan sinergistik maupun dari segi prinsip-prinsip yang terlibat dalam keselamatan, maka pandangan sinergistik sulit untuk dipertahankan.
Itulah sebabnya orang-orang dari golongan sinergistik tidak pernah kita jumpai menjadi teolog yang kuat teologinya. Dan teologinyapun sering tidak konsisten, karena bergantung pada manusia sebagai penentu, padahal manusia adalah makhluk yang terus-menerus berubah baik dari segi berpikir, emosi maupun kehendak. Itulah sebabnya teologi kaum sinergistik menjadi tak menentu, tidak ada garis lurusnya atau benang merahnya dan sangat lain dengan pandangan kaum monergistik yang memiliki sistim teologi yang ketat dan menunjukkan garis lurus yang jelas. (mis: amati saja konsistensi teologi yang ada pada TULIP)

KEYAKINAN KESELAMATAN

Ujian-ujian untuk keyakinan keselamatan:
Adakah anda memiliki kesaksian batiniah Roh Kudus?
Adakah anda menikmati persekutuan rohani dengan Tuhan Yesus dan sesama orang percaya?
Bagaimana sikapmu terhadap dunia dan nilai-nilai lainnya?
Pernahkan anda mendapatkan jawaban doa?
Adakan anda secara mendasar taat kepada perintah-perintah Alkitab?
Apakah anda memiliki kepekaan terhadap dosa?
Apakah anda memiliki kepekaan membedakan kebenaran dan dosa?
Apakah anda mencintai Yesus dan menantikan kedatanganNya?
Apakah anda percaya doktrin-doktrin dasar Kristen?
Pernahkah anda mengalami aniaya karena kekristenan anda?
Adalah kehendak Allah sendiri bagi umatNya agar mereka tahu dan yakin bahwa mereka mempunyai jaminan keselamatan (I Yoh. 5:13a),à penerima surat ini kelihatannya keadaannya percaya kepada Tuhan Yesus Kristus, tetapi tidak tahu/yakin bahwa mereka mempunyai keselamatan/hidup yang kekal. Setan mempunyai berbagai cara untuk mendakwa umat Tuhan supaya ragu-ragu akan keselamatan yang dari Tuhan Yesus, sehingga menjadi terhambat pertumbuhan rohani dan pelayanannya.
Namun demikian tidak berarti kita dengan begitu saja menganggap kepastian keselamatan itu tanpa disertai oleh realitas konkrit keselamatan itu dari dan dalam hidup kita. Itulah sebabnya Paulus menasehati kita untuk menguji, menyelidiki diri kita sendiri dalam penerimaan kita akan Yesus Kristus dalam hidup kita (II Kor.13:5).

TIGA MACAM KEYAKINAN KESELAMATAN

Dari uraian kita sepintas di atas kelihatannya ada orang-orang yang percaya kepada Tuhan Yesus tetapi tidak punya keyakinan keselamatan. Dipihak lain ada orang yang menganggap pasti keselamatannya tetapi ia sebenarnya tidak diselamatkan. Dengan demikian kita juga menemukan macam keyakinan lain, yang terbaik, ialah orang percaya dan yakin akan keselamatannya dan sesungguhnyalah ia sebagai orang yang diselamatkan. Demikianlah kita dapat melihat ada tiga macam orang yang yakin:
ORANG PERCAYA tetapi TIDAK TAHU/YAKIN mempunyai hidup yang kekal
ORANG PERCAYA serta TAHU/YAKIN mempunyai hidup yang kekal (Subyektif)
ORANG PERCAYA serta TAHU/YAKIN mempunyai hidup yang kekal (Obyektif)

Marilah kita membahas satu persatu jenis keyakinan tersebut di atas:

1. ORANG PERCAYA tetapi TIDAK TAHU/YAKIN mempunyai hidup yang kekal
Orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus tidak selalu mempunyai keyakinan yang jelas akan keselamatan.
Rasul Yohanes dalam suratnya (I Yoh 5:13) menunjukkan hal ini dengan jelas. Dikatakannya bahwa semua yang dituliskan (Injil dan surat-suratnya) supaya orang-orang yang tidak percaya menjadi percaya dan karenanya beroleh hidup yang kekal.
Dipihak lain Rasul Yohanes menuliskan suratnya bagi orang percaya, ia ingin supaya mereka tidak saja percaya dan menerima tetapi tahu dan yakin bahwa mereka memiliki dan terus akan memiliki (tensis present) hidup yang kekal.
‘Supaya kamu ….. tahu…’ berarti mereka bukan secara gradual bertumbuh dalam keyakinan, melainkan mereka sudah memiliki hidup yang kekal yang sudah mereka terima dalam Kristus. Demikianlah kita melihat ada orang-orang yang percaya tetapi tidak tahu bahwa mereka memiliki hidup yang kekal yang telah mereka miliki. Hal ini bisa terjadi karena:
Mereka kurang teguh, seperti yang diungkapkan oleh penulis surat Ibrani “Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni.”(Ibr.10:22), sehingga tidak dapat berdiri dan dengan penuh keyakinan berkata: ‘aku tahu kepada siapa aku percaya dan aku yakin bahwa Dia berkuasa memelihara apa yang telah dipercayakanNya kepadaku sampai hari Tuhan (II Tim.1:12). Sebagao contoh dalam kasus ini adalah John Wesley, ia adalah pendeta anglikan, percaya pada kredo gerejanya dan sangat penuh kebajikan. Ia juga percaya bahwa Yesus adalah Juruselamat, tetapi ia tidak yakin bahwa Yesus mati untuk menyelamatkannya. Baru kemudian ia menjadi yakin ketika mengunjungi “Moravian Brethren” dimana saat itu sedang membaca pendahuluan Tafsiran Luther tentang surat Roma.
Mereka ada dalam masa depresi, karena suatu masalah tertentu (kejatuhan dalam dosa yang berulang kali). Hal ini sangat umum terjadi dalam pengalaman kita masing-masing sehingga tidak sulit kita mengerti point ini. Alkitab berkata: “jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya." (II Tim.2:13)
Mereka mengharapkan adanya tanda-tanda lahiriah yang spektakuler. Sekarang ini banyak orang mengajarkan bahwa orang yang diselamatkan haruslah disertai tanda-tanda tertentu (bahasal lidah, muntah-muntah, kesembuhan, pelepasan, dll). Sehingga tidak heran jika banyak orang Kristen yang percaya pada Yesus Kristus, tetapi mereka tidak yakin bahwa mereka mempunyai hidup yang kekal hanya dikarenakan tidak mempunyai pengalaman seperti tanda-tanda tersebut di atas. Dalam Kis.16:30-34, orang-orang menjadi percaya berdasarkan pada Firman yang diberitakan. Baca juga Rom.1:16-17
Mereka bukan orang Kristen. Tidak sedikit orang yang mengikuti aktifitas gerejani namun tidak pernah ia mengalami kelahiran kembali dalam Kristus Yesus. Dengan demikian keyakinan mereka tentu tidak ada, karena pusat dan sumber hidup kekal itu belumlah mereka miliki. Rasul Yohanes dalam suratnya yang pertama dengan jelas bermaksud meyakinkan orang-orang percaya, bahwa mereka mempunyai hidup yang kekal dan sekaligus disana ia mau menyakinkan orang tidak percaya tidak mempunyai hidup kekal itu. (cth. I Yoh.4:2-3)
Pertobatan mereka bersifat semu/psikologis. Manakala seseorang memandang penerimaan akan Yesus Kristus sebagai jalan untuk memenuhi kebutuhan psikologis, ambisi atau jalan pemecahan persoalan sehari-hari, ia sebenarnya menerima Kristus tanpa pernah berkenaan dengan problem rohaninya yang utama – yaitu dosa – karenanya ia tidak sungguh-sungguh diselamatkan. Tidak heran jika pertobatan semacam itu akan menjadi sumber ketidak yakinan akan keselamatan. Namun perlu digaris bawahi bahwa banyak juga orang yang mengalami pertobatan semu/psikologis ini serta mempunyai keyakinan yang kuat (yang semu) akan keselamatannya. Orang semacam ini mengantar kita pada macam keyakinan yang kedua yaitu, orang percaya serta tahu/yakin ia mempunyai hidup yang kekal, namun sebenarnya tidak, karena keyakinannya berasal dari dirinya sendiri (subyektif) dan bukan dari Allah (obyektif)

2. ORANG PERCAYA serta TAHU/YAKIN mempunyai hidup yang kekal (Subyektif)
Orang percaya pada jenis kedua ini adalah orang yang pertobatannya semu/psikologis belaka. Orang ini bisa sungguh yakin ia menerima Kristus dan menerima keselamatan, tetapi semua itu melulu keyakinan yang bersumber dari dirinya sendiri (subyektif), bukan keyakinan yang benar yaitu keyakinan yang dari Roh Kudus. Itu sebabnya ia tidak pernah diselamatkan. Kasus ini dicatat dalam mat.7:22-23, dimana dikatakan ada orang yang melayani dan merasa harus selamat (subyektif), tetapi dari pihak Allah ia adalah orang yang tidak dikenal. Kasus lain adalah dalam Mat.25:1-13. Dalam perumpamaan ini ada 10 orang dara tapi hanya 5 yang diterima sedang 5 lainnya ditolak. Yang terakhir kita periksa adalah Yoh.2:23-25, dimana orang-orang percaya pada Yesus (subyektif) tetapi Yesus tidak mempercayakan diriNya kepada mereka (obyektif). Mengapa sampai bisa terjadi demikian? Untuk itu kita perlu memeriksa apa yang dimaksud dengan pertobatan semu/psikologis itu.
Di dalam pertobatan rohani seseorang dilahirkan kembali secara rohani. Dalam pertobatan psikologis seseorang mengambil suatu keputusan untuk menerima Kristus atau melakukan sesuatu yang sering kali kita asosiasikan dengan penerimaan Kristus (berdoa dengan doa tertentu, pergi kekebaktian, ikut mengajar Sekolah Minggu), tetapi sesungguhnya ia tidak pernah diselamatkan.
Ada dua penyebab umum pertobatan jenis ini: tekanan dan kebingungan akan akibat dosa.
Pertobatan psikologis yang disebabkan oleh tekanan.
Dalam suatu tekanan seseorang akan melakukan apa saja untuk menjawab tekanan tersebut. sebagai contoh, seseorang ditolak oleh orang tua dan teman-temannya, secara psikologis kenyataan itu memotivasi orang tersebut untuk menerima Kristus karena dalam khotbah disampaikan bahwa Yesus adalah sahabat sejati.
Dalam kasus ini ia tidak menyadari bahwa ia memiliki problem dosa. Ia menerima Kristus untuk menyelesaikan problem kebutuhan hidupnya sehari-hari secara praktis, yaitu kebutuhan akan sahabat yang sejati tetapi tidak menyelesaikan dosa-dosanya. Penerimaan Kristus yang demikian bukanlah dari Roh Kudus, melainkan hasil dinamika psikologis. Jadi pertobatan psikologis yang disebabkan oleh kebingungan.
Jika kita ingin seseorang mengerti dosa dan akibat-akibat dosa, maka kita harus memusatkan perhatian atau diskusi kita pada dosa itu sendiri serta akibat dosa tersebut, dan bukan pada problem sehari-hari yang umumnya dialami orang. Sering kali akibat dosa secara psikologis dan sosiologis (akibat sekunder) dikacaukan dengan akibat rohaniah (akibat primer). Dua akibat dosa ini dapat kita lihat perbedaannya melalui diagram di bawah ini.
Tuhan Yesus mengajarkan tentang pekerjaan Roh Kudus meyakinkan dunia akan “dosa, kebenaran dan penghakinan” (Yoh.16:8). Perhatikan bahwa dosa dan kebenaran serta penghakiman berkenaan dengan sisi kiri kartu/diagram. Pada bagian inilah keyakinan dari Roh Kudus ditunjukkan, karenanya pada bagian ini pula kita harus mempokuskan diskusi kita dengan orang berdosa.























Katakanlah anda mengenal seorang pecandu narkotik. Anda akan berusaha memberitahukan kepadanya bahwa Yesuslah jawaban terhadap kecanduannya itu. Memang benar sekali manakala seseorang menjadi percaya, maka Roh Kudus tinggal di dalamnya dan menolongnya mengatasi kehidupan lamanya termasuk kecanduannya akan narkotika. Tetapi benar pula bahwa seseorang akan sama sekali tidak menghubungkan keduanya itu dengan problema utama yang melatarbelakangi perbuatan itu, yaitu dosa. Ia tidak melihat kecanduan itu sebagai suatu manifestasi dari dosa, melainkan hanya sebagai kelemahan, pelarian atau iseng-iseng belaka.
Dalam kasus ini, jika Yesus diterima, maka bukanlah sebagai ‘Juruselamat yang mati bagi dosa’, melainkan ‘juruselamat’ dari problem-problem tertentu. Demikian juga pada kasus lainnya, misalnya orang sakit menerima Yesus sebagai “juruselamat dari sakit”, orang frustasi menerima Kristus sebagai konselor, dst.
Jelas keputusannya untuk menerima Kristus disini tidak membawanya kepada penyelesaian dosanya, oleh sebab itu maka iapun tidak pernah menerima hidup yang kekal. Pertobatan yang demikian kita sebut sebagai pertobatan psikologis, dan bukan pertobatan rohani.
Apakah tanda-tanda khusus pertobatan psikologis ini? Tanda-tandanya yang khusus adalah bahwa perjuangan melawan dosa tidak radikal dan tidak ada pembaharuan hidup yang radikal yang sesungguhnya. Tetapi hanyalah sekedar perbaikan pola hidup dengan kekuatan diri sendiri.
Bisa juga terjadi seseorang terkejut karena dosa-dosa tertentu yang merusak hidupnya, lalu ia meninggalkan dosa-dosa itu. Berkatalah ia kepada diri sendiri : “Aku harus menjadi lain,” maka kelihatanlah ia secara lahiriah menjadi laian sama sekali. Tetapi dosa-dosanya itu masih tetap berakar di dalam hati : sombong, gila hormat, serakah, cabul, dll. Oleh sebab itu maka dosa itu akan kembali lagi menggerogoti hidupnya dalam bentuk-bentuk manifestasi-manifestasi yang lain.
Perubahan hiduppun tidak secara radikal. Memang ada terjadi suatu perbaikan hidup tapi hanya pada lahiriahnya saja, dengan kekuatan sendiri, tetapi kasih kepada Tuhan dan sesama tidak berkembang, dan ketaatan kepada Tuhan tidak terdapat.
Melihat kenyataan ini, maka perlulah bagi kita untuk memeriksa diri sendiri, sebagaimana Rasul Paulus menasihati kita : “Ujilah dirimu sendiri, …selidikilah dirimu! Apakah kamu tidak yakin akan dirimu bahwa Kristus Yesus ada di dalam diri kamu? (I Kor.13:5).
Kita perlu menguji diri kita supaya kita boleh menjadi seperti orang ke tiga : ORANG PERCAYA serta TAHU/YAKIN mempunyai hidup yang kekal (Obyektif), yaitu keyakinan yang benar yang dibangun atas iman yang benar kepada Anak Domba Allah. Sehingga dengan demikian keselamatan yang dimilikinya bukan cuma perasaan sendiri – padahal sesungguhnya tidak selamat – melainkan ia boleh yakin akan keselamatannya dan sesungguhnyalah ia orang yang diselamatkan.
3. ORANG PERCAYA serta TAHU/YAKIN mempunyai hidup yang kekal (Obyektif)
Keyakinan keselamatan haruslah didirikan dari dua jalur bukti. Jalur itu adalah kesaksian Roh Kudus dan tanda-tanda hidup baru.
Kesaksian Roh Kudus (I Yoh.5:6b, 10a)
Roh Kudus tinggal di dalam setiap orang yang diselamatkan (I Yoh.3:24; I Yoh.4:13; Rom.8:9). Salah satu pelayanannya adalah menjadi saksi untuk hubungan seseorang yang telah diselamatkan dengan Allah (Rom.8:16; Gal.4:6). Roh Kudus membawa seluruh janji dan pernyataan Alkitab yang berkenaan dengan keselamatan, serta mencamkannya dalam hati kita dan menjadikannya penuh makna bagi kita. Pernyataan ini menandakan kita telah lahir baru dan memiliki hidup yang kekal itu.
Tanda-tanda hidup baru (I Yoh.5:11-12)
Oleh penerimaan kita akan Yesus Kristus, kita dijadikannya ciptaan baru, memiliki kehidu[an yang baru serta mengalami pembaharuan tabiat manusia batiniah kita (Yoh.1:12; II Kor.5:17; Kol.3:9-10). Sangat tidak mungkin memiliki hidup baru dan mengalami perubahan tabiat ini tanpa manifestasinya dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun manifestasi tersebut mungkin beraneka ragam dan kadang-kadang diselubungi kejatuhan dalam dosa, tetapi tanda-tanda hidup baru ini akan terekspressikan dari dan dalam kehidupan orang yang memilikinya. Marilah kita periksa tanda-tanda tersebut, diantaranya adalah:
· Tanda persekutuan dengan Allah dan umatNya (I Yoh.1:3).
Menjadi anggota keluarga Allah, menjadikan orang percaya memiliki ikatan dengan Allah dan umatNya. Mereka rindu dan menikmati persekutuan tersebut, sehingga mereka membagi hidup karena minat yang sama. Sebaliknya orang yang tidak diselamatkan, menjadi brontak, melawan Allah serta membenci umatNya (Yoh.3:20; Yoh.15:19; Rom.3:11; Rom.3:18).
· Tanda ketaatan kepada Allah (I Yoh.2:3).
Orang yang telah diselamatkan mempunyai kerinduan untuk taan di dalam hatinya. Respon terhadap Injil merupakan permulaan hidup dalam ketaatan kepada Yesus Kristus (II Kor.5:15). Sebaliknya orang diluar Yesus Kristus tidak pernah dengan rela mentaati Allah (Rom.3:12; Rom.8:7-8; Ef.2:2).
· Tanda melakukan kebenaran (I Yoh.2:29).
Melakukan kebenaran adalah melakukan kehendak Allah dalam kuasaNya (Ibr.13:21; Flp.1:11). Dengan dimilikinya Roh Kudus, orang yang percaya dimampukan untuk merindukan serta melakukan kehendak Allah ketika mereka menyerahkan diri dalam kontrolNya (Rom.8:4; Flp.2:13; Flp.4:13). Sebaliknya orang yang tidak percaya tidak pernah melakukan apa yang benar di hadapan Allah karena kerusakan status dan ketidakadaan kasih dalam mereka (Rom.3:10; Rom.3:12; I Yoh.3:10).
· Tanda kasih kepada Allah (I Yoh.3:14).
Ini adalah kasih Kristus yang mengalir di hati kita oleh pekerjaan Roh Kudus (Rom.5:5; Gal.5:22). Kasih itu dinyatakan melalui kerinduan dan usaha kita untuk melayani demi tercapainya kebaikan orang lain, sekalipun untuk itu kita harus membayar dengan diri kita sendiri (I Yoh.3:16-18). Manifestasi kasih ini merupakan tanda sejati seorang murid (Yoh 13:34-35). Sebaliknya orang diluar Kristus tidak mengasihi umat Allah dengan cara demikian (Yoh.15:17-19), mereka juga tidak mengasihi Allah, yang meminta ketaatan mereka (Yoh.3:20; Yoh.14:15.
· Tanda pengakuan akan Yesus Kristus (I Yoh.4:15).
Orang yang telah diselamatkan sudah menerima kesaksian Allah tentang AnakNya serta dengan rela mengakui iman mereka terhadap kebenaran tersebut (I Yoh.5:6; I Yoh.9:10). Sebaliknya orang yang tidak diselamatkan menolak kesaksian yang Allah berikan tentang AnakNya, Yesus Kristus (I Yoh.4:1-3).

Sebagai tambahan pada tanda-tanda ini boleh kita sebutkan adanya perhatian kepada pekerjaan Tuhan di dunia ini. Orang percaya sejati juga tidak dapat merasa tenang jika mengakui ada dosa di dalam dirinya, karena itu tidak cocok lagi dengan keberadaannya yang baru (Ef.4:30; Rom.14:17; Gal.5:25; Rom.6:1-13).
Kadang-kadang dosa menutupi beberapa tanda di atas, sehingga orang percaya yang berdosa akan mengundang teguran Allah jika ia gagal menghakimi dirinya sendiri (Ibr.12:6; I Kor.11:28-32).
Meskipun dari ujian kita terhadap keselamatan kita menunjukkan bahwa kita adalah orang yang diselamatkan, berdasarkan iman kepada Yesus Kristus sebagai Juruselamat atas dosa-dosa kita, tidak berarti kita tidak mungkin lagi jatuh ke dalam keragu-raguan atau kurangnya keyakinan (khususnya pada masa kelemahan-kelemahan kita apalagi Iblis memang selalu berusaha melemahkan kita (Why.12:10) akan kehidupan kekal yang telah kita miliki. Namun tentu itu tidak berarti keselamatan kita hilang. Dalam hal ini perlu kita mengerti hubungan dan bedanya iman dan keyakinan. (baca artikel yang disertakan).

Perbedaan dan Hubungan antara Keyakinan dan Iman
Keyakinan dan iman sebenarnya dua hal yang sangat erat hubungannya satu dengan yang lain. Meskipun demikian kedua hal tersebut sebenarnya tidak sama. Keyakinan adalah gejala emosi yang timbul sebagai akibat dari suatu proses natural. Ada suatu natural atau physical yang telah berlaku (entah itu menyangkut kelenjar hormon adrenal, atau dan sebagainya) sehingga dalam orang yang bersangkutan timbullah gejala emosi yang kita kenal sebagai keyakinan. Proses timbulnya oleh karena physical law tersebut. Bisa menyangkut masalah intelek atau ratio dan bisa juga seseorang sampai pada keyakinan oleh karena kebutuhan rationya terpuaskan.
Jika keyakinan itu sendiri sangat tergantung pada proses dari physical laws, maka iman itu sangat independen dari physical laws. Memang sering kali iman menggejala dalam bentuk kebutuhan emosional maupun rasional, tetapi sering kali juga tidak. Ada banyak orang beriman merasa pada saat-saat tertentu kehilangan keyakinan. Menurunnya derajat keyakinan tidak identik dengan naiknya iman.
Seorang yang begitu menginginkan seorang anak, bisa melihat dirinya memiliki keyakinan yang mutlak bahwa pasti Tuhan akan menganugerahkan seorang anak, tanpa sangkut-pautnya dengan masalah iman sama sekali, meskipun ia merasakan bahwa keyakinannya adalah iman. Keyakinan mutlak bisa kita temukan pada orang Kristen maupun non-Kristen, tetapi iman yang sejati hanya dimiliki oleh orang Kristen yang dilahirkan baru.

Apakah Sebenarnya Iman Itu?

Iman bukanlah hasil usama manusia (yang ingin beriman), tetapi semata-mata anugerah Tuhan (Rom.12:3; Ef.2:8). Itulah anugerah untuk percaya kepada Tuhan Yesus Kristus sebagai satu-satunya jalan, satu-satunya kebenaran dan satu-satunya kehidupan (Yoh.14:6). Semata-mata anugerah sehingga dikatakan sebagai kelahiran baru (Yoh.3:1-8). Oleh karena secara mutlak tidak ada andil dari manusia (I Kor.2:9-16; Ef.2:8-9). Jikalau iman hanya ada di dalam sangkut pautnya dengan keselamatan di dalam Tuhan Yesus Kristus, maka iman bukan alat untuk mendapatkan apa yang manusia inginkan. Ukuran iman tidak menentukan besar kecilnya kuasa yang menyertainya. Iman yang kecil (ukuran perasaan manusia) sebesar biji sesawi saja, kalau betul-betul iman, kadang-kadang (kalau Allah menghendaki), bisa melakukan perkara-perkara yang besar. Lukas 17:6, menyebutkan tentang kuasa memindahkan gunung, dsb. Sebaliknya orang-orang yang beriman besar (terbukti dari kehidupan dan kesaksiannya) seringkali tidak memiliki kuasa untuk melakukan keajaiban-keajaiban yang sederhana sekalipun. I Tim.5:23 menyaksikan tentang Paulus yang ternyata tidak dapat menyembuhkan penyakit perut dari Timotius.
Tinggi rendahnya derajat iman, tidak ditentukan oleh besar kecilnya kuasa yang ada, melainkan ditentukan oleh besar kecilnya kasih yang ada. I Kor.13:1-3 menyatakan tentang kehebatan kuasa-kuasa ajaib yang mungkin dapat dimiliki oleh orang-orang yang sama sekali tidak memiliki iman yang sejati dan sama sekali tidak memiliki kasih agaphe dari Allah.
Iman tidak dianugerahkan sekali sempurna, tetapi harus dikerjakan dengan takut dan gentar (Flp.2:12). Oleh karena itu, banyaknya dan lamanya seseorang mempelajari Alkitab dan mengenal kebenaran Allah tidak menjamin pertumbuhan imannya. Banyak orang Kristen yang sederhana yang tidak tahu tentang kebenaran-kebenaran Firman Allah yang dalam dan kompleks, tetapi memiliki iman yang besar. Sebaliknya banyak orang Kristen yang tahu banyak tentang Alkitab dan bahkan bisa memimpin atau menjelaskannya kepada orang lain, tetapi beriman kecil. Dalam Yoh.20:29, Tuhan Yesus memperingatkan Thomas yang sudah melihat banyak tanda ajaib, yang sudah belajar banyak Firman kebenaran tetapi yang kurang beriman, dengan kata-kata: “berbahagialah mereka yaang tidak melihat namun percaya”.
Iman harus dipertanggungjawabkan sesuai dengan levelnya. Kepada yang diberi banyak dituntut banyak dan kepada yang diberi sedikit dituntut sedikit (Luk.12:48; I Kor.10:13). Oleh sebab itu, seorang bayi Kristen bisa memiliki iman yang besar jikalau ia mampu mempertanggungjawabkan imannya sesuai dengan talentanya dan kondisinya (meskipun oleh karena keadaannya yang baru belum mengenal banyak tentang kebenaran Firman Allah). Sekalipun demikian kita harus ingat bahwa, imannya yang besar akan merosot jikalau ia sengaja untuk menutup diri dan tidak bersedia belajar mengenal Firman Allah.
Iman harus dikerjakan, digumuli dan diterapkan sesuai dengan Firman Allah (II Tim.3:16-17)). Alkitab diwahyukan khusus untuk maksud tersebut. Iman yang dianugerahkan harus menjadi tindakan (Yak.2:17), dan tindakan iman ‘act of believing’ yang sejati hanya ada dalam sangkut pautnya dengan Firman Allah. Tindakan iman yang sejati adalah respons terhadap kebenaran Firman Allah, tidak ada yang lain.
Rom.4:1-25 menjelaskan bahwa tindakan Abraham merupakan respons terhadap Firman Allah dan kehendak Allah yang ia sudah kenal. Oleh karena itu apa yang ia lakukan benar-benar tindakan iman. Meskipun ia tidak mengenal secara detail dari apa yang ia alami, ia tidak ragu-ragu untuk mematuhi perintah Allah karena ia sudah kenal bahwa Allah adalah Allah yang dengan FirmanNya menjadikan apa yang tidak ada menjadi ada dan Allah yang selalu menepati janji.
Iman adalah respons terhadap Firman Allah. Iman tidak pernah dalam kevakuman Firman Allah. Bohong kalau ada orang yang berkata ia orang beriman tanpa tahu apa yang ia percayai (II Tim.1:12). Seorang tidak dapat melakukan tindakan iman dan memikul beban kehidupan tanpa mengenal Dia (Mat.11:29).
Iman tidak sama dengan perasaan beriman (feeling, keyakinan). Banyak orang yang mempu menciptakan ‘inner sense of certainity’ (keyakinan batin) bahwa allah akan memberikan apa yang kita minta dengan cara melakukan deliberate deception (penipuan terhadap diri sendiri). Mencari dan memikirkan Cuma ayat-ayat Alkitab yang sesuai dengan keinginannya, dan melupakan ayat-ayat yang lain yang bisa membimbangkan hatinya. Berkumpul hanya dengan orang-orang yang sependapat dan menjauhkan diri dari orang-orang yang berpendapat lain. Tingkah laku seperti ini setelah melalui jangka waktu yang cukup secara otomatis akan muncul perasaan beriman dan keyakinan akan pemikiran dari apa yang diinginkannya. Orang yang bersangkutan akan merasa yakin bahwa keinginannya adalah pengharapan iman yang benar padahal total salah.
Perasaan (feeling) tidak menghasilkan iman. Imanlah yang menghasilkan feeling atau perasaan yakin, mantap, damai, sukacita, pengharapan, dsb. Yang harus kita miliki adalah iman bukan feeling. Banyak orang merasa beriman padahal tidak, sebaliknya banyak orang yang merasa tidak beriman padahal imannya teguh.
Misalnya: Martin John Hus sebelum dibakar hidup-hidup, dalam sel tahanannya ia duduk sepanjang malam, takut dan ragu-ragu. Ia mencoba menyentuh nyala api lilin yang ada di atas meja dan menarik tangannya dengan kesakitan. Ia berkata, “if I can’t with stand the fire of a candle, how the stake?”. Ia bimbang kalau ia bertahan. Tetapi apa yang terjadi? John Hus dibakar hidup-hidup tanpa mengeluh dan bahkan terus-menerus menyanyi memuji Tuhan.
Iman itu bersandar pada Allah yang hidup, yang memberikan pertolongan pada saatnya (Mat.10:19) dan bukan bersandar pada keyakinan dan perasaan pribadi. (Aml.3:5-7).
Deliberate deception bisa menghasilkan perasaan beriman yang menjadi sumber konflik dan pergumulan sia-sia dalam hidup banyak orang Kristen. Perasaan beriman yang membutakan mereka dari kehendak Tuhan. Bagi mereka tidak ada perbedaan antara kehendak Tuhan dengan kehendak pribadi. Mereka memanipulir janji Tuhan dalam Matius 21:22; 7:7; Flp.4:19, dan melupakan realita bahwa Allah yang suci dan berencana hanya memberikan hal-hal yang baik yang betul-betul menjadi kebutuhan anak-anakNya (Mat.7:11).
Setiap orang yang hanya bersandar kepada akal dan perasaannya sendiri, tidak mengenal hal-hal yang baik yang betul-betul dibutuhkannya (Aml.3:1-7) dan permintaan mereka terjerat oleh nafsu (Yak.4:3) sehingga kalaupun mereka mendapat apa yang mereka inginkan, maka hal itu bukanlah berkat dari Tuhan melainkan hukuman yang mematikan iman mereka (Maz.106:15).
Setiap orang percaya harus bersandar pada Tuhan yang akan meluruskan jalan pikiran dan perasaannya (Aml.3:6)oleh karena pada dasarnya jalan Tuhan tidak sama dengan jalan manusia (Yes.5:8).




JAMINAN KEKAL KESELAMATAN

1. Permasalahannya
Jika seseorang sudah percaya kepada Kristus dengan sungguh-sungguh, dapatkah suatu saat dengan sengaja ia menolak dan tidak lagi mau percaya kepada Kristus atau sengaja jatuh dalam dosa tertentu, sehingga ia kehilangan keselamatannya? Ataukah keselamatan itu tidak dapat hilang, tidak perduli apapun yang dilakukan atau dialami orang tersebut, termasuk di dalamnya ia menolak keselamatan yang sudah diterimanya?
Jika kita mengatakan keselamatan tidak dapat hilang, sekali selamat tetap selamat, tidak perduli apapun yang dilakukan atau yang dialami orang tersebut, itu sama dengan hidup semaunya. Ia boleh masa bodoh terhadap tuntutan moral dan tuntutan rohani yang nyata-nyata Alkitab kemukakan. Jelas efek “satu kali selamat tetap selamat” terhadap kehidupan praktis orang Kristen adalah buruk sekali. Disamping itu Alkitab sendiri memberi data-data yang nampaknya meragukan kelangsungan keselamatan secara kekal.
Sebaliknya jika keselamatan itu bisa hilang, maka akan berakibat seriu terhadap damai sejahtera yang dimiliki orang percaya. Ketakutan akan kehilangan keselamatan akan menghantuinya, walaupun mungkin ia akan memelihara keselamatannya tetapi itu dilakukan dengan penuh kuatir dan tidak damai. Alkitabpun memberikan banyak ayat yang dengan jelas menunjukkan bahwa keselamatan itu kekal adanya.
Dengan melihat pertentangan di atas jelaslah betapa pentingnya untuk kita secara langsung melihat apa kata Alkitab tentang jaminan keselamatan. Apakah keselamatan itu satu kali untuk selamanya tanpa syarat apa-apa ataukah keselamatan itu bersyarat dan bisa lenyap jika persyaratan itu tidak dipenuhi!

2. Pandangan Alkitab
Alkitab mengajarkan bahwa keselamatan kekal adanya, tidak bisa hilang untuk selama-lamanya. Jaminan ini diberikan oleh Allah Tritunggal sendiri (Bapa, Anak dan Roh Kudus).
Jaminan kekal dari Bapa
a. Jaminan dari rencana dan program kekalNya (Rom.8:28-30, Ef.1:3-11, Ef. 2:7)
Perhatikanlah perincian rencana dan program tersebut.
· Mempredestinasikan orang-orang pilihanNya untuk menjadi serupa dengan gambaran AnakNya Yesus Kristus (Rom.8:29).
· Menerima semua orang yang ada di dalam Kristus (Ef.1:6, Kol.3:3). Hal ini berarti orang-orang percaya mempunyai hak untuk masuk surga sebagaimana Kristus sendiri, karena ia ada di dalam Kristus.
· Memanggil, membenarkan dan memuliakan semua orang yang diterima dalam Kristus (Rom.8:30). Perhatikan khususnya kalimat terakhir “mereka itu juga dipermuliakanNya”. Pemuliaan memang akan terjadi saat Kristus datang pada saat kedua kali (I Kor.15:51-54). Tetapi dalam ayat ini, Rasul Paulus menggunakan kata tersebut dengan tensis masa lampau (past tense). Dengan kata lain, dimata orang percaya sudahlah dimuliakan di surga bersama Kristus. Ayat ini merupakan dukungan yang sangat kuat terhadap jaminan keselamatan yang kekal.
· Mengumpulkan/mempersatukan semua orang percaya dalam Kristus bila waktunya sudah genap (Ef.1:10).
· Menunjukkan kepada kita yang dikumpulkannya dalam Kristus kekayaan kasih karuniaNya yang melimpah-limpah kepada kita (Ef.2:7).
b. Jaminan dari kuasaNya (Yoh.10:29; Rom.4:21; 8:31-39; 14:4; I Kor.1:8-9; Ef.3:20; Flp.1:6; II Tim.1:12; 4:18; Ibr.7:25; I Pet.1:5; Yud.24).
c. Jaminan dari kasihNya (Rom.7-11; 8:31-33)
d. Jaminan dari kesetiaanNya memurnikan kita yang adalah miliknya (Ibr.12:1-11). Allah setia menegur dan menghajar umatNya yang berdosa, yang gagal mentaati FirmanNya (Why.3:19). hajaranNya untuk mengoreksi kita untuk menunjukkan bahwa kita adalah anak-anak Allah dan kita tidak akan dihukum bersma-sama dengan dunia ini (Ibr.12:6; I Kor.11:32).
Dihukum bersama dengan dunia ini berarti berbagian dengan kesalahan dan hukuman dosa. Hal ini tidak mungkin bagi kita yang telah diselamatkan, karena kita telah ditebuh oleh darah Tuhan Yesus Kristus (Rom.8:31-34). Allah tidak menegur mereka yang bukan anak-anakNya, Allah hanya memberikan hukuman kepada mereka yang bukan anak-anakNya.
e. Jaminan dari janjiNya untuk memelihara kita. Berbeda dengan Perjanjian Lama dimana perjanjian Allah dengan Israel didasarkan pada taurat sehingga perjanjian itu rusak jika hukum yang diberikan tidak ditaati (Yer.31:32). Perjanjian Baru diberikan Allah melalui Injil (Ibr.8:6-12; Yer.31:31-40; Luk.22:20) didasarkan pada anugerah (sesuatu yang diberi dengan kondisi tidak layak dari sipenerima). Karenanya perjanjian ini tidak dapat dirusak apalagi ditiadakan oleh kegagalan manusia. dengan itu Allah menjadikan hidup yang kekal (Yoh.3:15-16, band. Yer.31:35-40).
Demikianlah kita melihat jaminan yang Bapa berikan kepada kita. Dengan jaminan tersebut kegagalan umatNya melakukan tugasnya tidaklah menjadi masalah bagi Allah. Ia berkuasa untuk menggenapkan tujuan rencanaNya bagi kita (II Tim.1:12; Yud.24; Yoh.10:28-29; Flp.46:10).
Oleh karena keselamatan seutuhnya adalah karya kasih karunia Allah dari awal sampai akhirnya, kegagalan manusia tidaklah menggagalkan kasih karunia Allah dalam menyelamatkan umatNya.
Jaminan kekal dari Anak
a. Jaminan dari janji-ianjiNya (Yoh.5:24; Yoh.6:37; Yoh.27-28).
b. Jaminan dari doaNya (Yoh.17-9-12; 17:15; 17:20)
c. Jaminan dari kematianNya (Yes.53:5; 53:11; Mat.26:28; Yoh.19:30).
Semenjak hutang dosa kita masa lalu, kini dan akan datang telah dibayar untuk kita yang telah diselamatkan tidak akan lagi mendatangkan hukuman Allah karena dosa-dosa kita (Rom.8:1a, 32-34). Segala hukuman untuk kita sekarang jatuh pada pengganti kita yaitu Yesus Kristus, yang dengan sempurna dan penuh untuk membayar hutang dosa kita.
Dengan demikian melalui hidup Kristus kita selamanya diselamatkan karena selamanya dibenarkan dan didamaikan dengan Allah (Rom.5:9-10). Disini kita juga melihat suatu hukuman yang menyatakan manusia tidak boleh diadili atau dihukum dua kali untuk satu kesalahan yang sama. Melalui kematianNya Kristus dihukum bagi dosa orang percaya. Dengan menerimaNya sebagai Juruselamat kita setuju untuk Ia yang membayarkan hutang dosa kita.
d. Jaminan dari kebangkitannya (Rom.6:3-10; Kol.2:12-15).
e. Jaminan dari pekerjaanNya pada masa kini.
· Pekerjaan sebagai pembela bagi kita (I Yoh.2:1).
Yesus membela kita dihadapan Bapa, manakala kita didakwa oleh setan mengenai dosa-dosa kita (Why.12:10). Kristus tidak memohon agar Allah toleran dengan dosa kita ataupun memaafkan kita, melainkan ia mengajukan nilai kematian penebusanNya sebagai dasar untuk dibuangNya semua dakwaan setan dari pengadilan (Rom.8:31-34; Ibr.9:24).
Penebusan Tuhan Yesus bagi kita bukan berarti kita menjadi leluasa melakukan dosa, melainkan agar kita tidak berbuat dosa (I Yoh.2:1). Tidak mudah bagi kita untuk berbuat dosa jika kita mengerti bahwa kita akan menjadi persoalan yang terbuka di sorga dan membutuhkan pekerjaan pelayanan Kristus yang khusus ini.
· PekerjaanNya sebagai Jurusafaat bagi kita (Ibr.7:25).
Kristus dalam safaatNya tidak saja meliputi pembelaan dan doa bagi kita, tetapi Kristus sebagai Imam Besar kita, Ia juga menjadi wakil resmi kita dihadapan Bapa, yang mengurus segala sesuatunya yang berkenaan dengan kebaikan kita selama kita di dunia ini (Ibr.:4:14-16; Yoh.17:9-24; Luk.22:31-32). Karena Ia sanggup untuk memelihara kita sampai akhir nanti.
Semua bisa diringkas sebagaimana Rasul paulus tuliskan dalam Rom.5:10, “Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya!”. Kebenaran agung yang Paulus kemukakan disini adalah: Yesus Kristus mati untuk menyelamatkan orang percaya tetapi Ia sekarang hidup untuk memelihara orang percaya dalam keselamatan. Itu sebabnya penulis Ibrani mengatakan dalam Ibrani 5:9, “…, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi …”.
Jaminan kekal dari Roh Kudus
a. Ia melahirbarukan orang percaya (Yoh.3:3-7; Tit.3:5; Yak.1:18; I Pet.1:23).
Itu berarti orang Kristen memiliki tabiat yang baru dengan kerinduan untuk melakukan perkara-perkara Allah.
b. Ia menghabiskan orang percaya ke dalam tubuh Kristus (Rom.6:3-4; I Kor.12:13; Gal.3:27; Ef.4:4-5; Kol.2:12). Dengan demikian orang percaya menjadi tulang dari tulangNya dan daging dari dagingNya. Pernah seorang Kristen baru berkata “aku takut kalau-kalau pada suatu hari aku terjatuh dari genggaman jari tanganNya.” Temannya menjawab “saudaraku, engkau adalah salah satu dari jariNya”.
c. Ia tinggal di dalam orang percaya (Yoh.7:37-39; Yoh.14:16; Rom.8:9; I Kor.2:12; 3:16; 6:19; I Yoh.3:24). Perhatikan khususnya Yoh.14:16 “Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamany.”
d. Ia memateraikan orang percaya (II Kor.1:22; 5:5; Ef.1:13-14; Ef.4:30). Selain Rom.8:30, maka Ef.4:30 merupakan ayat yang sangat mendukung keselamatan yang tidak dapat hilang. “Dan janganlah kamu mendukakan (hurufia: berhenti mendukakan) Roh Kudus yang memateraikan kamu menjelang hari penyelamatan”. Menurut Rom.8:23, hari penyelamatan adalah hari penyempurnaan keselamatan kita, penebusan tubuh kita dari kerusakan, dosa kebinasaan, dan kefanaan. Kapan itu terjadi ?. Pada saat Kristus datang kembali. Dengan demikian Roh Kudus adalah materai Allah yang memelihara kita sampai pada hari penyempurnaan keselamatan kita. Dengan kata lain Roh Kudus akan memelihara kita samapai pekerjaan penebusan Allah sempurna di dalam kita.
Demikianlah kita melihat bahwa jaminan keselamatan adalah pekerjaan Allah Tritunggal sendiri. Namun demikian orang percaya mempunyai tanggung jawab untuk bertekun dalam iman keselamatannya (I Pet.1:5). Tetapi ketekunan ini bukanlah prestasi kita melainkan pemberian Allah juga (Flp.2:12-13, perhatikan ayat 13 dalam konteksnya adalah untuk melaksanakan ayat 12). Berbeda halnya dengan iman praktika, iman keselamatan didukung oleh doa Kristus (Luk.22:31-32; Ibr.7:25). Orang Kristen tidak selalu berhasil dalam iman prakteknya, tetapi tidak pernah ia tanpa iman keselamatannya. Kebenaran inilah yang membedakan antara orang yang mengaku selamat dengan orang-orang yang sungguh-sungguh diselamatkan. Orang yang mengaku selamat tidak akan selamat, sedangkan orang yang memiliki keselamatan akan dipelihara sampai pada aspek terakhir keselamatannya (Mat.24:13). Prinsip ini diteguhkan oleh beberapa ayat Alkitab, yang sepintas lalu mengajarkan kemungkinan hilangnya kesematan. Dari Kol.1:21-23, sering kali ditarik prinsip jika kita tidak bertekun di dalam iman, maka kita akan terhilang. Sesungguhnya, kita memang belum diselamatkan jikalau kita tidak bertekun di dalam iman, kenyataan masa lampau akan pendamaian kita dengan Allah (ayat 21, aorist-tensis) akan dimanifestasikan melalui ketekunan kita dalam iman. Demikian juga dengan Ibr.3:6, sering dinyatakan jika kita tidak sampai pada akhirnya teguh berpegang pada kepercayaan dan pengharapan, maka kita akan berhenti menjadi rumah Kristus dan terhilang. Kenyataannya ayat ini tidak bicara begitu, melainkan bahwa jika tidak ada ketekunan iman pada masa akan datang maka kita akan menghadapi dimasa yang akan datang dikarenakan kita tidak mengalami pengalaman keselamatan pada masa lalu (Ibr.3:14).

Keberatan-keberatan:
Jika keselamatan tidak dapat hilang, bagaimana dengan keberatan-keberatan yang kita jumpai dalam pengalaman kita, adanya orang yang meninggalkan Tuhan dan adanya orang kecenderungan hidup semau gue, serta adanya ayat-ayat yang nampaknya menunjukkan bisa hilangnya keselamatan.
Melalui uraian tentang jaminan keselamatan, maka kita sudah menjadi jelas bahwa orang yang tidak bertekun dalam keselamatan bukan hilang keselamatannya melainkan memang ia tidak mengalami pengalaman keselamatan (ingat uraian Kol.1:21-23 dan Ibr.3:6). Perlu dicatat disini, orang yang sudah mengalami pengalaman yang didamaikan dengan Allah bukan artinya ia tidak bisa jatuh dan meninggalkan Tuhan tetapi sesungguhnya ia hanya kehilangan iman praktisnya, sedangkan iman keselamatannya tetap, itulah sebabnya orang ini lambat atau cepat pasti akan kembali kepada Tuhan.
Doktrin ini (satu kali selamat, selamanya selamat) memberikan orang Kristen kelonggaran untuk hidup berkubang di dalam dosa. Keberatan ini tidak perlu terjadi, karena doktrin ini tidak samasekali memberikan ijin untuk orang percaya semaunya bermain dengan dosa adalah kehendak Allah sendiri untuk kita tidak berdosa (I Yoh.2:1). Allah mengimbangi dktri ini dengan hukuman (I Kor.11:30-32) dan ganjaran yang tidak menguntungkan (II Kor.5:10; I Kor.3:15; Kol.3:25). Kita bertanggung jawab kepada Allah dan Tuhan Yesus untuk segala perbuatan kita. Orang yang berdosa tanpa kesensitifan adalah orang yang tidak pernah menerima keselamatan itu sendiri walaupun mungkin ia mengaku percaya dan yakin diselamatkan.

Alkitab sendiri menyatakan adanya kemungkinan keselamatan itu hilang (Armenian mengemukan 100 ayat untuk mendukung bahwa keselamatan itu bisa hilang adalah sangat menolong jika kita memeriksa dengan cermat ayat-ayat tersebut dan menemukan maksud sebenarnya dari ayat-ayat tersebut. Ayat-ayat ini dapat dikelompokkan dengan topik-topik berikut.

1. Ayat-ayat ini berkenaan dengan guru palsu
Mat.7:15-23, 24:11, II.Kor.11:13-15, I.Tim.4:1, II.Pet.2:1-22, 3:16-17, I.Yoh.2:9, II.Yoh.1:7, Yud.4, !0-16, Wah.22:18-19.
Orang-orang yang diuraikan dalam ayat-ayat diatas adalah orang-orang yang murtad. Seorang yang murtad adalah orang yang tealah menerima terang tetapi bukan hidup. Ia tahu sesuatu mengenai firman Tuhan, tetapi tidak tahu apa-apa tetang Tuhan dari firman itu. Ia karenanya menolak memberikan ketaklukan kepada kebenaran alkitab. Hidup dan perbuatannya sebagai berikut:
a. Ia adalah srigala yang ganas dan buas tetapi memakai jubah domba (Mat.7:15, Kis.20:29).
b. Ia membenci domba-domba sejati (Kis.20:29).
c. Ia banyak mengadakan tanda. Dan mujuzat untuk mengelabuhi banyak orang (Mat.24:11, 24:24).
d. Ia adalah pemecah-belah dan materialistis(Rom.16:17-17).
e. Ia berbicara manis dan muluk-muluk(Rom.16:18).
f. Ia menipu dan menjadikan dirinya alat Iblis, untuk di samarkan menjadi malaikat terang(II.Kor.11:13, 11:15).
g. Tabiat dan pemberitaannya di kuasai Iblis(I.Tim.4:1-3).
h. Ia menyimpangkan doktrin Kristus(II.Pet.2:1, II.Yoh.1:7, Yud.4).
i. Ia menyimpangkan doktrin firman Allah (II.Pet.3:16, Wah.22:18-19).
j. Ia menyimpangkan doktrin aqnuggerah Allah(Yud.4)
k. Ia (Pada akhirnya) dapat dikenali melalui buahnya (Mat.7:16-20, Yak.3:11-12,1Yoh2:19)

2. Ayat-ayat ini berkenaan dengan tindakan: Mat.10:32,33,Yoh.8:51,1.Kor.15:1- 2,2.Kor.13:5,Kol.1:23,Ibr.2:1-4,Ibr.12:25,Ibr.12:29,Yak.2:14- 26,1.Yoh.3:6,1.Yoh.3:8-9,Yoh.5:18,Yoh.1:9.
Kita catat beberapa di antaranya ;
a. Sesungguhnya barang siapa menuruti.Firmanku ia tidak akan mengalami
Maut selama-lamanya(Yoh.8:21).
Firmanku (ajaran,perintah) manakah yang Tuhan Yesus maksudkan disini?.didalam percakapan sebelum nya (Yoh.6:28),orang banyak telah bertanya kepada kristus :”Apakah yang harus kami perbuat ,supaya kami mengerjakan pekerjaan Allah ?”.Yesus kemidian menjawab :” Inilah pekerjaan yang di kehendaki Allah,yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah di utus Allah .”(Yoh.6:29)
b. “Dari sekarang,saudara-saudaraku,aku mau mengingatkanmu kepada injil yang aku beritakan kepadamu dan yang kamu terima .dan yang didalam nya kamu teguh berdiri oleh injil itu kamu di selamatkan ,asal kamu teguh berpegang padanya ,seperti yang telah kuberitakan kepadamu kecuali kalau kamu telah sia-sia saja menjadi percaya (Kor.15:1-2).
Kata kunci ayat ini”kecuali kalau kamu telah menjadi sia-sia saja menjadi percaya “.apakah maksud paulus disini ?.Ia menjelaskannya kemudian dalam ayat 12.nampaknya dikorintus ada orang-orang yang mengaku percaya tetapi menolak kebangkitan kristus .Rasul paulus menyatakan bahwa mereka tidak selamat,kepercayaan mereka adalah sia-sia,karena adalah tidak mungkin seorang pennyangkai kebangkitan Kristus dilahirkan barukan .
Kata”asal”dalam ayat 2 seharusnya diterjemahkan dengan “seba/karena “.sama seperti dalam Kol.1:23.
c. “Setiap orang yang lahir dari Allah ,tidak berbuat dosa lagi: sebab benih Ilahi tetep ada di dalam Dia dan ia tidak dapat berbut dosa, karena ia lahir dari Allah .”(1.Yoh 3:9).
Sarjana Yunani Kenneth wuest menuliskan :”didalam bahasa yunani ,infinitif dalam tensa masa kini (present tense )selama digunakan untuk membicarakan suatu perbuatan yang kontinyu atau kebinasaan,dan tidak pernah digunakan untuk menunjuk pada suatu pakta tindakan belaka ….karenaya terjemahaan yang lebik baik adalah “setiap orang yang lahir dari Allah,tidaklah dapat berdosa secara kebinasaan .”
NasYunani ini bukanlah dukungan bagi ajaran orang-orang perpeksionis (kita bisa mencapai kesucian sempurna di dunia ini).
d. “Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di sorga. Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan Bapa-Ku yang di sorga." (Mat.10:32-33).
Pasal ini dimulai dengan Tuhan Yesus mengajar pada RasulNya sebelum mereka diutus untuk pertama kalinya. Ayat-ayat kutipan di atas merupakan kata-kata Yesus mengingatkan rasul-rasulNya akan keseriusan tugas yang mereka emban. Mereka harus memperingati pendengar mereka bahwa menolak Kristus secara pribadi di dunia ini akan membawa sipenolak tersebut suatu hari di surga nanti ditolak Kristus.
3. Ayat-ayat ini berkenaan dengan pahala Kristen: I Kor.3:11-15; II Kor.5:9-10; Gal.6:9; Kol.3:24-25; II Tim.2:12; Yak.1:12; II Yoh.1:18; Why.2:7; 2:11; 2:17; 2:26; 3:5; 3:12; 3:21.
“Jika kita bertekun, kita pun akan ikut memerintah dengan Dia; jika kita menyangkal Dia, Dia pun akan menyangkal kita” (II Tim.2:12). Kata “menyangka” disini dapat dikaitkan dengan I Kor.3:15 “ Jika pekerjaannya terbakan, ia akan menderita kerugian (kehilangan), tetapi ia sendiri akan diselamatkan tetapi seperti dari dalam api.” Jadi penyangkalan disini adalah mengenai pahala. Kaitan ini didukung pula oleh II Tim.2:13. bahwa kesetiaan Allah tidak terhapus oleh ketidak setiaan kita dalam memelihara keselamatan. (Alkitab menunjukkan dengan jelas bahwa pahala sangat bergantung pada kesetiaan kita, tetapi keselamatan bergantung kepada kesetiaan Allah.
“Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan dan kamu hamba-Nya.Barangsiapa berbuat kesalahan, ia akan menanggung kesalahannya itu, karena Tuhan tidak memandang orang.” (Kol.3:24-25). Ayat inipun berkenaan dengan pahala saja dan bukan dengan keselamatan.

4. Ayat-ayat ini, berkenaan dengan kehilangan perkenan Allah: I Kor.9:27; 10:5; Ibr.3:11-19; 4:1-16; 12:14-15.
“Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak.” (I Kor.9:27). Kata ditolak dalam ayat ini adalah ‘adokimos’, yang artinya “tidak diperkenankan”. Paulus disini sama sekali tidak bicara tentang keselamatan yang dari Allah itu (II Tim.1:12), melainkan ia berbicara tentang pelayanannya bagi Allah. Ia tidak mau jika sampai kena pensiun rohaninya.
“Tetapi akan kebanyakan dari mereka itu Allah tidak berkenan. Sebab itulah mereka itu binasa dalam padang belantara.” (I Kor.10;5). Juga, “Sehingga aku bersumpah dalam murkaku: mereka takkan masuk tempat perhentianku.” (Ibr.3:11). Ayat-ayat ini merupakan reviw kisah ketidak percayaan Israel yang tragis dalam PL ketika mereka ada di Kade Bernea (Bil.14). Dimana mereka menolak masuk Palestina. Oleh karena itu Allah tidak mengijinkan mereka yang berumur 20 thn ke atas untuk memasuki tanah perjanjian tersebut (kecuali Yosua dan Kaleb). Bahkan Musa pun karena dosanya ditolak masuk ketanah perjanjian. Tetapi semua ini tidaklah bersangkut paut dengan penghukuman kekal, melainkan sebagai pembinasaan jasmaniah belaka. Dengan demikian ayat-ayat ini berarti bahwa mereka tidak akan pernah keluar dari padang belantara untuk masuk ketanah yang penuh susu dan madu.
Dalam Mazmur kita diberi keterangan lebih lanjut mengenai rteaksi Allah terhadap dosa Israel di padang belantara itu (baca Maz.78:37-38; 106:43-44).
Keselamatan Musa dengan jelas tidak kita ragukan meskipun ia tidak dfiperkenankan untuk memasuki tanah perjanjian itu. Tetapi ia disebutkan dalam PB, Mat.17:1-4.
Point dalam keseluruhan uraian di atas adalah penulis Ibrani menggunakan contoh sejarah ini untuk menorong orang Kristen hidup dan masuk ke dalam kehendak Allah yang sempurna. (baca Ibr.4:1; 4:11).

5. Ayat-ayat ini berkenaan dengan hajaran Allah.
“Tetapi barangsiapa yang bimbang, kalau ia makan, ia telah dihukum, karena ia tidak melakukannya berdasarkan iman. Dan segala sesuatu yang tidak berdasarkan iman, adalah dosa.”(Rom.14:23).
“Karena barangsiapa makan dan minum tanpa mengakui tubuh Tuhan, ia mendatangkan hukuman atas dirinya.” (I Kor.11:29).
“…dengan memungkiri kesetiaan mereka yang semula kepada-Nya, mereka mendatangkan hukuman atas dirinya.” (I Tim.5:12).
Kata yang menjadi masalah dalam ayat-ayat di atas adalah “hukuman”.
Dalam kata Yunaninya kata ini lebih tepat diterjemahkan dengan “penghakiman”. Dalam point “a” Paulus menunjuk pada orang percaya yang memakan makanan-makanan tertentu yang orang itu sendiri tidak jelas apakah Allah menghendakinya untuk ia makan. Dalam point “b” Paulus berbicara tentang orang percaya yang ikut berbagian dalam perjamuan kudus dengan masih membawa dosa dalam hidup mereka.
Point “c” adalah uraian Paulus tentang janda muda Kristen yang memperlihatkan sikap duniawi terhadap seks dan perkawinan. Tetapi tidak kita lihat bahwa orang-orang dalam ayat-ayat di atas mengalami hukuman melainkan mereka semua akan dihakimi Allah. Rasul Petrus meringkaskan semua ini dalam I Pet 4:17, dimana ia menggunakan kata Yunani “penghakiman” yang sama dengan yang Paulus pakai di atas.
“Karena sekarang telah tiba saatnya penghakiman dimulai pada rumah Allah sendiri yang harus pertama-tama dihakimi. Dan jika penghakiman itu dimulai pada kita, bagaimanakah kesudahannya dengan mereka yang tidak percaya pada Injil Allah?” (baca juga Ibr.12:5-11).

6. Ayat-ayat ini berkenaan dengan hidup berdua, kesaksian dan kedewasaan Kristen: Mat.5:13; Yoh.8:31; 15:1-6; Kis.13:43; 14;22; Yak.1:26; II Pet.1:9-11; I Yoh.2:24.
Setelah Yesus mengatakan semuanya itu, banyak orang percaya kepada-Nya. Maka kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya: "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu." (Yoh.8:30-32). Kemudian Yesus mempertegas pernyataan itu “Aku datang supaya mereka mempunyai hidup dan mempunyainya dalam segala kelimpahan” (Yoh.10:10). Semua orang Kristen mempunyai hidup yang kekal tetapi hanya orang Kristen yang berbuahlah yang menikmati kelimpahan.
“Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar.”(Yoh.15:6). Perhatikan bahwa yang mengumpulkan ranting-ranting yang tidak berbuah dan membakarnya adalah manusia dan bukan Allah. Contoh yang serupa diberikan oleh Kristus dalam khotbahNya di bukti (Mat.5:13). Ayat-ayat ini jelas melukiskan kesaksian yang sia-sia dihadapan manusia dan bukan kehilangan keselamatan dari Allah.

7. Ayat-ayat ini berkenaan dengan orang-orang percaya yang dipengaruhi oleh ajaran palsu: II Kor.11:2-4; Gal.5:4; Kol.2:4; 2:8; 2:18; I Tes.3:5; I Tim.1:6; 1:19-20; 6:20-21; II Tim.2:26.
Salah satu bukti orang Kristen harus menjadi dewasa dalam iman (Ef.4:14). Sekaligus dalam ayat ini Paulus mengakui bahwa adalah mungkin orang percaya jatuh dan diombang-ambingkan oleh ajaran palsu.
Ajaran palsu Legalisme (Gal.5:4, “Kamu lepas dari Kristus, jikalau kamu mengharapkan kebenaran oleh hukum Taurat; kamu hidup di luar kasih karunia.”). Ayat ini merupakan dukungan yang sangat disukai oleh orang-orang yang menganggap keselamatan bisa hilang. Khususnya kalimat “kamu hidup diluar (jatuh dari) kasih karunia” tetapi harus kita tanyakan apa yang menyebabkan kejatuhan mereka. Penyebabnya adalah usaha mereka yang gila-gilaan, dan sia-sia, untuk memenuhi Hukum Taurat Musa. Apakah ini kemudia berarti bahwa orang-orang Kristen yang berusaha untuk melakukan perbuatan-perbuatan sesuai taurat akan kehilangan keselamatannya?. Tentu saja tidak!.
Paulus mencela jemaat Galatia bukan karena kejahatan mereka terhadap taurat melainkan karena usaha mereka untuk memelihara taurat. Dengan demikian keluar dari kasih karunia adalah tindakan memperbolehkan legalisme taurat mencegah kita dari kenikmatan kebebasan penuh oleh kasih.
Kemungkinan Petrus (Gal.2:11-14) dan Yakobus (Kis.21:18-26), “hidup di luar kasih karunia” sejenak dalam persoalan ini (lihat juga I Tim.1:6-7).
Ajaran palsu hikmat dan filsafat duniawi (Kol.2:8; I Tim.6:20-21).
Ajaran palsu penyembahan Malaikat (Kol.2:18).
Ajaran palsu mengenai kebangkitan (I Tim.1:19-20; II tim.2:18).

8. Ayat-ayat ini berkenaan dengan dosa yang membawa kepada kematian: Kis.5:1-11; Rom.6:16; 8:13; I Kor.5:5; 11:30; Ibr.6:4-20; 10:26; Yak.1:13-15; 5:19-20; I Yoh.5:16.
Dosa yang membawa kematian adalah dosa yang hanya dapat dilakukan oleh orang percaya. Ini tidak bersangkut paut dengan keselamatan jiwanya tetapi bersangkut paut dengan kehidupan di dunia.
Dosa ini dilakukan manakala seorang percaya membiarkan hidupnya menjadi begitu duniawi, dan tidak produktif sehingga Allah membawanya pulang kerumah melalui kematian fisik dunia ini. Dosa-dosa ini dapat beraneka ragam bentuknya.
Ananias dan Safira melakukan dosa ini (Kis.5:1-11).
Beberapa orang percaya di Krintus melakukannya (I Kor.11:30).
Orang dalam I Kor.5:1:5.
Himenius dan Alexander ada dalam bahaya melakukannya (I Tim.1:20).
Beberapa orang Ibrani ada dalam bahaya maut melakukan dosa ini (Ibr.5:1-6:8; Ibr.10:26).

9. Ayat-ayat ini berkenaan dengan dosa tak terampunkan:
Mat.12:31-32
Ayat ini telah menggelisahkan banyak orang Kristen. Ada dua pertanyaan mendasar yang perlu kita pertanyakan disini.:
Kepada siapakah ayat ini Yesus tujukan? Kepada orang-orang jahat dan orang Farisi (Mat.12:24-25).
Dosa apakah yang telah mereka lakukan?
Untuk berbulan-bulan mereka diberi hak istimewa untuk mendengarkan apa yang Tuhan Yesus ajarkan, menyaksikan pekerjaan-pekerjaan dan mujizat-mujizat yang dilakukanNya, tetapi bukannya mereka percaya, malahan sebaliknya mencela Kristus, menuduhNya melakukan semua itu dengan kuasa Setan. Dengan berbuat seperti itu mereka melakukan dosa yang tak terampunkan itu. Cara lain apa lagi yang Allah harus kerjakan supaya mereka dapat diyakinkan?
Jelas mereka tidak mau percaya. Dan jikalau mereka tidak percaya kepada Yesus Kristus bagaimana mereka dapat memperoleh pengampunan dosa! Dosa inilah dosa yang tidak terampuni yaitu dosa yang dilakukan orang-orang yang tidak mau percaya atau ‘dosa itu adalah ketidakpercayaan seseorang’.

Catatan:
Meskipun hujatan mereka adalah diarahkan kepada Tuhan Yesus tetapi sebenarnya itu merupakan hujatan terhadap Roh Kudus, yang di dalam kuasaNya Kristus bekerja. (Mat.12:28; Luk.4:1; Kis.10:38).
Alasan dosa itu begitu menjijikkan bagi Tuhan Yesus adalah karena Ia justru menghormati dan meninggikan Roh Kudus, yang di dalamNya Ia hidup dan melayani sebagai manusia.

10. Ayat-ayat ini berkenaan dengan bangsa Israel dan masa kesesakan: Mat.22:1-13: Mat.24:13; Mat.24:45-51; Mat.25:1-30; Luk.13:23-30.
Setiap bagian dari ayat-ayat di atas berkenaan dengan orang-orang Israel secara perorangan yang bertahan hidup dalam masa kesesakan, tetapi secara rohani tidak siap untuk bertemu dengan kedatangan kembali Mesias.
Tuhan Yesus menggunakan metode parabolis untuk menghubungkan kebenaran yang menyedihkan ini dalam 5 bagian kitab Injil.
· Perumpamaan pesta perjamuan kawin, seorang tamu yang datang tanpa baju perjamuan (Mat.22:1-13).
· Perumpamaan hamba yang tidak setia (Mat.24:45-51).
· Perumpamaan 10 dara (Mat.25:1-13)
· Perumpamaan talenta (Mat.25:14-30)
· Perumpamaan pintu yang tertutup (Luk.13:23-30).
Satu ayat diantaranya berkenaan dengan bertahan hidup fisik selama masa kesesakan. “Tetapi orang yang bertahan hidup sampai kesudahannya akan selamat” (Mat.24:13).
Apakah “kesudahannya” yang dimaksud disini? Menurut ayat 3,6 dan 14 jelaslah bahwa kesudahan disitu adalah kesudahan masa kesesakan. Jadi tidak bersangkut paut dengan keselamatan kekal.

11. Ayat-ayat ini berkenaan dengan bangsa-bangsa kafir:
Roma. 11:13-24, khususnya ayat 21, 22.
”Sebab kalau Allah tidak menyayangkan cabang-cabang asli, Ia juga tidak mau menyayangkan kamu. Sebab itu perhatikanlah kemurahan Allah dan juga kekerasan-Nya, yaitu kekerasan atas orang-orang yang telah jatuh, tetapi atas kamu kemurahan-Nya, yaitu jika kamu tetap dalam kemurahan-Nya, jika tidak kamupun, akan dipotong juga”.
Didalam kita mengerti seluruh ayat ini marilah kita mempertimbangkan empat(4) hal dibawah ini:

Kepada siapakah Paulus berbicara ?. Kepada orang Kafir. (Roma 11:30)
Apa yang Paulus bicarakan ?. Ia berbicara tentang kesempatan orang kafir memiliki bagian dalam berkat rohani Abraham (baca Roma.4:23-25)
Siapa cabang-cabang yang dipatahkan dalam Roma.11:17 ?. Mereka adalah orang-orang yang mewakili bangsa Israel yang menolak Mesiasnya (Mat.21:42-43).
Siapakah orang-orang yang dicangkokkan disini ?. Mereka adalah orang-orang yang mewakili bansa Kafir.
Kesimpulan kita adalah ayat-ayat ini tidak berbicara mengenai seseorang kehilangan keselamatannya melainkan mengenai penerimaan orang kafir akan berkat, yang di sia-siakan bangsa Israel.

12. Ayat-ayat ini berkenaan dengan kesaksian gereja setempat; Wahyu.3, khususnya pasal. 3:2,3,15 dan 16 pasal 2 ayat 4-5.
Ayat terakir dari pasal 1 menerangkan bahwa kata-kata diatas di tujukan pada gereja-gereja setempat untuk mempertanyakan kesaksian mereka dan tidak ditunjukan pada anggota gereja perseorangan.

13. Ayat-ayat ini berkenaan dengan mengiakan hanya dengan rasio tetapi tidak dengan hati. (Mat.13:1-8, 18-23, Luk.11 :24-28, Yoh.6:66)
Benih dengan empat macam tanah (Mat. 3:1-6, dan Mat.13:18-23)
Ada sementara orang dengan keliru menyimpulkan bahwa mpat orang disini yang digambarkan dengan empat macam tanah adalah orang-orang yang sudah di selamatkan tetapi hanya satu orang saja yang memelihara keselamatannya.

Kesimpulan ini keliru, Alkitab tidak mengajarkan bahwa setiap orang yang
Mendengar Injil akan di selamatkan, lebih jauh lagi Alkitab mengajarkan
Bahwa orang tidak dapat di katakana sudah menerima keselamatan jika tidak dapat memperlihatkan buah, walaupun mungkin dan sedikit.Dengan demikian hanya orang yang sudah lahir baru yaitu orang yang keempat keselamatannya di perlihat melalui buahnya.
Orang dengan roh-roh kotor (Luk.11:24-28)
Ayat ini berbicara tentang masalah perbaikan moral tetapi tidak lahir baru. Setan tidak dapat tinggal dalam hati orang yang sudah dilahir barukan (Yoh.4:1-6).
Murid-murid yang undur (Yoh.6:66)
Kata murit tidal lebih berarti ”seorang yang belajar”. Banyak orang yang mengikuti Yesus adalah orang yang Cuma ikut-ikutan, teman hanya waktu subur. Manakala matahari terik bersinar dan jalanan tridak lagi rata, merekapun pergi. Untuk sementara waktu mereka mungkin mengaku sudah di selamatkan, tetapi sesungguhnya mereka tidak pernah memiliki keselamatan itu.



14. Ayat-ayat ini berkenaan dengan penghancuran Jerusalem oleh Nebukadnesar: Yeh.3:18-21; 33:8.
Salah satu hukum yang terpenting untuk kita mengerti Alkitab dengan benar adalah: menaruh ayat yang kita pelajari dan mengerti sesuai dengn konteksnya.. Yeheskiel menuliskan ayat-ayat ini kurang lebih thn. 577 SM, dari Babilonia dimana ia ikut tertawan oleh Nebukadnesar sebelum penghancuran Jerusalem terjadi (586 SM). Sementara Yeheskiel ada dipembuangannya Allah mengutusnya menjadi seorang penjaga kaum Israel (Yeh.3:17; 33:7). Ia memperingati mereka yang masih tinggal di Jerusalem bahwa jika mereka tidak segera bertobat maka nasip yang sama akan menimpa mereka. Dengan perkataan lain orang-orang Jerusalem yang congkak mereka mereka sudah luput dari pengepungan Nebukadnesar yang pertama (605 SM). Dan kedua (597 SM), sehingga mereka merasa tidak perlu takut dan tidak perlu bertobat.

15. Ayat-ayat ini berkenaan dengan persoalan-persoalan tertentu seperti pengampunan Kristen: Mat.18:23-35.
Salah satu aturan dasar dalam menafsirkan perumpamaan adalah kita tidak boleh membayangkan arti-arti rohani dari tiap-tiap bagian perumpamaan tersebut. sebagai contoh apakah kita menyimpulkan dari ayat 25 bahwa istri dan anak-anak orang itu ikut dibuang keneraka oleh Allah dikarenakan hutang suaminya tersebut?.
Hal ini jelas tidak mungkin. Kunci perumpamaan ini ada pada ayat 21 dimana Petrus bertanya pada Tuhan Yesus mengenai berapa banyak kali orang Kristen harus mengampuni orang yang bersalah kepadanya.

16. Ayat-ayat ini berkenaan dengan orang-orang tertentu.
Esau (Ibr.12:16-17). Kisah ini menunjukkan pada kisah dalam Kejadian 25:27-34;27:1-46. ayat-ayat ini berkenaan dengan hak dan berkat kesungguhan sama sekali tidak berkenaan doktrin keselamatan. Tak ada bukti dalam Alkitab jika Esau adalah orang yang pernah diselamatkan.
Bileam (Bil.22 – 24). Bileam adalah seorang nabi sewaan hanya menjadi nabi penjaja karunia, yang ia miliki, ia adalah nabi yang bisa dibeli dengan uang. Tiga bagian dalam Perjanjian Baru menyatakan dengan jelas bahwa ia tidak pernah diselamatkan. (II Pet.2:15; Yud.11; Why.2:14).
Saul.
Apakah raja pertama Israel ini adalah orang yang diselamatkan? Ada yang mengatakan Saul adalah orang yang diselamatakan, (I Sam.11:6; 12:3; 14:35; 15:30-31). Tetapi jika kita meneliti dengan lebih seksama nampaklah bahwa Saul belum pernah memiliki keselamatan itu (I Sam.13:13-14; 14:37, 44; 15:22-23; 16:14; 18:10-12; 20:30-33; 22:17; 28:6; 28:16).
Yudas.
Yudas adalah seorang penghianat yang paling terkenal di dunia. Orang yang pernah diselamatkankah dia?. Alkitab menjawab dengan tegas tidak (lih. Luk.22:3; 22:22; Yoh.6:70-71; 12:4-6; 13:27).
Dr. Robert Gromacki menuliskan bahwa bukunya ‘Salvation is Forever’ “pertobatan Yudas telah menyebabkan beberapa kebingungan. Matius menuliskan pada waktu Yudas, yang menyerahkan Yesus, melihat bahwa Yesus telah dijatuhi hukuman mati menyesallah ia. Lalu ia mengembalikan uang yang 30 keping perak kepada imam-imam dan tua-tua, dan berkata: “Aku telah berdosa karena menyerahkan darah orang yang tak bersalah”. Tetapi jawab mereka “apa urusan kami dengan itu?. Itu urusanmu sendiri”. Maka iapun melempar uang perak itu ke dalam bai suci lalu pergi dari situ dan menggantung diri (Mat.27:3-5). Kata menyesal di atas bukanlah menunjuk pada pertobatan melainkan penyesalam yang mendalam (metamelomai dan bukan metanoeo kata yang umum dipakai untuk pertobatan rohani).
Yudas sangat menyesal dengan apa yang menimpa diri Yesus karena ia tidak berpikir perbuatannya akan berakibat sampai sedemikian jauhnya. Setelah bersama Yesus selama tiga tahun ia tahu Yesus tidak seharusnya mati. Ia coba untuk membatalkan semua itu dengan mengembalikan uang hasil penjualan gurunya itu, tetapi semua sudah terlambat. Dalam penyesalan yang sangat itulah Yudas pergi dan menggantung diri. Jika ia benar-benar bertobat ia tentu akan mencari Yesus atau kesebelas rasul lainnya. Ketika murid-murid berdoa untuk penetapan rasul keduabelas, mereka berkata “ya Tuhan, Engkaulah yang mengenal hati semua orang, tunjukkanlah kiranya siapa yang Engkau pilih dari kedua orang ini, untuk menerima jabatan pelayanan, yaitu kerasulan yang ditinggalkan Yudas yang telah jatuh ke tempat yang wajar baginya”. (Kis.1:24-25).
Simeon (Kis.8:5-25).
Dalam Yoh.2:23-25 dicatat ada banyak orang-orang mau percaya pada Tuhan Yesus karena melihat tanda-tanda yang diadakanNya, tetapi Yesus sendiri mempercayakan diriNya karena Ia atu apa yang ada di dalam hati mereka. Orang-orang ini tertarik pada mujizat tetapi tuli terhadap beritanya. Sama halnya dengan Kis.8, meskipun Simon percaya (mungkin berdasarkan mujizat Pilipus – baca Kis.8:6), dan sudah dibaptis (Kis.8:13), tetapi tidak ada petunjuk jika ia bertobat dan diselamatkan. (baca khususnya ayat 20-23).
Anak yang hilang (Luk.15:11-32)
Apa maksud Yesus dengan perumpamaan ini?. Maksud Yesus adalah menekankan sukacita di sorga jika seorang dibumi bertobat. Hal ini nampak dalam ayat 7,10,32. apakah kisah pertobatan di sini adalah kisah orang yang terhilang kemudian ia datang dan diselamatkan ataukah orang yang sudah diselamatkan kemudian jatuh dan akhirnya dipulihkan kembali?.
Rupanya yang kedualah yang benar. Anak ini bukan orang yang tadinya tidak selamat kemudian diselamatkan, dan juga bukan orang yang sudah diselamatkan yang jatuh sehingga kehilangan keselamatannya.
Karena kita melihat dalam kejatuhannya dan keputusasaannya ia masih tetap dapat berkata “aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku”. Tak ada orang yang belum diselamatkan dapat melihat Allah dengan cara seperti itu. Lagi pula seandainya orang bisa murtad maka tak ada dan tak bisa ia kembali lagi. satu kali kesempatan hilang selamanya hilang (Ibr.6:4-6).
Demas (II Tim.4:10)
Ayat ini merupakan ayat yang sedih yang Paulus tuliskan mengenai rekannya. Kita sebelumnya sudah membaca mengenai persekutuannya dengan Rasul Paulus dan Lukas (Kol.4:12). Apa yang terjadi di sini nampaknya sama dengan apa yang peranah dilakukan oleh Markus dalam Kis.13:13. demikianlah Demas m,eninggalkan Paulus pada saat ia sangat membutuhkannya. Markus sendiri akhirnya kembali (II Tim.4:11). Mungkin Demas pun akhirnya demikian jika saja kita mempunyai informasi yang lebih lanjut mengenai dirinya.

17. Ayat-ayat ini berkenaan dengan kitab kehidupan: Kel.32:32-33; Maz.69:28; Dan.12:21; Flp.4:3; Why.3:5; 13:8; 17:8; 20:21; 21:27; 22:19; Luk.10:20; Rom.9:3.
Ada dua kitab nampaknya disini
Kitab kehidupan fisik (Kel.32:30-32)
Musa disini menjadirkan dirinya sebagai korban pengganti secara fisik bagi bangsa Israel yang telah membuat Allah sangat murka karena dosa menyembah anak lembu emas. “Biarlah mereka dihapus dari kitab kehidupan, janganlah mereka tercatat bersama-sama dengan orang-orang benar”. (Maz.69:29). Daud dengan jelas dalam Mazmur menunjukkan kepada kematian fisik musuh-musuhnya.
Kitab kehidupan kekal (Luk.10:20).
Namun demikian janganlah bersukacita karena roh-roh itu takluk kepadamu, tetapi bersukacitalah karena namamu ada terdaftar di sorga”. Demikianlah dapat kita simpulkan bahwa keselamatan yang Allah berikan kekal adanya. Satu kali diselamatkan tetap diselamatkan. Haleluya. Amin!

1 comment:

Lemaknian said...

selamat sore,
bolehkh dicantumkan sumber nya?
terimakasih